Jumat, 27 Desember 2013

Tuhan, Aku Bingung

Jum'at, 27 Des '13
11.15 pm

"Apa esensi hidupmu? Apa value tertinggi yang ada dalam dirimu?"

Kenapa dua pertanyaan itu sulit kutemukan jawabannya? Kenapa aku masih takut untuk bertemu dengan diriku sendiri? Aku takut bertemu dengan swarin kecil. Aku takut bertemu dengan swarin besar. Aku hanya berani bertemu dengan swarin saat sekarang.

Apa arti menerima dirimu sebenarnya? Apakah ketika kita paham apa perasaan kita di masa lalu, paham mengapa kita bisa berada di sana, itu berarti kita menerima? Benar-benar menerimakah kita? Atau sebenarnya masih dalam kognitif kita?

Selama ini aku bisa ketika ada suatu peristiwa yang menyakitkan, secara otomatis, aku mencari hal-hal positif yang kudapat dari peristiwa menyakitkan itu. Setelah itu aku merasa lega. Tapi ketika sudah lewat, menjadi masa lalu, kemudian sekarang mengingat kembali hal yang menyakitkan itu, aku masih bisa merasakan bagaimana sakitnya. Lantas apakah dengan begitu aku sebenarnya hanya paham secara kognitif saja dan belum benar-benar menerima diriku di masa lalu itu? Saat aku mencari sisi positif dari hal menyakitkan itu, mungkinkah aku sebenarnya sedang mencari-cari alasan supaya aku merasa nyaman? Aku menolak rasa sakit itu sehingga aku mencari hal positifnya sebagai penyeimbang? Tapi aku tetap tidak bisa menerima rasa sakit itu dong berarti, karena aku berusaha menggantikannya dengan perasaan positif itu.

Aku pernah mengembalikan semuanya pada Tuhan. Sering. Tapi sekarang kemudian aku mempertanyakan, apakah aku sudah benar-benar mengembalikan pada Tuhan? Jangan-jangan Tuhan yang aku maksud selama ini hanya sebagai alasan yang kubuat agar aku merasa seolah-olah aman. Selama ini, aku benar-benar merasa aman atau baru sekedar seolah-olah merasa aman? Karena bisakah proses itu melompat? Ketika aku bingung harus bagaimana, aku langsung menuju pada Tuhan, aku tidak menanyai diriku sendiri dulu, aku tidak bertemu dengan alter ego-alter egoku yang lain dulu. Jadi apakah memang bisa melompat, ataukah yang terjadi selama ini aku hanya mengatas namakan Tuhan agar merasa seolah-olah aman?

Ah, Tuhan, bantu aku menemukan jalan menuju diriku sendiri. Bantu aku bertemu dengan swarin kecil, menyapanya, dan mengajaknya berjalan bersama-sama. Pun dengan masa depan. Bantu aku menemukan swarin besar ada di mana kelak. Bantu aku menemukan aspirasi dan esensi hidup. Karena aku yakin hidup bukanlah sekedar bernafas, tetapi juga menafaskan. Sama dengan aku yakin Tuhan menciptakanku karena suatu alasan. Apakah itu? Bolehkah aku tahu sedikit saja, Tuhan?

Minggu, 15 Desember 2013

Saat Sahabatmu Menikah

Minggu, 15 Des '13

Awkward moment adalah saat kamu menghadiri pesta pernikahan sahabat lamamu yang sudah sekian lama tidak bertemu, pun tidak saling bertukar kabar. Senang, sedih, dan kagol. Bisa jadi rasa seperti ini jugalah yang terjadi pada seseorang yang diundang ke nikahannya mantan. Sahabat bisa juga disebut sebagai pacar, bukan? Bedanya, sahabat adalah sebutan untuk orang yang berjenis kelamin sama denganmu, sedangkan pacar adalah sebutan untuk orang yang berbeda jenis kelamin.

Dan yang rasanya paling ngganjel kagol itu ketika datang ke pernikahan sahabatmu waktu SD ataupun TK, atau kapan pun itu yang jelas esensinya adalah dia orang pertama yang mengenalkanmu tentang persahabatan. Dia (atau mereka) lah yang membentuk "template" sahabat dalam benakmu. Hei, itu sama saja dengan first love, bukan? Dengan mereka lah kamu untuk pertama kalinya merasakan indahnya punya sahabat dekat. Bagaimana rasanya? Ketika kalian terpisah tidak bertemu bertahun-tahun lamanya, bahkan berpuluh tahun, tiba-tiba dia datang dengan sebuah undangan pernikahan. Kamu tidak tahu teman-temanmu yang lain ada di mana sekarang. Sedang sahabatmu yang lain (sahabatnya juga) semuanya sudah menikah. Tentulah mereka entah berdomisili di mana sekarang. Atau kalaupun datang, pastilah bersama dengan suami masing-masing.

Sedangkan kamu? kamu tidak tahu harus datang bersama siapa. Kamu tidak tahu harus mengawali perbincangan basa-basi saat bersalaman di depan pelaminan dengan topik apa. Kamu sudah kehilangan dirinya selama bertahun-tahun, kamu tidak lagi mengenalnya. Tidakkah ketika kamu bertemu lagi dengannya, kamu ingin berkata "yuk, kapan kita main bareng, ke manaa gitu?" Tapi kata-kata itu hanya tercekat. Bukankah tidak mungkin mengucapkan kalimat itu di pelaminan, saat orang yang akan kamu ajak itu menikah? Mengucapkannya saja merupakan sebuah kemustahilan, apalagi untuk merealisasikannya?

Hari ini adalah saat di mana kamu bertemu lagi dengan sahabatmu yang bertahun-tahun lamanya tidak pernah bertukar kabar, hanya untuk melihatnya semakin menjauh dari hidupmu.

Selasa, 10 Desember 2013

Bagian yang Disebut Kegilaan

Selasa, 10 Des '13

Bagian ini disebut dengan kegilaan.

Kuliah hari ini pulang lebih awal dari biasanya. Cuma sampai jam 3 lebih dikit. Dengan muka sumringah Mbak Sari (triper), menghampiri, "Karaokean yuk!" ajaknya. Teman saya ini sudah sejak tanggal 30 November kemarin ngajakin karaokean. Tapi karena pada nggak bisa, belum jadi karaokean. Dan hari ini kami pulang lebih awal. "Ayo!!" Kapan lagi coba kalau nggak sekarang. Sehari-harinya aja kami kuliah full dari jam 7.30 sampai jam 16 lebih dikit, kadang-kadang sampai jam 5 sore.

Jadilah berenam (Mbak Sari triper, Mbak Ulen, Mbak Sari W, DC, dan saya) meluncur ke Happy Puppy deket ringroad. Demi sebuah waktu luang, kami rela menembus hujan deras sore tadi. Haha. Start jam setengah lima selesai jam setengah tujuh. Sumpah suara sampai habis ini teriak-teriak, loncat-loncat, udah macam dugem aja ini. Playlist yang dipasang juga sudah memenuhi syarat perdugeman. Kegilaan masing-masing terlihat. Semua genre lagu juga dipasang, dari yang ajeb-ajeb, korea, dangdut, bahkan india. Dari lagu yang up-beat sampai lagu yang nggerus. Komplit. Kurangnya cuma satu: kurang lama. Haha. Bisa dibayangkan dong dalam waktu dua jam ada 6 penyanyi yang punya keinginan untuk menyanyikan lagu pilihannya. Tapi tadi bener-bener menggila. Yang di kelas keliatannya anteng, kalem, eeh ternyata di karaokean malah yang paling heboh. Saya sampai curiga jangan-jangan yang lagi karaokean ini bukan teman saya, tapi kembarannya, saudara kembar yang tertukar begitu *oke ini nggak rasional*.

Pulangnya mampir makan bareng dulu di Mbak Shasha sebelum berpisah menuju kos masing-masing. Whoaa seneng rasanya bisa melepaskan beban, setelah hampir dua bulan kemarin bisa dibilang untuk bernafas pun tidak sempat. Kalau saya bilang, karaokean itu kayak drug, candu. Dia memberikan kenikmatan sesaat tapi bikin nagih, mau lagi dan mau lagi. Dia mengaktifkan kerja hormon serotonin. Bedanya, dia tidak menyebabkan kerusakan pada organ kecuali, yah, serak-serak dikit laah :p

PS. Tuhan, terima kasih atas kegilaan ini :)

Senin, 09 Desember 2013

Selintas Sekolah Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram

Senin, 9 Des 13

Ruang G-100. Sumber: dari DSLR Nikon Pak Fauzan

Hari ini sedikit bisa bernafas dan melemaskan urat-urat pikir. Empat hari kemarin, tanggal 5-8, saya mengikuti sebuah seminar nasional yang diberi judul Sekolah Kawruh Jiwa Suryomentaram. Selama empat hari kemarin, acara dimulai pukul 8 pagi dan berakhir menjelang maghrib, membahas filosofi-filosofi yang diciptakan oleh Suryomentaram itu. Di sini, hanya ada dua mahasiswa (saya dan teman saya satu kelas). Selebihnya adalah para dosen, profesor, dan wakil dari berbagai instansi. Mahasiswa yang lain adalah panitianya, dari S2 sains psikologi sosial. Wow, sumpah, saya merasa kerdil sekali di sana :(

Sekolah ini tujuannya untuk mengupas tuntas dan berdiskusi tentang konsep-konsep Suryomentaram. Diharapkan kelak, konsep-konsep itu bisa menjadi teori psikologi yang indigenous, yang asli dari local wisdom Indonesia, tidak melulu harus memakai teori barat untuk memahami ilmu psikologi. Sekolah ini memang sebenarnya lebih cocok untuk pendidik dan orang-orang yang berkiprah mengembangkan keilmuan. Loh, terus kenapa ada dua penyusup kecil ini? Jadi gini, ini adalah tawaran dari salah satu dosen kami yang dulu sekaligus menjadi dosen pembimbing skripsi saya. Ada dua kolega beliau yang sangat ingin mengikuti acara itu tapi beliau punya agenda lain untuk tanggal itu. Beliau kemudian menugaskan pada dosen saya itu untuk menawarkannya pada mahasiswa. Kebetulan, skripsi saya mengangkat tentang ajaran Suryomentaram ini. Teman saya pun, Mbak Sari, memiliki ketertarikan yang besar untuk meneliti Suryomentaram. Jadilah kami yang dibayari kolega ibu dosen itu. Antara percaya dan tidak. Ini kesempatan bagus banget, kita bisa sekolah, ngangsu kawruh, gratis dibayari pulak! Bolos kuliah dua hari jadi terasa ringan dan rela-rela saja. Haha.

Dan di situlah kami. Saya tidak tahu apa yang dirasakan teman saya. Yang jelas saya merasakan perasaan yang paradoksal. Di satu sisi, saya excited, saya menikmati jawah kawruh ini. Sangat-sangat menginspirasi, mencerahkan, dan menentramkan. Tapi di sisi lain, saya merasa inferior. Saya merasa "hello, aku siapa si?" I'm trapped in these great people. Peserta-peserta ini bukan orang yang biasa-biasa saja dalam bidangnya. Tapi saya? saya hanya mahasiswa baru, semester dua saja belum mencapai. Saya merasa tidak punya bekal apa-apa untuk ikut sekolah ini. Tapi ini kesempatan emas dan saya sangat bersyukur mendapatkannya. Mbak Sari pun mengatakan kata-kata bijak ini "kowe ngerasa minder karena menyebandingkan kemampuanmu dengan mereka. Kamu dan beliau-beliau itu ya memang tidak bisa dibandingkan. Jadi berpikirlah sesuai dengan usiamu." Sungguh, kalimat itu kemudian menentramkan saya.

Setelah itu saya menjadi lebih menikmati prosesnya. Tidak perlu terlalu mikir atos sehingga dapat mengkritisi teori itu atau membandingkannya dengan teori-teori yang sudah lebih dulu menguasai dunia psikologi. Jawah kawruhnya dulu saja sudah cukup. Ditampung. Diendapkan. Perenungan-perenungan tentangnya bisa secara perlahan, sekaligus kita ikut berproses di dalamnya, mengalami sendiri apa yang diteorikan oleh Suryomentaram. 

Mengenai bagaimana hasil dari ngangsu kawruh selama 4 hari ini, saya belum berani memaparkannya sekarang. Saya masih perlu merenungkan makna sebenarnya. Mungkin di postingan-postingan yang akan datang, saya akan mengupas sedikit demi sedikit, sejauh sampai mana pemahaman saya dalam proses perenungan itu.
Sumber: pribadi Finepix S2980

Oke sekarang saya cerita saja pengalaman seru selama 4 hari kemarin.

Sabtu malam Minggu kemarin, kami berkunjung ke Desa Balong di Sewon, Bantul. Desa itu adalah desa yang menggiatkan nilai-nilai Ki Ageng Suryomentaram hingga sekarang. Kunjungan kami ke sana disambut dengan total. Lampu penerang jalan desa di pinggir sawah itu sengaja dimatikan dan diganti dengan botol-botol berisi minyak dan sumbu yang dinyalakan menjadi penerang berjajar di sepanjang jalan. Sungguh ini romantis sekali suasananya. Entah berapa ratus botol itu tertata di sepanjang jalan hingga ke depan sebuah rumah yang memiliki pendhapa di depannya. Kami disuguhi lantunan dari gamelan, sementara di halaman seberangnya ada sekumpulan anak kecil yang memainkan permainan rakyat anak-anak. Seketika itu ingatan saya kembali pada masa saya masih duduk di taman kanak-kanak. Saya pun sering memainkan permainan itu bersama teman-teman saya dulu. Dulu saya hafal lirik lagu yang dinyanyikan sepanjang permainan, tapi sekarang saya hanya mampu mengingat beberapa baris awal saja. Sedih rasanya dan frankly, saya ingin menghafalkannya lagi :3


Penggiat diskusi kawruh Jiwa desa Balong. Sumber: pribadi FinepixS2980
















Ini dia permainan anak-anak yang saya ceritakan tadi. Sayangnya setiap kali saya ingin memvideo, saya selalu ketinggalan bagian awal dari lagu permainan ini karena harus memindah mode kamera ke video dulu. Dan saya sekarang juga kesulitan untuk meng-insert ke sini. Teasernya saja dulu lah ya berupa foto. Versi video bisa disaksikan di youtube saja :p


Aku sedih..duduk sendiri..mama pergi..papa pergi..(blablablablabla)




Sumber: pribadi Finepix S2980
Ada juga kesenian musik yang namanya Gejog Lesung. Dulunya, Gejog Lesung ini kegiatan di mana ibu-ibu bekerja sama menumbuk padi menggunakan alu. Suara tumbukan itu menghasilkan suatu irama tersendiri yang khas dan menghibur. Dalam perkembangannya sekarang Gejog Lesung lebih menitik beratkan pada kesenian daripada sebagai aktivitas kerja.






Ibu Nani, sebagai wakil dari peserta untuk bericara sepatah dua patah kata dalam acara kunjungan ke Desa Balong ini. Beliau merupakan putri dari seorang pahlawan nasional, Mayjen Sutoyo. Sumber: pribadi Finepix S2980
Tertangkap jepretan Pak Fauzan

Sumber: pribadi Finepix S2980
Dan api obor yang berjajar di sepanjang jalan ini menjadi penerang yang apik. Seperti nilai dan falsafah kearifan lokal yang kita miliki, menjadi penerang bagi jiwa-jiwa yang mencari.


Sabtu, 09 November 2013

Setapak Rindu, Setapak Jalan

Suatu ketika, kau sedang beristirahat dalam sebuah perjalanan. Kau bertemu teman lama. Kalian berbincang dan kau baru menyadari bahwa ia membawamu pada kenangan sebuah jalan setapak yang sudah lama tak kau lewati. Kesibukanmu membuatmu jarang melewatinya. Kerikil-kerikil kecil di sepanjang perjalananmu sekarang membuatmu belum sempat menoleh pada jalan setapak itu. 

Dan hari ini kau punya kesempatan untuk beristirahat. Teman lamamu menyadarkanmu pada jalan setapak itu. Ia masih bersetia pada jalan setapak itu hingga kini. Banyak hal yang kau bincangkan dengannya tentang semua partikel dan energi yang membersamai jalan setapak itu. Kau rindu. Ya, rindu untuk menoleh sejenak pada jalan setapak, melewatinya sejenak, sebelum kembali lagi menghadapi kerikil-kerikil kecil di perjalananmu sekarang. 

Sungguh, jalan setapak ini kelak akan tiba di sebuah jalan di mana ia akan bersebelahan dengan jalan yang sedang kau lewati sekarang. Jalan setapak akan bertemu dengan jalan raya. Jalan setapak yang hadir dengan kedamaiannya di sela ramai macetnya jalan raya. Jalan setapak yang akan kau lewati ketika kau memilih untuk berjalan kaki atau bersepeda. Kau menemukan inspirasi ketika menikmati perjalanan jalan setapak itu perlahan. Esok, ketika kau makin mahir dan makin berdamai dengan kerikil-kerikil kecil yang menyita penuh perhatianmu sekarang. Mungkin, kau pun akan segera bertemu dengan teman lamamu itu di jalan setapak, jika ia belum terlalu penat. 

PS. Ada satu rindu pada hal yang pernah kau geluti ketika bertemu dengan teman yang baru kau sadari berada dalam dunia yang sama selama ini, meski tak saling melihat.

Sabtu, 02 November 2013

Cerita di Balik Praktikum Wechsler

Sabtu, 2 Nov '13

Yihaa, gini ya rasanya ngetes tiga orang sekaligus dalam satu hari? Satu tes kira-kira selesai dalam waktu 2 jam. Wow sekali! Akhirnya hari ini selesai juga perjuangan praktikum Wechsler selama dua hari ini. WAIS dua orang dan WISC dua orang.

Blok kuliah Psikodiagnostika ini memang sibuk-sibuknya praktikum. Kuliah sehari-harinya adalah ngetes orang, entah itu role play ngetes temennya sendiri ataupun nyari subjek luar. Buat wechsler ini praktikumnya pakai subjek orang luar. Jadwal yang diberikan adalah Rabu jam 5 sore (karena kuliah hari rabu selesai jam 4 lebih 10 menit), Jum'at jam 3-5 dan jam 5-7 (karena kuliah hari jumat cuma sampai jam 2 lebih 10), dan Sabtu jam 9-11, jam 11.30-2, dan jam 2-4. Aku sengaja nggak ngambil hari Rabu karena aku harus melembur tugas review 5 jurnal untuk hari Kamis, sekaligus hari Kamis itu ada UTS Eksperimen. Ambillah Jumat dua sesi untuk Wais dan Sabtu dua sesi buat Wisc. Jumat siang, salah satu subjek wais-ku mendadak mengabari kalau tidak bisa dan diganti sabtu. Jadi Jumat aku hanya ngetes satu orang dan sabtu aku full di semua sesi. Ngetes satu orang pas Jumat itu aja rasanya udah capek, aku sempet ngebayangin apa kabar hari sabtuku ya dengan ngetes tiga kali berturut-turut gitu?

Dan sekarang akhirnya plong juga. Capek sih, capek mikir, tapi it's not that bad lah. Nggak seburuk yang kubayangkan sebelumnya. Yah, mungkin karena semua subjekku dari hari jum'at nggak yang tegang gitu jadi asyik aja bisa nge-flow pas pelaksanaannya. Wais sih nggak terlalu yang gimana-gimana karena kan pas S1 aku pernah praktikum juga jadi ada gambaran, kalau Wisc baru sekarang ini dipraktekkin (dulu pas S1 yang buat anak-anak pakainya Binet) jadi semacam rada bingung aja.

Untunglah aku dapat subjek yang talkative dan suka cerita. Subjek buat Wisc kan satu kelas nge-booking beberapa kelas di suatu SD karena kebayakan kami adalah anak kos yang nggak ngerti harus comot bocah dari mana. Jadi aku juga baru ketemu dan kenalan dengan bocahnya langsung begitu mau aku tes. Subjekku yang pertama cewek, kelas 5, begitu kenalan dia bilang "Mbak aku wis ping telu di tes iki. Sama anak sini juga tapi S1. Aku wis apal soale," katanya dengan nada songong gitu. Aku cuma mbatin, 'oh, okay'. Karena dia langsung memperlihatkan kalau dia bisa bahasa jawa, sampai selesai aku pun ngomongnya pakai bahasa jawa (kecuali pas mbacain soal).

Di awal-awal dia keliatan songong gitu sok tau banget tentang apa yang mau di teskan. Aku sih cuma mesem aja karena aku yakin dia belum pernah di wisc. S1 kan Binet, bukan wisc. Dan setelah dibacakan beberapa soal, dia bilang kalau ternyata soalnya beda dengan yang pernah dia dapat dulu. Nah kan, kalah telak kau nak, kamu terpaksa harus mikir lagi untuk menjawab soal kali ini. Hahaha..puas banget rasanya aku liat ekspresi dia.

"Mbak, kenapa tes'e ora ning ruangan biasane?" (lab praktikum sebenarnya adalah gedung B lantai 3 sedangkan kali ini karena hampir satu kelas ngetes, jadi pakai beberapa ruang kelas). Setelah kuterangin alasannya dia komentar lagi "enak nang kono sakjane mbak, mengenang masa lalu." Aku ngakak ngedengernya, "ceile nggaya banget ik mengenang masa lalu, bahasamu ki lho ra nguati!"

Scene selanjutnya adalah dia cerita kalau dulu pas di tes itu dia disukai sama cowok (sama-sama subjek praktikum), katanya, si cowok itu ngliatin dia terus. Terus beberapa hari kemudian dibilangin juga sama yang ngetes kalau memang si anak cowok itu suka dia. Ebuset ini bocah kelas 5 SD kenapa udah bisa maen flirting-flirtingan yak! Tak pancing lebih jauh karena sepertinya dia sangat bersemangat ketika bercerita tentang hal itu. Nah, bener kan, dia dengan bangganya cerita kalau 4 temannya (cowok) pernah berantem gara-gara memperebutkan dia. Padahal semua cowok itu sudah pernah dia pacari semuanya. Ada yang satu hari, satu minggu, satu bulan, dan paling lama adalah satu tahun hingga sekarang ini masih.

Wait what?? Sumpah aku syok. Bisa ya anak SD udah punya beberapa mantan begituh? Aku tambah syok lagi pas dia bilang sama yang sekarang ini orang tuanya setuju, orang tua pacarnya juga setuju, kalau sama yang sebelum-sebelumnya dia selalu dimarahin orang tuanya. Wow, aku jadi mikir, bagaimana pola pengasuhan yang diterapkan orang tua subjekku ini sebenarnya? Memang seperti itu atau subjekku saja yang mengarang cerita? Tapi untuk anak seusia itu, terlalu dini kalau mengalami gangguan jiwa di mana dia tidak bisa membedakan khayalan dan kenyataan, bukan?

Entahlah, miris mengetahui kenyataan sekarang, anak kecil sudah mainan pacar begitu. Aku aja pas SD bisa dibilang belum kenal cowok. Pas SMP sama SMA aku bikin target baru mau pacaran kalau udah lulus sekolah aja. Seiring perjalanan waktu, pas udah mulai masuk kuliah malah nggak kepikiran lagi buat pacar-pacaran. Kuliah aja dulu deh, pacaran nggak penting, yang penting itu suami. Tssaaah..

Tapi kalau dilihat polanya memang bisa dipahami sih. Orang-orang yang lahir tiga atau empat tahun setelahku, rata-rata mereka memulai masa pacaran mereka di jaman SMP. Bisa dibayangkan dong kalau yang lahirnya dua kali lipatnya atau tiga kali lipatnya sebelum tahun kelahiranku? Anak muda jaman sekarang memang ya *berdecak* *geleng-geleng*. Tapi terlepas dari itu, subjekku ini sudah punya keinginan untuk kuliah di UGM, di saat dia masih kelas 5 SD sekarang ini. Ayahnya pun sering bilang "sekolah setiap hari lewat UGM, besok harus bisa masuk UGM. Applause banget buat keinginannya satu ini. Aku pas jaman SD mana kepikiran buat kuliah? Dia bahkan juga udah kepikiran mengkritisi kebijakan kepala sekolahnya yang menurut dia aneh, karena sering tidak ada koordinasi dengan guru-guru yang lain sehingga menimbulkan ketidakjelasan. Wow, aku jadi makin yakin ada yang menarik dari diri ini bocah. Satu sisi dia sudah bisa mencapai pemikiran abstrak yang biasanya ditemukan pada anak yang usianya beberapa tahun lebih tua dari dia. Di sisi lain, ada hal menarik tentang persepsi dia terhadap suatu hubungan, ada hal yang menarik juga dari pola keluarganya (mungkin).

Ah, dan tulisan ini sangat random sebenarnya. Haha. Tapi memang itu hal paling ekstrim yang terjadi hari ini. Jadi biarlah aku memindahkan sampah di pikiran ke tulisan ini :p

PS. Special Thanks to DS, MS, MNMP, and GAA. You're such an incredible subject. See you next time :)  

Minggu, 27 Oktober 2013

Sometimes, Your World is Spinning Around

Minggu, 27 Okt 13
11.26 pm

Sometimes, the world shocked me out. Ada hal-hal yang sama sekali tidak pernah kamu sangka sebelumnya. Ada hal-hal yang kenyataan sebenarnya sangat jauh berbeda dengan apa yang menghantui pikiranmu selama ini. Pun demikian dengan orang-orang yang kamu temui di sekitar. Semuanya bisa sangat berbeda dan tidak terbayangkan sebelumnya. Spin around. 

Beberapa dari mereka mungkin sudah kamu kenal. Tapi selalu ada yang menarik ketika kamu bertukar pikiran dengannya. Selalu ada hal baru yang membuatmu berkata "oh" dan "wow". Selalu ada pelajaran berharga di setiap perbincangan dengannya. Dan kamu merasa sayang untuk mengakhirinya. Diam-diam kamu berpikir bahwa Tuhan mendekatkan kamu dengan mereka karena suatu alasan. Karena dengannya lah kamu merasa menemukan sebagian sisi dirimu yang juga ada di sana. Karena dengannya lah kamu akan berpikir hal-hal yang sebelumnya tak terpikirkan olehmu. Karena bersamanya lah kamu melakukan hal-hal gila yang selama ini jarang atau bahkan tidak pernah kamu lakukan. Diam-diam kamu ingin selamanya seperti ini. Wish this never end. 

