Jum'at, 27 Des '13
11.15 pm
"Apa esensi hidupmu? Apa value tertinggi yang ada dalam dirimu?"
Kenapa dua pertanyaan itu sulit kutemukan jawabannya? Kenapa aku masih takut untuk bertemu dengan diriku sendiri? Aku takut bertemu dengan swarin kecil. Aku takut bertemu dengan swarin besar. Aku hanya berani bertemu dengan swarin saat sekarang.
Apa arti menerima dirimu sebenarnya? Apakah ketika kita paham apa perasaan kita di masa lalu, paham mengapa kita bisa berada di sana, itu berarti kita menerima? Benar-benar menerimakah kita? Atau sebenarnya masih dalam kognitif kita?
Selama ini aku bisa ketika ada suatu peristiwa yang menyakitkan, secara otomatis, aku mencari hal-hal positif yang kudapat dari peristiwa menyakitkan itu. Setelah itu aku merasa lega. Tapi ketika sudah lewat, menjadi masa lalu, kemudian sekarang mengingat kembali hal yang menyakitkan itu, aku masih bisa merasakan bagaimana sakitnya. Lantas apakah dengan begitu aku sebenarnya hanya paham secara kognitif saja dan belum benar-benar menerima diriku di masa lalu itu? Saat aku mencari sisi positif dari hal menyakitkan itu, mungkinkah aku sebenarnya sedang mencari-cari alasan supaya aku merasa nyaman? Aku menolak rasa sakit itu sehingga aku mencari hal positifnya sebagai penyeimbang? Tapi aku tetap tidak bisa menerima rasa sakit itu dong berarti, karena aku berusaha menggantikannya dengan perasaan positif itu.
Aku pernah mengembalikan semuanya pada Tuhan. Sering. Tapi sekarang kemudian aku mempertanyakan, apakah aku sudah benar-benar mengembalikan pada Tuhan? Jangan-jangan Tuhan yang aku maksud selama ini hanya sebagai alasan yang kubuat agar aku merasa seolah-olah aman. Selama ini, aku benar-benar merasa aman atau baru sekedar seolah-olah merasa aman? Karena bisakah proses itu melompat? Ketika aku bingung harus bagaimana, aku langsung menuju pada Tuhan, aku tidak menanyai diriku sendiri dulu, aku tidak bertemu dengan alter ego-alter egoku yang lain dulu. Jadi apakah memang bisa melompat, ataukah yang terjadi selama ini aku hanya mengatas namakan Tuhan agar merasa seolah-olah aman?
Ah, Tuhan, bantu aku menemukan jalan menuju diriku sendiri. Bantu aku bertemu dengan swarin kecil, menyapanya, dan mengajaknya berjalan bersama-sama. Pun dengan masa depan. Bantu aku menemukan swarin besar ada di mana kelak. Bantu aku menemukan aspirasi dan esensi hidup. Karena aku yakin hidup bukanlah sekedar bernafas, tetapi juga menafaskan. Sama dengan aku yakin Tuhan menciptakanku karena suatu alasan. Apakah itu? Bolehkah aku tahu sedikit saja, Tuhan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar