Jumat, 14 Februari 2014

Debu Abu dan Kenangan Masa Lalu

Jumat, 14 Feb '14
21.29

Setengah sembilan pagi. Hujan abu masih berlangsung 

Hujan abu (lagi). Kali ini giliran si Kelud yang bersuara. Lantang. Membawa serpihan material gunung hingga ratusan kilometer. Erupsi ini membawa ingatan kita kembali pada Erupsi merapi tahun 2010 silam. Ah, debu abu yang membawa kenangan masa lalu. Eaaa...

Erupsi Gunung Kelud kali ini konon lebih hebat dibandingkan Merapi kemarin, juga lebih hebat dibandingkan letusan Gunung Kelud tahun 1990. Di beberapa situs menjelaskan terjadi perubahan ciri letusan dari letusan sebelumnya (2007) yang bersifat efusif. Pada tahun 1990 letusan Kelud bersifat eksplosif, kemudian tahun 2007 bersifat efusif karena adanya retakan di jalur lava gunung, dan sekarang ini Kelud kembali ke bentuk semula dengan letusan eksplosifnya. Kali ini ketinggian lontaran material vulkanik setinggi 17 km. Untuk info lebih lengkap klik http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/2963/4/Gunung.Kelud.Meletus

Di daerah saya sendiri, efeknya 11-12 dengan efek erupsi merapi tahun 2010 lalu, sama-sama hujan abu meskipun tumpukan abu lebih tebal saat 2010. Iya lah, jarak Jogja-Kutoarjo lebih deket dibandingkan Kediri-Kutoarjo. Dan seketika itu juga memori saya akan pengalaman menghadapi erupsi merapi tahun 2010 terbangkitkan lagi.

Sekitar bulan November. Saya baru semester 5 waktu itu. Tanggal 5 November, hari Jumat dini hari. Waktu yang persis seperti Kelud, hari Jumat dini hari. Saya berada di Jogja waktu itu. Memang sejak beberapa hari sebelumnya, status keaktifan gunung Merapi selalu naik. Tengah malam, saya belum tidur, terjadi gempa disertai suara gemuruh. Saya dan beberapa teman kos keluar kamar. Tidak banyak. Entah seingat saya saat itu kos lumayan sepi, minggu-minggu itu jatahnya mid-semester. Ketika keluar kamar, ternyata di luar hujan kerikil..

Saya, kakak saya, ajeng, dan ibunya tika (saat itu sedang mengunjungi tika di jogja. Tikanya sendiri waktu itu malah sudah berjalan-jalan di alam mimpinya sendiri sehingga tidak tahu apa yang terjadi di luar di dini hari itu. Haha) menuju ke kamar mbak sany buat memantau berita di televisi. Waktu itu Mbak sany sedang pulang kampung, tapi kunci kamarnya dititipkan kepada kami. Sampai kami memutuskan untuk tidur, hujan kerikil belum berhenti. Pagi harinya, semuanya berubah warna menjadi putih. Hujan abu masih terjadi macam turun salju di Jogja. Belum ada kejelasan kuliah diliburkan atau tidak. Saya dan ajeng kemudian ke kampus. Berkumpul dengan beberapa teman lain yang juga berangkat kuliah. Akhirnya setelah bertanya pada akademik, kegiatan kuliah hari itu dan beberapa hari ke depan sampai waktu yang akan diberitahukan selanjutnya ditiadakan. Pulanglah kami.

Dan siang itu juga, saya dan kakak saya pulang ke rumah. Saya yang tahun itu sebenarnya ingin mendaftar suatu komunitas jadi urung dan berniat untuk mendaftar tahun depan saja. Demi pulang. Meskipun keadaan di rumah lebih parah dibandingkan posisi saya di Jogja, tapi berkumpul bersama keluarga di saat bencana seperti ini lebih menenangkan daripada terpisah-pisah. Tumpukan abu di rumah lebih tebel dibandingkan daerah kampus saya. Angin memang membawa debu abu merapi ke arah barat. Jadilah kami pulang ke rumah dengan jaket, kaos kaki, plus masker. Masker menjadi populer dan laris bak kacang goreng. Sama persis dengan kali ini. Menyebabkan inflasi harga masker :p

Kegiatan di rumah pasca erupsi merapi itu praktis disibukkan dengan kerja bakti ngeruk abu. Kali ini pun juga. Sore tadi disibukkan dengan mengeruk abu yang tebelnya sekitar 2cm. Capeknya ngeruk abu itu sama dengan capeknya ngeruk kenangan masa lalu. Eaaa.. *ngemut bantal*.

Yah, semoga para korban erupsi Kelud diberi kekuatan dan ketabahan dalam mengahadapi bencana ini. Bagaimanapun juga, bencana merupakan salah satu dari sekian banyak cara Tuhan dalam menyapa umat-Nya.

Tebelnya abu di halaman

Pus pun hanya tertegun memandang tumpukan abu

Jejak kenangan masa lalu

Dedaun yang berselimut abu


Kerja bakti ngeruk abu
































Karena hobi saya motret (yah walaupun hasilnya tidak bisa dikatakan bagus), saya juga punya dokumentasi keadaan sekitar kos dan sekitar rumah pasca hujan abu erupsi Merapi tahun 2010 lalu. Dan karena judul tulisan ini debu abu dan kenangan masa lalu, maka di sini pun terekam potret-potret kenangan itu...
Jalanan di kompleks kos kuningan #DMC-FS42




















Atap kosan belakang #DMC-FS42 #dari lantai 2 F18c
Balkon tempat biasa maem bareng penghuni F18c lantai 2 #DMC-FS42
















Melihat aliran lahar dingin di kali code #perjalanan pulang #DMC-FS42

Hujan abu merobohkan pagar bambu #kutoarjo #lebih parah #DMC-FS42
















Dan saya pun secara tak sengaja menemukan file surat edaran keputusan rektor tentang kegiatan akademik dalam tanggap darurat bencana Merapi (ada di tumpukan file kuliah jaman dulu,hihi). Karena filenya tidak bisa diinsert ke sini, saya kasih link url'nya saja ya --> http://ugm.ac.id/downloads/EA813A314FD96573.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar