Kamis, 29 Desember 2011

Jalan Masih Panjang - All Finalist A Mild Live Wanted


Kusadar hidup ini hanya sebentar
Untuk apa putus asa dan buang waktu saja
Bukankah setiap orang punya problema
yang harus kita lalui dengan hati yang tabah

Lupakan sudah masa lalu kelabu
Kita susun langkah baru jangan hanya menunggu
Harapan kesempatan dan juga waktu
Tak kan selamanya datang
menghampiri hidup kita

Bersyukurlah hari ini kita masih dapat
berjumpa dalam kasih sayangNya
dan jangan kita lupa Dia yang di atas sana, kawan

Berdoalah raih semua cita-cita hidup di dunia
dan jangan kita lupa Dia yang di atas sana, kawan

Hidup ini berat tapi jangan takut kawan
Sebab pengorbanan selalu menjanjikan bahagia
Satu lagi kawan, jalan masih panjang
Berarti kita harus melangkah terus ke muka

Kamis, 15 Desember 2011

POTRET KEPERCAYAAN

Definisi Kepercayaan (Trust)
People beliefs in other good intention, that is others' intention not to harm, to respect their rights, and to carry out their obligation. (Yamagishi, 1994)

Kepercayaan merupakan salah satu aspek psikologi yang penting untuk memperlancar dinamika relasi sosial, menggalang kerja sama, menyederhanakan kompleksitas kehidupan sosial, dan melandasi pengambilan resiko. Tanpa kepercayaan maka relasi sosial menjadi kering.

Dimensi Kepercayaan
1. Kompetensi: pertimbangan yang paling logis
2. Keterbukaan/kejujuran: pengujian
3. Kepedulian: bagian dari relational justice
4. Reliabilitas: kelanjutan dari relational sosial

Pembentukan Kepercayaan
1. Berdasarkan karakteristik: berdasarkan stereotype dan manajemen impresi. Misalnya, orang yang santun lebih dipercaya, sales kurang dipercaya
2. Berdasarkan proses: pertukaran sosial dan kerjasama
3. Kelembagaan: atribusi resmi seperti ijazah dan akreditasi

Tipe Kepercayaan
1. Calculus-based trust
a. Percaya --> L:GL:G>p: (1-p)
c. Ragu-ragu --> L:G=p: (1-p)
L: potensi kehilangan
G: potensi keuntungan
p: peluang keuntungan bila percaya

2. Knowledge-based trust
Kepercayaan karena pengetahuannya. Misalnya dosen
3. Identification-based trust
Menyerahkan sepenuhnya pada pemegang otoritas

PSIKOLOGI PEMAAFAN

Kepada siapa meminta maaf?
1. Diri sendiri
2. Orang lain (orang tua, orang yang disayangi)
3. Tuhan

Bagaimana cara meminta maaf?
1. Akui fakta
2. Deskripsikan kejadiannya
3. Cari waktu yang tepat
4. Tunjukkan empati (kalau minta maaf jangan tunjukkan egoisme)
5. Ucapkan dan 'peragakan' permintaan
6. Lakukan dengan tepat

Lalu apa sih definisi memaafkan itu? Menurut Wade, Bailey, & Shaffer, forgiveness is replacing the bitter, angry feelings of goodwill toward the offender

Siapa yang memaafkan?
1. Faktor disposisi
a. Kepribadian: agreeableness, trait forgivingness
b. Komitmen religius
2. Faktor situasional
a. Empati terhadap yang bersalah
b. Permintaan maaf dan penyesalan
c. Kualitas hubungan
d. Frekuensi disakiti

Pentingnya pemaafan
1. Treatmen terhadap sakit hati dan kemarahan
2. Sebuah pilihan
3. Menghindari relasi yang menyakitkan
4. Sebelum memaafkan pihak lain berarti kita menjadi korban

Mitos Pemaafan
1. Menghapus kemarahan dalam waktu singkat. Adalah omong kosong apabila kita bisa menghilangkan kemarahan dalam sekejap
2. Harus disampaikan secara terbuka. Permintaan tidak harus disampaikan secara terbuka, bisa lewat perilaku, bisa lewat tulisan, atau pasang status di sosial network, misalnya.
3. Dengan memaafkan akan lupa dengan sakit yang dirasakan. No! You never forget!
4. Memaafkan memberi kesempatan pada orang lain untuk menyakiti lagi. Insya Allah tidak jika dia adalah orang yang baik.

Namun, bagi sebagian orang, ada yang tidak bisa atau sulit memaafkan orang lain. Ada alasan tertentu di balik itu. Mungkin ia tidak punya model untuk pemaafan. Orang tuanya tidak pernah mengajarinya bagaimana untuk minta maaf dan memaafkan orang lain. Alasan yang kedua adalah ia tidak memaafkan dirinya sendiri. Makin sulit seseorang memaafkan dirinya sendiri, makin sulit pula ia memaafkan orang lain.

ABC method of Handling Mistake
A: Acknowledge your error & accept responsibility. Don't blame other people or circumstances. It only fixes the blame not the problem.
B: Be gentle with your self. You're still a good and caring person. This is not your first or last mistake.
C: Correct it and move on

Kamis, 08 Desember 2011

Tiga Hari Untuk Selamanya (Part #3)

Kamis, 8 Des '11
9.47 pm

"Konformitas sebagai kontrol sosial: Sebuah studi eksploratif" bukanlah satu-satunya tema yang menjadi pilihan kami saat mendalami permasalahan apa yang ada di Dusun Legundi, Panggang, Gunung Kidul. Ada satu permasalahan lagi yang tidak kalah menarik menurut kami. Dan mengapa kami akhirnya mengambil tema konformitas karena lebih bisa dikaji secara psikologis dan bisa dieksplor dari masyarakat dalam waktu yang relatif singkat.

Di part 3 ini, tidak ada salahnya kan mengulas sedikit tentang satu tema menarik yang tidak jadi kami dalami itu? It's about local myth tradition. Bagi saya pribadi, sangat tertarik dengan tema-tema semacam itu. Mengungkap pengaruh kepercayaan mitos lokal terhadap perilaku masyarakat. Tapi hal tersebut sangatlah tidak mudah bagi kita untuk mengungkapnya dari masyarakat. Karena hal itu sudah masuk ranah kepercayaan yang sifatnya tradisi turun-temurun dan tidak semua orang memiliki alasan yang cukup rasional untuk menjelaskannya. Mungkin bisa kita mengungkapnya, tapi akan sangat membutuhkan waktu, tidak cukup hanya dengan tiga hari membaur dengan masyarakat.

Jadi, kami menemukannya tanpa sengaja. Panas terik membuat kami tertarik untuk duduk di sebuah tembok rendah yang memagari sebuah pohon rimbun di tepi sawah. Sepintas lalu pohon tersebut terlihat biasa saja, kecuali memang sangat lebat dengan cabang (atau akar yang menyerupai batang pohon?) yang begitu banyak. Pohon yang bisa ditebak dengan mudah bahwa usianya sudah lebih dari satu abad.

Ketika kamu mendekat dan mengamati batangnya, kamu akan menemukan beberapa keranjang yang terbuat dari anyaman bambu tergantung di sana. Sajen. Begitu melihat itu, pikirku langsung 'oh, okay, jadi pohon ini dipercaya oleh masyarakat setempat toh?' Ternyata teman-teman sekelompok juga memiliki ketertarikan yang sama. Lantas beberapa teman move on, mencoba menuju hutan dengan harapan bertemu dengan warga di sana yang bisa kami tanyai tentang pohon bertuah itu. Ketemulah dengan bapak-bapak yang pulang dari hutan.

Benar ternyata, pohon tempat kami berteduh itu dipercaya oleh warga sebagai pertanda. Di daerah situ, ada dua pohon yang dikeramatkan, bahkan diakui oleh keraton. Jadi setiap bulan ada abdi dalem keraton jogja yang datang ke sana untuk melakukan ritual dan memberikan sesajen. Pohon pertama, pohon tempat kami berteduh, dipercaya sebagai penanda musim tanam. Jadi, jika pada suatu masa pohon tersebut rontok daunnya sedangkan pohon-pohon yang lain tidak rontok, maka itu pertanda bahwa sebaiknya jangan menanam apapun di sawah atau ladang karena kalau menanam pasti akan rusak atau gagal panen. Sedangkan pohon bertuah yang kedua terletak agak jauh dari pohon pertama, tapi rimbun daunnya terlihat dari tempat kami berada. Pucuk pohon tersebut terlihat seperti bentuk dinosaurus. Berbeda dari pohon bertuah pertama, pohon kedua ini lebih sebagai pertanda bahaya untuk manusia. Konon ceritanya, beberapa hari sebelum gempa jogja 2006 dan beberapa hari sebelum merapi meletus, pohon bertuah ini merontokkan daunnya dengan dahsyat sementara pohon-pohon yang lain baik-baik saja. Believe it or not, it's all back to you.

Menarik untuk dikaji sebenarnya. Terlebih karena keraton jogja pun mengakui pohon-pohon bertuah tersebut. Apa motif di balik semua itu? Benarkah demikian adanya tentang pohon itu? Dan apakah kepercayaan-kepercayaan semacam itu mempengaruhi pola kehidupan masyarakat hingga tingkat dinamika psikologis individu yang terlibat di dalamnya? Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin bisa terjawab. Tapi, sekali lagi, nggak cukup hanya dalam waktu 3 hari. Ranah yang diungkap sudah memasuki value seseorang. Adalah sulit bagi kita untuk mengungkap value yang sudah tertanam bertahun-tahun, turun-temurun (mentradisi). Butuh pendekatan lebih mendalam hingga masyarakat percaya sepenuhnya kepada kita bahwa kita bagian dari mereka yang juga berhak tahu tentang tradisi kepercayaan leluhur tersebut. Ranah pemikiran yang sangat filosofis dan privasi bagi kebanyakan masyarakat yang mempercayainya. Ketika kita sebagai orang baru yang tiba-tiba menanyakan tentang hal tersebut, jawaban mereka hampir dapat dipastikan seragam dan membuat si penanya berhenti bertanya: "La nggih pripun malih, wong sampun tradisi kawit riyin" (Lha gimana lagi, namanya sudah tradisi sejak dulu). So, jika tertarik mendalami lebih lanjut, berbaurlah bersama mereka, jadilah salah satu dari mereka.

Okay..mari kita tinggalkan pohon bertuah dan kembali pada kisah kuliah lapangan di Panggang. Kuliah lapangan diakhiri dengan share hasil yang didapat setelah deep interview dengan warga. Berjenis action research ataupun eksploratif.

So, lepas tengah hari pada hari Minggu, kami semua check out dan melaju ke Pantai Gesing. Sebuah pantai yang masih virgin, belum banyak dijamah oleh wisatawan. Seperti pantai-pantai daerah Gunung Kidul yang lain, Pantai Gesing menyuguhkan relief alam yang manakjubkan. Dengan batu karang yang girang memecah buih, pepohonan, rerumputan. Semua unsur alam yang menyapukan eksotisme tersendiri. Aku bukan seseorang yang begitu mengagumi pantai, bahkan aku tidak begitu menyukainya. Tapi pantai-pantai di daerah perbukitan selalu saja menjaring pesona. Aku tak suka ombak yang ganas menyapu kerikil-kerikil dan membuatnya mampus di tengah lautan. Representasi dari gempuran, gelora, nafsu, agresifitas, semacam itu. Tapi aku begitu menyukai keberadaan batu karang, tebing yang melingkupinya dengan segala unsur alam yang terekam di sana. Tebing karang hadir sebagai peredam gelora itu. Kau pikir untuk apa tebing karang itu hadir? Untuk memecah ombak, bukan? Sungguh, pesona yang menjaring dengan segala filosofi keberadaannya. :)

Jam 3 sore, bersiap kembali pulang ke peraduan (baca: rumah/kos masing-masing). Aku pulang membawa sekantung penuh pengetahuan. Tiga hari yang membukakan mataku tentang sisi lain kehidupan. Tiga hari yang membuatku lebih menghargai tentang local wisdom. Tiga hari yang membuatku diam-diam lebih bersyukur dilahirkan dengan kondisi sosial dan segala kenikmatan yang kudapatkan. Tiga hari yang membuatku merenung tentang hidup ini. Tuhan memang sangat suka memberikan kejutan ya? Jika kita jeli, banyak kejutan-kejutan dariNYA yang membuat kita lebih menghargai hidup, dan tentu saja membuat kita lebih mencintaiNYA.

# See you in the next life journey!

Tiga Hari Untuk Selamanya (Part #3)

Kamis, 8 Des '11
9.47 pm

"Konformitas sebagai kontrol sosial: Sebuah studi eksploratif" bukanlah satu-satunya tema yang menjadi pilihan kami saat mendalami permasalahan apa yang ada di Dusun Legundi, Panggang, Gunung Kidul. Ada satu permasalahan lagi yang tidak kalah menarik menurut kami. Dan mengapa kami akhirnya mengambil tema konformitas karena lebih bisa dikaji secara psikologis dan bisa dieksplor dari masyarakat dalam waktu yang relatif singkat.

Di part 3 ini, tidak ada salahnya kan mengulas sedikit tentang satu tema menarik yang tidak jadi kami dalami itu? It's about local myth tradition. Bagi saya pribadi, sangat tertarik dengan tema-tema semacam itu. Mengungkap pengaruh kepercayaan mitos lokal terhadap perilaku masyarakat. Tapi hal tersebut sangatlah tidak mudah bagi kita untuk mengungkapnya dari masyarakat. Karena hal itu sudah masuk ranah kepercayaan yang sifatnya tradisi turun-temurun dan tidak semua orang memiliki alasan yang cukup rasional untuk menjelaskannya. Mungkin bisa kita mengungkapnya, tapi akan sangat membutuhkan waktu, tidak cukup hanya dengan tiga hari membaur dengan masyarakat.

Jadi, kami menemukannya tanpa sengaja. Panas terik membuat kami tertarik untuk duduk di sebuah tembok rendah yang memagari sebuah pohon rimbun di tepi sawah. Sepintas lalu pohon tersebut terlihat biasa saja, kecuali memang sangat lebat dengan cabang (atau akar yang menyerupai batang pohon?) yang begitu banyak. Pohon yang bisa ditebak dengan mudah bahwa usianya sudah lebih dari satu abad.

Ketika kamu mendekat dan mengamati batangnya, kamu akan menemukan beberapa keranjang yang terbuat dari anyaman bambu tergantung di sana. Sajen. Begitu melihat itu, pikirku langsung 'oh, okay, jadi pohon ini dipercaya oleh masyarakat setempat toh?' Ternyata teman-teman sekelompok juga memiliki ketertarikan yang sama. Lantas beberapa teman move on, mencoba menuju hutan dengan harapan bertemu dengan warga di sana yang bisa kami tanyai tentang pohon bertuah itu. Ketemulah dengan bapak-bapak yang pulang dari hutan.

Benar ternyata, pohon tempat kami berteduh itu dipercaya oleh warga sebagai pertanda. Di daerah situ, ada dua pohon yang dikeramatkan, bahkan diakui oleh keraton. Jadi setiap bulan ada abdi dalem keraton jogja yang datang ke sana untuk melakukan ritual dan memberikan sesajen. Pohon pertama, pohon tempat kami berteduh, dipercaya sebagai penanda musim tanam. Jadi, jika pada suatu masa pohon tersebut rontok daunnya sedangkan pohon-pohon yang lain tidak rontok, maka itu pertanda bahwa sebaiknya jangan menanam apapun di sawah atau ladang karena kalau menanam pasti akan rusak atau gagal panen. Sedangkan pohon bertuah yang kedua terletak agak jauh dari pohon pertama, tapi rimbun daunnya terlihat dari tempat kami berada. Pucuk pohon tersebut terlihat seperti bentuk dinosaurus. Berbeda dari pohon bertuah pertama, pohon kedua ini lebih sebagai pertanda bahaya untuk manusia. Konon ceritanya, beberapa hari sebelum gempa jogja 2006 dan beberapa hari sebelum merapi meletus, pohon bertuah ini merontokkan daunnya dengan dahsyat sementara pohon-pohon yang lain baik-baik saja. Believe it or not, it's all back to you.

Menarik untuk dikaji sebenarnya. Terlebih karena keraton jogja pun mengakui pohon-pohon bertuah tersebut. Apa motif di balik semua itu? Benarkah demikian adanya tentang pohon itu? Dan apakah kepercayaan-kepercayaan semacam itu mempengaruhi pola kehidupan masyarakat hingga tingkat dinamika psikologis individu yang terlibat di dalamnya? Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin bisa terjawab. Tapi, sekali lagi, nggak cukup hanya dalam waktu 3 hari. Ranah yang diungkap sudah memasuki value seseorang. Adalah sulit bagi kita untuk mengungkap value yang sudah tertanam bertahun-tahun, turun-temurun (mentradisi). Butuh pendekatan lebih mendalam hingga masyarakat percaya sepenuhnya kepada kita bahwa kita bagian dari mereka yang juga berhak tahu tentang tradisi kepercayaan leluhur tersebut. Ranah pemikiran yang sangat filosofis dan privasi bagi kebanyakan masyarakat yang mempercayainya. Ketika kita sebagai orang baru yang tiba-tiba menanyakan tentang hal tersebut, jawaban mereka hampir dapat dipastikan seragam dan membuat si penanya berhenti bertanya: "La nggih pripun malih, wong sampun tradisi kawit riyin" (Lha gimana lagi, namanya sudah tradisi sejak dulu). So, jika tertarik mendalami lebih lanjut, berbaurlah bersama mereka, jadilah salah satu dari mereka.

Okay..mari kita tinggalkan pohon bertuah dan kembali pada kisah kuliah lapangan di Panggang. Kuliah lapangan diakhiri dengan share hasil yang didapat setelah deep interview dengan warga. Berjenis action research ataupun eksploratif.

So, lepas tengah hari pada hari Minggu, kami semua check out dan melaju ke Pantai Gesing. Sebuah pantai yang masih virgin, belum banyak dijamah oleh wisatawan. Seperti pantai-pantai daerah Gunung Kidul yang lain, Pantai Gesing menyuguhkan relief alam yang manakjubkan. Dengan batu karang yang girang memecah buih, pepohonan, rerumputan. Semua unsur alam yang menyapukan eksotisme tersendiri. Aku bukan seseorang yang begitu mengagumi pantai, bahkan aku tidak begitu menyukainya. Tapi pantai-pantai di daerah perbukitan selalu saja menjaring pesona. Aku tak suka ombak yang ganas menyapu kerikil-kerikil dan membuatnya mampus di tengah lautan. Representasi dari gempuran, gelora, nafsu, agresifitas, semacam itu. Tapi aku begitu menyukai keberadaan batu karang, tebing yang melingkupinya dengan segala unsur alam yang terekam di sana. Tebing karang hadir sebagai peredam gelora itu. Kau pikir untuk apa tebing karang itu hadir? Untuk memecah ombak, bukan? Sungguh, pesona yang menjaring dengan segala filosofi keberadaannya. :)

Jam 3 sore, bersiap kembali pulang ke peraduan (baca: rumah/kos masing-masing). Aku pulang membawa sekantung penuh pengetahuan. Tiga hari yang membukakan mataku tentang sisi lain kehidupan. Tiga hari yang membuatku lebih menghargai tentang local wisdom. Tiga hari yang membuatku diam-diam lebih bersyukur dilahirkan dengan kondisi sosial dan segala kenikmatan yang kudapatkan. Tiga hari yang membuatku merenung tentang hidup ini. Tuhan memang sangat suka memberikan kejutan ya? Jika kita jeli, banyak kejutan-kejutan dariNYA yang membuat kita lebih menghargai hidup, dan tentu saja membuat kita lebih mencintaiNYA.

# See you in the next life journey!

Tiga Hari Untuk Selamanya (Part #3)

Link

Senin, 05 Desember 2011

Tiga Hari Untuk Selamanya (Part #2)

Senin, 5 Des '11
9.00 pm

Hari kedua berada di Panggang difokuskan untuk meng-eksplore lebih dalam mengenai tema yang akan diteliti. Sebelumnya, diskusi pada siang harinya dulu tentang tema-tema tersebut. Di situlah saya menemukan bahwa iya, selama ini kebanyakan permasalahan hanya ada di otak si peneliti. Seorang peneliti datang ke suatu tempat untuk meneliti sesuatu yang menurutnya bermasalah, tapi betulkah hal itu bermasalah bagi masyarakat? Bisa jadi masyarakat sendiri tidak bermasalah dengan hal tersebut. Karenanya treatmen apapun yang dikenakan tidak akan berjalan dengan efektif karena dari masyarakat sendiri tidak bermasalah. So, seorang peneliti yang baik adalah berbaur dengan masyarakat, terjun, dalami apa sebenarnya yang menjadi permasalahan mereka. Jadi dari hasil diskusi bersama kelompok lain dan juga bapak dosen, tema kelompok kami adalah "Konformitas sebagai kontrol sosial: Sebuah studi eksploratif".

Lantas sore harinya kami berdelapan dibagi menjadi kelompok kecil untuk turun wawancara kepada masyarakat. Perempuan bertugas menanyakan kepada ibu-ibu dan para jejaka menanyakan kepada bapak-bapak. Aku dan Umi menjelajah bersama si kecil Avis dan menemukan seorang ibu-ibu tengah bersama anaknya di teras rumah. Rupanya itu salah satu teman main Avis. Mampirlah kami dan bertanya-tanya dengan Bu Retno. Hasilnya cukup mencengangkan meskipun sudah kami duga sebelumnya.

Di sana, rutinitas kerja yang terjadi setiap hari adalah orang ke sawah dan wana dari jam 8.30 hingga menjelang maghrib. Ketika aktivitas di sawah sedang vakum (sawah tadah hujan), mereka beralih ke wana. Ibu-ibu biasanya ndangiri (menyiangi) kacang atau jagung. Sedangkan bapak-bapak biasanya tidak telaten, biasanya mereka memilih untuk mencangkul atau mencari kayu, dan ngarit (mencari) rumput untuk makanan ternak.

Fenomena yang menarik yang juga kami temui pada saat observasi pagi hari, ibu-ibu ketika pergi ke wana selalu bergerombol 3-7 orang berjalan bersama-sama dengan memakai caping dan menggendong bawaan di punggung, sedangkan bapak-bapak seringkali terlihat sendirian. Ketika hal itu kami tanyakan, ternyata memang ada budaya di kalangan ibu-ibu yang disebut "byuk'an", yaitu mengerjakan bersama-sama di suatu tempat (wana/ladang). Biasanya memiliki sistem bergilir, misalnya hari ini mengerjakan di tempat ibu A, besok mengerjakan di tempat ibu B, begitu selanjutnya. Pembentukan kelompok tersebut biasanya sudah tetap (semacam geng) beranggotakan 3-5 orang dan terbentuk berdasarkan keakraban."Nek nyambut gawe akeh kancane kan semangat," tutur Bu Retno. Sedangkan yang terjadi pada bapak-bapak, menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh para jejaka, bapak-bapak tidak masalah jika harus ke wana sendirian, ada temannya pun oke. Yang jelas tetap ada perkumpulan yang biasanya dilakukan pada malam hari.

Hal yang membuat kami tercengang adalah pengakuan Bu Retno tentang beratnya nyumbang di daerah ini. Terjadi pergeseran nilai nyumbang. Jika dulu orang menyumbang tetangganya yang sedang punya gawe dengan tujuan membantu, sekarang ada semacam pamrih. It's like "Aku nyumbang kamu gedhe biar besok kalau aku punya gawe juga disumbang gedhe". Di sana juga masih kental budaya konformitasnya berkaitan dengan perilaku nyumbang. Kalau tetangga-tetangga yang lain menyumbang sedangkan kita tidak menyumbang, ada semacam perasaan tidak enak, rikuh. "Ora umum sanak" istilahnya, adalah hal yang tidak wajar terjadi atau hal yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Akhirnya yang terjadi kemudian adalah kita jadi omongan dan bahan gosip orang sekampung karena kita tidak menyumbang. Bisa jadi kita dikira sombong, pelit, dan anggapan-anggapan miring lainnya. Tak heran jika sampai ada warga yang menjual ternaknya hanya untuk menyumbang tetangganya yang sedang punya gawe. Memang terkadang sanksi sosial lebih berat dari pada sanksi hukum.

Adanya sanksi sosial yang menyebabkan perilaku konformitas tersebut tidak hanya berlaku bagi orang dewasa dengan budaya nyumbangnya saja lho, budaya semacam itu merasuk juga dalam lini kaum remaja. Teman saya menemukan sekumpulan remaja yang sedang TPA di masjid. Mengobrollah bersama mereka. Salah satu hal yang menarik berkaitan dengan perilaku conform ini adalah ketika ditanya persoalan menikah. Sudah saya tulis dalam part pertama bahwa remaja putri di sana pada umumnya hanya sampai jenjang SMP. Ada dua macam alasan yang mendasarinya. Pertama, lokasi SMA berada di kecamatan dan untuk mencapai sana harus menempuh medan jalan yang cukup berbahaya. Kedua, ada anggapan sosial yang tampaknya masih banyak berlaku di desa ini "Nggo opo wong wedhok sekolah dhuwur-dhuwur, mlayune yo ning dhapur" ("Buat apa anak perempuan sekolah tinggi-tinggi, toh ujung-ujungnya tetap di dapur juga").

Berhubung saat ngobrol-ngobrol dengan warga diketahui bahwa angka nikah muda cukup tinggi, dan didukung dengan observasi melihat kenyataannya secara langsung, kami tergelitik untuk menanyakan perihal keinginan menikah pada remaja-remaja tersebut. Jawaban mereka cukup menguatkan adanya konformitas itu sekaligus membuat kami tercengang "La yang lain seumur saya gini udah pada nikah og mbak, ya saya tinggal nunggu ada yang datang aja". Pernyataan yang mengungkap dua nilai: konformitas dan nrimo. Konformitas, karena mengikuti apa yang sudah menjadi budaya demi menghindari penilaian sosial yang negatif. Norma di sana, usia lulus SMP sudah dalam usia wajar menikah, dan jika ada yang belum menikah akan menjadi bahan gosip dan dianggap tidak laku. Nrimo, karena mereka tidak secara aktif mencari calon suaminya, melainkan hanya menunggu laki-laki yang datang melamarnya. Oh ya, berkaitan dengan jodoh juga, ada mitos yang beredar di sana, apabila seorang gadis menolak lamaran yang datang pertama kali dari seorang laki-laki, maka tidak akan ada laki-laki lain yang datang melamarnya dikemudian hari. Hmm,,benarkah demikian?

# To be continued..


Jumat, 02 Desember 2011

Ajari Aku - Adrian Martadinata

Ajari aku ’tuk bisa
Menjadi yang engkau cinta
Agar ku bisa memiliki rasa
Yang luar biasa untukku dan untukmu

Ku harap engkau mengerti
Akan semua yang ku pinta
Karena kau cahaya hidupku, malamku
‘tuk terangi jalan ku yang berliku

Hanya engkau yang bisa
Hanya engkau yang tahu
Hanya engkau yang mengerti, semua inginku

[ajari aku 'tuk bisa mencintaimu]
[ajari aku 'tuk bisa mengerti kamu]

Mungkinkah semua akan terjadi pada diriku
Hanya engkau yang tahu
Ajari aku ’tuk bisa mencintaimu

Kamis, 01 Desember 2011

Kita = Ayam Kampung, Ayam Petelur, atau Ayam Potong??

Kamis, 1 Des '11

Dalam kuliah saya hari ini, saya menemukan hal yang menarik. Bukan tentang materi yang tengah disampaikan oleh bapak dosen. Ada cerita sekilas yang disampaikan sebagai intermezzo.

"Kalian tahu ada berapa jenis ayam yang sering kita temui?" Ayam kampung, ayam potong, dan ayam petelur. Ketiga jenis ayam ini menjalani hidup dengan perasaan dan pengalamannya masing-masing. Yang paling menjalani kehidupan secara normal dan wajar adalah ayam kampung. Mereka dipelihara seperti layaknya binatang peliharaan, yang diberi kandang yang luas, diberi makan, dibiarkan bersosialisasi dengan teman-teman sebangsa ayam yang lain, saling curhat, bercanda, bertengkar, dan melakukan aktivitas seperti layaknya ayam. Dan ketika si ayam ini menemui ajalnya (bukan karena sengaja disembelih untuk tujuan tertentu), si empunya menangisi kepergian si ayam hingga berhari-hari.