Beberapa yang lain belum lama kamu kenal atau teman lama yang sudah sekian tahun lost contact. Ada yang membatasi antara mu dan dia selama ini. Entah apa pun itu. Kamu tidak pernah membayangkan akan menemukannya lagi, bersitatap dengannya lagi, bahkan berbincang dengannya lagi. Ada yang membuatmu merasa hal itu mustahil. Mungkin kamu merasa masih ada jurang pemisah antara mu dan nya. Jurang pemisah yang masih membutuhkan waktu cukup lama untuk menunggu pergeseran lempengnya mendekat satu sama lain. Atau jurang pemisah yang memang tercipta karena lempengnya pernah bertabrakan pada suatu masa lampau dan hancur yang memunculkan jurang itu. Pada suatu ketika yang tak pernah jadi persangkaanmu, pergerakan lempeng mendekat itu terjadi, atau lempeng yang hancur itu mulai menumbuh, berusaha untuk merekatkan diri kembali pada dua lempeng di sampingnya. Kamu yang nyaris desperate atas adanya jurang itu seketika menemukan bara semangatnya. Tak pernah ada dalam pikiranmu, bahkan kamu mungkin sudah mulai menguburnya, tapi kini yang terjadi telah melampaui batas persangkaan. Perbincangan itu terjadi dan kamu merasa sangat ingin memencet tombol "pause" pada remote waktu. Kamu takut setelah ini lempeng bergerak menjauh lagi atau lempeng penyambung itu masih rapuh dan kembali hancur pada akhirnya.  

Dalam kondisi semacam itu, kamu nyaris merasa gila. Kamu nyaris tak menapak pada kesadaranmu, terbumbungkan oleh semacam rasa abstrak. "Hei, ini benar-benar terjadi!" mungkin kamu akan meneriakkan itu berulang kali. Tak apa. Teriakkan saja sebelum dirimu meledak. Dirimu tidak akan kuat menampung ribuan hal tak terduga yang menyerbu tiba-tiba. Teriakkan saja, biar kemudian tersisa ruang untukmu mengucap syukur. Ya, Tuhan lah yang suka memberikan kejutan-kejutan itu untukmu. Kejutan-kejutan kecil, kejutan romantis.

Dear pals, I'm glad to have you all. Thanks a lot for today, I've got a blast. You paint my day when it started to gray. I feel blessed being around you :) *hug* 

Kamis, 17 Oktober 2013

Kecamatan Kaligesing, Purworejo

Kecamatan Kaligesing terletak di ujung timur Kabupaten Purworejo dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kulonprogo, DIY. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Purworejo. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bagelen. Sedangkan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Loano.

Kecamatan Kaligesing memiliki luas wilayah 69 km2. Jumlah penduduk Kecamatan Kaligesing menurut data tahun 2000 sebanyak 35.562 jiwa. Kepadatan penduduk 513 jiwa/km2 (wikipedia). Kecamatan Kaligesing terdiri dari 21 Desa, yaitu:
1. Desa Donorejo dengan luas wilayah 5,96 km2
2. Desa Gunungwangi
3. Desa Hardimulyo 
4. Desa Hulosobo dengan luas wilayah 3,06 km2
5. Desa Jatirejo dengan luas wilayah 5,32 km2. Desa ini terletak di daerah perbatasan paling selatan dengan DIY. Satu-satunya wilayah di Kecamatan Kaligesing yang sulit dijangkau kendaraan.
6. Desa Jelok 
7. Desa Kaligono dengan luas wilayah 8,93 km2
8. Desa Kaliharjo dengan luas wilayah 3,47 km2
9. Desa Kedunggubah 
10. Desa Ngadirejo 
11. Desa Ngaran
12. Desa Pandanrejo dengan luas wilayah 2,70 km2
13. Desa Pucungroto dengan luas wilayah 1,24 km2
14. Desa Purbowono dengan luas wilayah 1,81 km2
15. Desa Somongari dengan luas wilayah 8,13 km2
16. Desa Somowono 
17. Desa Sudorogo dengan luas wilayah 2,66 km2
18. Desa Tawangsari dengan luas wilayah 1,96 km2
19. Desa Tlogo Rejo 
20. Desa Tlogobulu dengan luas wilayah 1,68 km2
21. Desa Tlogoguwo dengan luas wilayah 9,45 km2

Kecamatan Kaligesing ini cukup populer. Banyak aset dan potensi yang tersimpan di dalamnya. Di Kaligesing inilah tempat kelahiran pahlawan WR Supratman. Kaligesing juga disebut-sebut sebagai penghasil Kambing Ettawa dan penghasil Durian terbesar se-kabupaten dan terkenal hingga ke luar daerah. Tempat wisata pun menarik di Kaligesing ini, terutama wisata alam karena memang topografinya lebih tinggi. Saya pernah bersama-sama dengan keluarga dan saudara bermaksud ingin ke Goa Seplawan yang terdapat di Kaligesing ini. Belum sampai pada tempatnya, mesin mobil sudah berasap kepanasan karena saking tingginya tanjakan jalan. Kami memutuskan untuk berbalik dan membatalkan agenda itu. Sampai sekarang belum keturutan lagi, padahal menurut penuturan teman-teman yang sudah pernah, Goa Seplawan ini memiliki daya tarik tersendiri. Yah, saya berharap suatu saat nanti punya kesempatan untuk mengunjunginya. Kaligesing juga sering menjadi jalur alternatif menuju Jogjakarta, selain lewat Wates. Lebih dekat, lebih sepi (tidak macet), tetapi memang jalannya naik-turun dan berkelok-kelok.

Ini dia peta administrasi Kecamatan Kaligesing
Untuk gambar yang lebih jelas, kunjungi https://docs.google.com/file/d/0B9ckSp008ZxBX3BKQUZjZ2t5S1U/edit , untuk resolusi yang lebih tinggi.

Kecamatan Purwodadi, Purworejo

Kecamatan Purwodadi terletak di bagian selatan Kabupaten Purworejo. Luas wilayah Kecamatan Purwodadi adalah 54 km2. Jumlah penduduk menurut data tahun 2000 sebanyak 40.789 jiwa. Kepadatan penduduk 757 jiwa/km2 (Wikipedia).

Letak geografis Kecamatan Purwodadi
sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia
sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Banyuurip
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bagelen
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ngombol

Kecamatan Purwodadi terdiri dari 40 Desa, 103 Dusun, 96 RW, 272 RT, dengan perkembangan Desa semuanya sudah swasembada. 40 Desa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Banjarsari
2. Blendung
3. Bongkot
4. Bragolan
5. Brondongrejo
6. Bubutan
7. Gedangan
8. Geparang
9. Gesing
10. Guyangan
11. Jatikontal
12. Jatimalang
13. Jenar Kidul
14. Jenar Lor
15. Jenar Wetan
16. Jogoboyo
17. Jogoresan
18. Karanganyar
19. Karangmulyo
20. Karangsari
21. Kebonsari
22. Keduren
23. Kentengrejo
24. Keponggok
25. Kesugihan
26. Ketangi


27. Nampu
28. Nampurejo
29. Plandi
30. Pundensari
31. Purwodadi
32. Purwosari
33. Sendangsari
34. Sidoharjo
35. Sukomanah
36. Sumberejo
37. Sumbersari
38. Tegalaren
39. Tlogorejo
40. Watukuro

Peta administrasi Kecamatan Purwodadi







Rabu, 16 Oktober 2013

Antara Superhero dan Komunikasi

Rabo, 16 Oktober 2013
17.00

Seratus Persen - Joshua March

Semalam telah berlalu
Ketika kita berdua janji bertemu
Karena semangatnya aku
Mungkin ku lupa aku tak ada uang
Pusing kepalaku jadinya

Angkat telponku, balas pesanku
Berikan waktu untuk ku jelaskan
Maaf aku tak datang semalam
Uangku hanya lima ribu
Maafkanku yang tak bisa penuhi
Semuanya kau mau oh sayang
Cintaku begini namun cintaku kepadamu
Woo seratus persen

Kau telah pergi dariku
Dan takkan kembali
Aku kan tetap menanti

Angkat telponku, balas pesanku
Berikan waktu untuk ku jelaskan
Maaf aku tak datang semalam
Uangku hanya lima ribu
Maafkanku yang tak bisa penuhi
Semuanya kau mau oh sayang
Cintaku begini namun cintaku kepadamu
Woo (seratus persen) seratus persen

Lagu lantunan Joshua March ini blow up sekitar bulan April-Mei 2012. Temponya asyik, ear catching membuat kita ingin menjentikkan ibu jari ketika mendendangkannya. Karena nadanya asyik, saya sempat memasukkan lagu ini dalam playlist mp3 di hp saya, tapi hanya bertahan beberapa minggu saja karena mungkin saya memang tidak terlalu "in" dengan liriknya. Lucu sih liriknya, cocok buat nyacat "ih, gitu doang lho, kok ya bisa bikin rusak hubungan?". Mungkin itu yang menjadi daya tarik saya pada awalnya, karena saya merasakan ada kepuasan setelah mendengarkan lagu ini kemudian mencacatnya dan ngebego-begoin si cowok dan si cewek dalam cerita lagu itu. Saya menganggap mereka berdua ini sama sekali tidak logis.  Hingga lama-lama saya capek mencacat dan memilih untuk menghapus lagu itu dari playlist mp3 hp saya. Di laptop, lagu itu masih saya simpan tapi tidak pernah saya pasang.

Tapi sore ini, setelah sekian lama saya tidak mendengar lagu ini, akhirnya saya mendengarnya di salah satu stasiun radio. Saya sudah hampir mencacat, tapi kemudian saya merasa terlalu jahat. Mungkin saya memang menganggap masalah mereka sangat sepele dan tidak logis untuk dijadikan alasan putus. Tapi bukankah itu menurut saya? Bagaimana menurut mereka? Mereka menganggap ini masalah yang serius dan saya takut mengakui bahwa saya mulai menganggap hal itu masalah yang serius pula. Saya semacam menjilat ludah sendiri, mungkin. haha.

Jadi masalah yang terjadi di sini adalah si cowok tidak jadi datang mengapel ke kediaman si cewek padahal mereka sudah janji untuk bertemu. Alasan si cowok tidak datang adalah karena dia hanya punya duit lima ribu rupiah. Mungkin aktivitas ketemuan mereka biasanya makan malam bersama dan si cowok lah yang membayar makan malam mereka. Menurut si cowok, duit lima ribu rupiah itu tidak cukup untuk biaya makan malam mereka berdua. Si cowok malu untuk jujur kalau duitnya habis tidak cukup untuk makan berdua sehingga dia memilih untuk tidak datang ke tempat ceweknya dan tanpa alasan pada mulanya. Entahlah mungkin dia bingung mencari alasan yang tepat untuk itu. Ini jalan pikiran si tokoh cowok.

