Twenty fourth chapter: "Big mistake"
"I'm staring at the mess I made" Mungkin lirik lagu dari Parachute itu cukup mewakili. That was pretty dumb thing. Aku sering melakukan "dumb thing", nggak masalah jika itu hanya berefek pada diriku sendiri. Tapi masalahnya kali ini menyangkut hajat hidup orang banyak. He seemed so disappointed and angry. Parahnya aku pun tak bisa melakukan apa-apa untuk memperbaiki semuanya! I'm sorry friends, I didn't mean to mess up the things.
Okay, tidak perlu diperpanjang lagi. Cukup jadi pelajaran bagi kita semua. Yang penting udah nemu solusi yang mudah-mudahan merupakan solusi terbaik. Amiin.
Refleksi hari ini dulu deh. Tidak ada pelaksanaan program. Sebenarnya hari ini jatahnya pelatihan dokter kecil, tapi entah kenapa pihak sekolah secara semena-mena baru mengumumkan sekolah libur di jalanan depan sekolah kepada anak-anak yang bahkan belum sempat menjejakkan kaki di pintu gerbang sekolah mereka. Hm, something weird, huh? Akhirnya itu peldokcil diundur besok dan lusa. Penyuluhan AMDAL&PIRT juga udah di cancel. Ya udah, free.
Oh y, ada juga hal yang dibatalkan ketika sebenarnya hal itu dimaksudkan mengisi kebatalan program awal: Jalan-jalan ke kebun teh. Pagi sebenernya udah pada sepakat, tp ntar-ntar. Mbasan siang ngajakin lagi, eh matahari menyilau dan yeah, the mess's coming. But, setelah rapat, sang kormanit dan semua cew ng-mie ayam. Dan setelahnya, setengah 6 sore berempat menuju ke "beautiful place". Di pinggir jalan sebenernya, tapi pemandangan yang disuguhkan tu lho, sawah berundak yang mempesona. Mbak Pam, Mbak Emi, Mbak Uwi', makasih udah membantuku menetralisir pikiran. :)
Malam seperti biasa pendampingan belajar, tapi kali ini di pondokan putri. Lanjut sekalian bikin "solusi" atas "the mess". Hm, jadi kepikiran lagi. Dan saat-saat seperti ini aku butuh suntikan semangat dari orang tua. Dan entah, mungkin perasaan peka dari orang tua, bapak tiba-tiba sms menanyakan kabar setelah beberapa hari tidak kontak. Langsung setelah semuanya kelar, aku menelepon mereka. Ya Allah, pertahananku runtuh. Satu jam lebih kuhabiskan di balkon depan kamar untuk sekedar berbincang dengan mereka. Entah, kali ini aku menelepon tanpa punya bahan apapun yang perlu dibicarakan. Yang kubutuhkan saat ini hanyalah mendengar suara mereka. Mom, Dad, Sist, I miss you all..
Okay, 1.10 am. Pesan ibu diakhir percakapan kami: "Bobok'e ojo mbengi-mbengi. Sing ngati-ati ya? Dibantu do'a dari sini semoga dek swari selalu diberi keselamatan.."
Terima kasih ya Allah atas pelajaran hari ini, semoga kami dapat mengambil hikmah dari apa yang terjadi. Dan semoga hari esok lebih baik daripada hari ini. Amiin.
PS.Song for this time: Guilty - Blue. Entah, rasa yang paling tak enak posisinya menurutku adalah rasa bersalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar