Rabu, 10 April 2013

Rest In Peace : Popo


Rabo, 10 April 2013
9.48pm

Pagi tadi, masih kusapa kau di bangun tidurku. Pagi tadi masih kau sapa aku dengan tatapan khas matamu. Pagi tadi, ya, pagi tadi, semuanya masih sama seperti hari-hari lalu. Kecuali satu hal. Aku merasa sangat ingin bermain-main denganmu seharian ini. Tapi aku tak bisa, aku harus beraktivitas hingga sore. Dan aku mulai berkelakar padamu: "aku pengen banget bawa kamu bareng aku e. Kamu tak masukin tas mau ya? Apa milih tak masukin saku?" Ya. Itu kelakarku tadi pagi. Kelakar yang tak kusangka menjadi kelakar terakhirku untukmu.

Mungkin sore ini menjadi sore yang masuk dalam daftar hal yang paling tak kuharapkan. Aku kehilanganmu. Kamu meninggalkanku. Ah, mungkin salah. Mungkin lebih tepat disebut aku yang meninggalkanmu. Genap seminggu ini aku jarang bermain-main denganmu. Hanya sapaan sesekali yang masih kutujukan untukmu. Seminggu ini, aku terlalu berkutat dengan aktivitas baruku. Aku hanya punya dua waktu bersamamu: pagi hari selama beberapa menit sebelum keberangkatanku, dan maghrib senja hari selama beberapa menit setelah aku memasuki kamarku. Setelah itu, aku tertidur hingga pagi, tidak lagi punya waktu untuk sekedar berbagi cerita denganmu seperti hari-hari sebelumnya.   

Maafkan aku, aku tak bermaksud mengabaikanku. Andai kamu tahu, sejak aku kehilangan banyak waktu bersamamu seminggu ini, aku selalu merindumu. Aku kangen melihatmu berguling-guling menghiburku kala aku sedih. Aku kangen dengan tatap matamu yang membiusku, melenyapkan penatku seketika.

Maafkan aku, seharusnya aku tahu, umurmu tak akan lama lagi. Aku tahu, tapi seharusnya aku menyadari itu. Mungkin kau juga ingin menghabiskan masa tuamu bersamaku. Tapi aku tak menyadari itu. Aku tak menyadari hingga semuanya ini terjadi. Aku terlambat. Waktumu tak sanggup lagi menunggu waktuku. Dan aku mengabaikan tanda itu. Aku jahat, maafkan aku.

Dan kemudian, masih bolehkah aku berterima kasih kepadamu? Terima kasih atas hari-hari yang telah terlalui. Terima kasih atas kesetiaanmu menemaniku kala lelah. Terima kasih atas tak bosanmu mendengarkan tiap kesahku. Terima kasih atas semangat yang selalu kau tularkan padaku. Dan terima kasih atas tatap bening matamu yang selalu menghangatkanku.

Kehendak-Nya. Tak ada yang bisa menghalangi. Semua makhluk hidup berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya. Semoga kau tenang di sisiNya, Popo. Amin.  


PS. Popo (Februari 2011 - 10 April 2013)