Lalu bagaimana jalan pikiran si tokoh cewek? Si cewek di sini posisinya tidak tahu bahwa alasan cowoknya mengkhianati janji adalah karena duit yang tidak cukup untuk mentraktir makan malam. Fakta yang diketahui si cewek adalah cowoknya tidak menepati janji. Udah itu aja. Si cewek merasa dikhianati dan dia marah karenanya sehingga telepon dan sms dari cowok itu tidak dia respon. Akhirnya si cewek memilih untuk pergi dari si cowok. Di sini sih menurut interpretasi saya, mereka putus akhirnya.

Nah lho, nangkep sesuatu dari sini? Yap, ada dua masalah di sini. Pertama masalah gengsi seorang lelaki dan kedua masalah komunikasi. Kelemahan para lelaki adalah keinginannya untuk selalu menjadi superhero bagi perempuannya. Kenapa saya bilang itu kelemahan? Karena ketika hal itu menjadi sebuah keharusan bagi seorang lelaki, dia akan melupakan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perempuannya. Seperti kisah dalam lagu Seratus Persen ini, si tokoh cowok menganggap bahwa pacaran itu ya makan malam berdua, makan malam berdua ya harus cowok yang mbayarin nggak boleh cewek. Jadi dalam pikiran si cowok hanya ada dua pilihan baginya: mbayarin makan atau kalau tidak bisa berarti tidak usah ketemu malam ini. Si cowok merasa harga dirinya akan jatuh ketika tidak bisa membayari makan malam ceweknya sedangkan dia tidak punya ide aktivitas lain selain makan bareng. Di pikirannya hanya ada kalimat "orang pacaran itu ya makan bareng". Cowok berusaha menjadi superhero. Kalau tidak bisa membayari makan, maka tidak bisa disebut superhero.

Padahal, jika kita menilik isi pikiran perempuan, akan sangat jauh berbeda. Bagi cewek, aktivitas pacaran tidak harus dihabiskan dengan makan bareng dan tidak harus cowok yang membayari. Ya, mungkin tidak semuanya beranggapan seperti itu. Bagi cewek-cewek "pemanfaat" akan mengharuskan cowoknya untuk membayari di setiap makan-makan mereka. Tapi paling tidak, ada hal yang jauh lebih penting dari itu semua. Kehadiran lelakinya. Sekali lagi kehadirian cowoknya. Kaum lelaki seringkali melupakan hal ini. Bagi perempuan, hal yang terpenting dari hubungannya dengan lelaki adalah bisa bertemu, berbincang dari hati ke hati, dan diperhatikan. Hal itulah yang sebenarnya membuat cewek merasa spesial, bukan gratisnya makan yang didapat dari cowoknya. Cewek pun sebenarnya tidak masalah apabila makan mereka membayar sendiri-sendiri.

Di sini jalan pikiran mereka berbeda. Masalah akan selesai apabila ada komunikasi di antara mereka, dan sebaliknya menjadi semakin bertumpuk apabila mereka gagal menjalin komunikasi. Yang terjadi dalam lagu ini adalah mereka gagal menjalin komunikasi sehingga berujung dengan putusnya mereka. Si cowok bermaksud ingin menjelaskan kepada ceweknya tentang alasannya menggagalkan pertemuan itu. Lewat telepon, tidak diangkat oleh si cewek. Lewat sms, ada dua kemungkinannya di sini, tergantung dari isi sms si cowok. Si cowok sudah benar ingin menjelaskan apa yang terjadi melalui telepon. Tetapi ketika telepon itu tidak direspon kemudian dia sms hanya berisi meminta si cewek untuk mengangkat teleponnya, di sini si cowok gagal menjalin komunikasi. Kenapa? Karena dia gagal menyampaikan maksudnya. Perempuan, dalam kondisi seperti itu kemudian tidak mengangkat telepon, berarti dia memang sedang tidak ingin berbicara dengan cowoknya. Nah, apakah dengan begitu si cowok terus memaksa si cewek atau malah membiarkannya dalam kemarahan? Tidak. Ada cara untuk menyampaikan penjelasan itu sekaligus hal yang bisa meredakan kemarahannya, yaitu dengan sms. Ketika menjelaskan melalui telepon tidak memungkinkan, bisa kan menjelaskan melalui sms? Menjelaskan tentang apa yang memang ingin dijelaskan, bukan meminta untuk mengangkat teleponnya. Hei, itulah yang membuat cewek merasa spesial, bukan?

Jika sms yang dilayangkan si cowok setelah mengetahui telepon tidak diangkat itu sudah berisi penjelasan yang sedianya akan dijelaskan lewat telepon, tetapi respon ceweknya masih tidak baik, berarti si cewek yang gagal berkomunikasi. Cowoknya sudah berusaha menjelaskan duduk perkaranya, tetapi si cewek tidak bersedia untuk mengkomunikasikan pula apa yang ada dalam pikirannya "waktu itu" dan apa yang menjadi keinginannya. Sehingga ya sudah, mereka berdua tidak bertemu dalam masalah yang sama, tidak mengetahui solusi yang bahkan ada sangat dekat dengan mereka. Berpisahlah mereka dengan alasan yang mungkin kedengarannya sangat tidak logis, tapi barusaja kita bisa melogiskannya. Paling tidak.