Jumat, 24 Agustus 2012

Keren Itu Adalah... (definisi 2)

Jum'at, 24 Agt '12
11.15pm

Quote untuk hari ini: "Keren itu adalah ketika kita tidak sekedar menanggapi pembicaraan atau pendapat seseorang dengan satu kata"

Pernah nggak si ketika kamu melontarkan suatu pendapat atau menceritakan apa yang sedang terlintas di otakmu kepada seseorang, lalu seseorang itu hanya menanggapi pendapat dan ceritamu itu dengan satu kata, misalnya "iya" ? Apa yang ada di pikiranmu kala itu? Yup, kamu langsung diem, nggak ngerti harus nglanjutin obrolan dengan apa, kemudian suasana hening, krik-krik, dan berkata dalam hati "oh, gitu doang? okay".

Yaaah, mungkin ada juga si yang nggak berpikiran seperti itu dan so what biasa-biasa aja pas ngalamin hal itu. Tapi kalau aku, aku termasuk salah satu yang langsung diem krik-krik tadi itu. Ya coba deh bayangin aja, kamu udah cerita panjang kali lebar hingga ketemu luas, dengan penuh semangat sampai mulut berbusa-busa, penuh perasaan. Terus, ketika kamu selesai cerita, teman kamu cuma manggut-manggut dan bilang "Ho'oh". Kamu diam menunggu temanmu melanjutkan bicaranya karena kamu berharap temanmu memberi feedback atau tanggapan yang lebih dari itu. Tapi lanjutan itu tak kunjung datang. Suasana hening terjadi. Kamu kecewa. Dan kamu lebih kecewa ketika temanmu angkat bicara, dia sudah beralih ke topik lain. What?? Segitu doang?? Ndengerin beneran nggak si ini anak?! Jangan-jangan pas gue cerita, ini anak pikirannya ke mana-mana! *lempar sendal.

Nah, ketika kita tahu bagaimana rasanya ketika cerita kita tidak ditanggapi, kita jangan sampai memperlakukan siapapun seperti itu. 100% benar kata orang bijak kalau mendengarkan itu lebih susah daripada berbicara. Sepintas kita pasti menyangkalnya. Kok bisa? ya lebih gampang ndengerin dong, tinggal pasang kuping, nggak capek, dan nggak perlu mikir kata-kata! Eits, tunggu dulu bro! Coba pahami lebih detail kata-kata bijak itu "Mendengarkan itu lebih susah daripada berbicara". Pahami maknanya, melampaui apa yang tertangkap di permukaan. "Mendengarkan" di situ tidak hanya sekedar mendengar dengan telinga, tapi juga "mendengarkan" dengan pikiran dan dengan perasaan. Kita mencoba menyelami perasaan apa yang dirasakan si pencerita, kita mencoba mengikuti arus pikiran si pencerita, kita mencoba untuk ikut menjadi si "dia". Bagaimana? Cukup sulit, bukan? Ketika kita berbicara, kita langsung saja bisa mengikuti jalan pikiran kita sendiri, kita langsung bisa merasakan apa yang kita rasakan sendiri. Tapi kalau mendengarkan, kita butuh ikut menyelam dalam alam pikiran orang yang berbicara. Seseorang yang keren akan mencoba ikut terlibat dalam cerita atau pendapat yang tengah dituturkan temannya. Itu baru yang namanya "memahami". Jadi, ubah dulu definisi tentang mendengarkan. Karena dalam tulisan ini, mendengarkan berarti memahami.

Seseorang yang keren dalam mendengarkan, akan memancing teman yang bercerita itu agar melanjutkan ceritanya lebih jauh. Seseorang yang keren dalam mendengarkan, akan berusaha agar terlihat tertarik dengan cerita yang dituturkan. Seseorang yang keren dalam mendengarkan, akan ikut berbagi cerita dan pengalamannya tentang hal yang sama. Seseorang yang keren dalam mendengarkan, akan ikut menyumbangkan pendapatnya tentang hal yang sedang dibicarakan.

That's how we respect others. Orang akan merasa dihargai. Dengan begitu, orang akan nyaman berbicara dan berbagi denganmu. Taukah kamu, bahwa perhatian sekecil apapun dari kita, akan sangat bermakna bagi orang lain. Ketika seseorang menceritakan masalahnya kepada kita, kita tidak harus memberinya sebuah solusi atau saran, sebenarnya. Kalau kita tak punya ide untuk memberinya sebuah solusi, cukup dengan kita mendengarkan dan berbagi pengalaman yang sejenis. Kalau kita belum pernah mengalami hal semacam yang diceritakan itu, kita bisa menceritakan pengalaman orang lain atau kita pernah mengetahui beberapa info terkait permasalahan tersebut. Tidak harus berbentuk solusi. Itu saja sudah akan meringankan bebannya. Nilai sebuah penghargaan dan penerimaan itu luar biasa, loh..

Jangan pernah berpikir bahwa hanya dengan satu kata sebagai bentuk persetujuan atas pendapat atau cerita seseorang itu berarti kamu sudah berinteraksi secara baik dengannya. Bohong besar! Yang ada malah orang akan kehilangan respectnya padamu. Orang akan menilai otakmu nggak ada isinya sama sekali. Ketika seseorang melontarkan pendapatnya atas sesuatu kepadamu, tunjukkan bahwa kamu juga punya pendapat tentang hal itu. Biarpun sependapat, tapi pikiranmu tidak akan mungkin sama persis dengan pikiran dia, bukan? Tunjukkanlah pemikiranmu. Kalau bisa, tunjukkan kalau kamu punya sesuatu yang lebih yang bisa kamu bagikan ke dia. Dengan begitu, kamu akan punya nilai yang lebih di mata teman-temanmu.

Itu baru yang namanya keren .


PS. Siap untuk menjadikan diri kita keren? Let's go, folk! \(^_^)/

Jumat, 10 Agustus 2012

Keren Itu Adalah... (definisi 1)

Jumat, 10 Agt 12
11.57pm

*edisi 3 menit sebelum pergantian hari*

Quote untuk hari ini: "Keren itu adalah ketika bisa memposisikan arah pembicaraan dengan timing yang tepat". Salah satu kunci agar komunikasi yang terjadi di antara kita dan lawan bicara kita menjadi efektif dan tidak menuai salah paham. Lawan bicara pun akan tertarik pada kita. Sederhana sebenarnya, nggak susah. Yang dibutuhkan di sini adalah kepekaan kita akan kode dan integrasi pengalaman lalu.

Memposisikan arah pembicaraan dengan timing yang tepat. Nggak mungkin kan kita ngomongin tentang misalnya referensi film bagus di saat kita sedang menempuh ujian semester. Boleh-boleh aja sebenarnya dan nggak ada yang salah. Cuma ketika kita lihat efek yang bakal timbul ke belakangnya, kita bakal paham. Selama menghadapi ujian beberapa minggu ke depan, yang ada di otak kita kemudian adalah daftar film bagus yang wajib ditonton, bukannya fokus kepada bahan ujiannya. Bahkan ada beberapa yang bahkan mencuri-curi waktu untuk menonton film itu di waktu yang seharusnya kita gunakan untuk belajar. Nah lho! Belok kaan?

Atau nggak mungkin juga kita nembak seseorang, tepat sehari setelah orang itu putus dengan pacarnya. Bisa dipastikan kita akan ditolak..atau setidaknya orang itu belum bisa menerima kita dalam waktu dekat. Tahu kenapa? Masalah hati. Kebanyakan orang yang barusan putus, tidak akan serta merta membuka hatinya untuk kedatangan orang lain. Sedikit banyak, ada resistensi dari hatinya untuk kembali mencinta dan dicinta. Beberapa orang jadi semacam 'anti' terhadap pembicaraan-pembicaraan yang menyangkut masalah perasaan, untuk beberapa waktu. Jadi, kalau kita mau nembak seseorang yang baru putus, tunggulah sampai perasaannya netral kembali dan siap menerima kita. PDKT yang dilakukan santai aja, nggak perlu buru-buru ngomong masalah hati. Kalau kita ngomong masalah hati dengan maksud untuk menunjukkan keseriusan kita, target (orang yang mau ditembak) malah jadi makin menjauh karena semenjak putus, bisa jadi semacam rada males ngebahas masalah hati dan hubungan romantis. Tujuan kita nggak tercapai, dia malah jadi nggak tertarik dengan pembicaraan kita. Nah kan..Gagal pedekate dong yah jadinya.

Atau..kita nggak mungkin juga ngajak ngobrol tentang rencana vacation kepada seorang workaholic yang sedang autis dengan tumpukan berkas di meja kerjanya. Dijamin 100% dia nggak bakal menanggapi tawaran kita dengan tertarik dan antusias. Yang ada malah kita dicuekin atau lebih ekstrimnya lagi kita disuruh keluar dari ruang kerja dia. Sedih banget nggak sih jadinya? Maksud kita mungkin baik, biar refreshing, nggak terlalu dibebani oleh kerjaan dan stressor. Tapi kalau sasaran kita sedang dalam waktu-waktu sibuknya? Kita nggak bakal direspon, meen..Jangan harap dia bakal tertarik dengan pembicaraan kita.

Jadi, ngebuat orang lain tertarik dengan pembicaraan kita tuh butuh strategi, nggak asal ngemeng tanpa liat waktu dan situasi. Sederhana aja, kita hanya perlu "membaca" dan lihat seberapa tertariknya orang dengan pembicaraan kita. Itu baru yang namanya keren.


PS. Nantikan definisi keren lainnya pada edisi selanjutnya!

random: thx to the inspirator #nomention