Sedangkan ayam potong dan ayam petelur memiliki nasib yang kurang beruntung bila dibandingkan dengan ayam kampung. Mari kita tengok gambaran kehidupan ayam petelur. Apa tujuan hidup ayam petelur? Menghasilkan telur dong yang jelas, kata Tika. Sesuai dengan visi dan misi hidup yang tertuang dalam kitab hidup ayam petelur ini, mereka berusaha keras, dipaksa oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk menghasilkan telur sebanyak-banyaknya. Rumah mereka pun disesuaikan dengan kebutuhan yang berorientasi visi misinya. Kandang untuk mereka didesain sesuai dengan ukuran lebar tubuh mereka. Jadi ruang gerak ayam petelur sangatlah sempit. Mereka tidak bisa memutar tubuhnya, hanya bisa bergerak maju untuk makan, dan mundur untuk berleha-leha setelah makan. Begitu seterusnya setiap hari. Ayam petelur juga tidak memiliki kesempatan untuk bersosialisasi dan berjalan-jalan bebas di luaran, jadi seumur hidupnya tidak pernah memiliki kesempatan untuk kawin dengan ayam jantan pilihannya sendiri, apalagi untuk pacaran! haha..

Lain lagi dengan kisah hidup ayam potong, meskipun juga sama-sama bernasib memprihatinkan. "Kebebasan yang begitu singkat", begitu istilah yang dikemukakan oleh bapak dosen. Why? Iya, berbeda dengan ayam petelur yang hidupnya sangat terbatas pada sekotak kandang yang bahkan tidak bisa membuatnya berputar arah, ayam potong ini dipersilakan untuk menghirup kebebasan di luar kandang. Berlarian, tertawa-tawa dengan teman, bahkan mungkin sempat berebut cacing. Tapi kebebasan yang mereka rasakan itu berlangsung begitu singkat. Hanya dalam hitungan bulan, tak sampai 5 bulan, "sudah, harus kita akhiri sampai di sini saja hidupmu, nak!" Kata si empunya usaha ayam potong yang sedang banyak pesanan dari pelanggan. Dan akhirnya si ayam potong harus rela mati di usianya yang masih sangat belia. Tragis.

Sampai di sini cerita bapak dosen selesai, dan saya mengutip dengan sedikit modifikasi dan improvisasi di sana-sini. Pantas saja ayam yang paling enak rasanya adalah ayam kampung. Kenapa? Karena di antara ketiga jenis ayam di atas, hanya ayam kampung lah yang menjalani hidupnya dengan ikhlas, sehingga menghasilkan daging yang enak dan lebih gurih. Sedangkan ayam potong dan ayam petelur menjalani hidupnya dengan paksaan.

Mungkin apa yang terjadi pada kita dalam kehidupan ini tak jauh-jauh dari apa yang terjadi pada ketiga jenis ayam itu. Ketika kita melakukan sesuatu dengan ikhlas, hasil yang didapatkan akan memuaskan dan bermanfaat. Namun, ketika kita melakukan sesuatu dengan penuh keterpaksaan, hasil yang didapatkan pun tidak akan baik. Meskipun mungkin kita dapat menghasilkan sesuatu yang diinginkan oleh orang lain, tapi segala langkah kita ada di bawah kendali orang itu. Kita tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan apa yang sebenarnya kita inginkan, seperti apa yang dialami oleh ayam peternak. Jadi, ayam yang seperti apakah yang akan ada dalam diri kita? Pilihan kitalah yang menentukan.


Senin, 28 November 2011

Tiga Hari Untuk Selamanya (Part #1)

Senin, 28 Nov '11
10.21 pm

Flash back beberapa hari yang lalu..3 hari yang penuh arti. Kau akan setidaknya sedikit tahu tentang kehidupan yang tak pernah kau jalani sebelumnya. Kuliah lapangan Metode Penelitian Kualitatif (baca: MPK) di Desa Panggang, Gunung Kidul memang bener-bener membuat kita melek tentang bermacam fenomena yang nggak biasa kita temukan. Pertama, jalan menuju ke sana aja udah Subhanallah asyik banget. Sepanjang jalan yang bikin spot jantung bagi yang tahu gimana rasanya di jalan, kita disuguhi pemandangan alam yang menakjubkan. Allah hobi banget ya bikin lukisan yang nggak bisa tertandingi? Hehe..Medan jalan memang agak mengerikan. Belokan yang tajam dan tanjakan yang nggak kira-kira itu bikin mobil salah seorang teman nggak kuat dan mundur hingga tertahan oleh batu yang sengaja difungsikan sebagai rem. Bagi yang nggak terbiasa di medan jalan seperti itu memang bisa terjadi hal yang tidak diinginkan kalau nggak hati-hati banget. Tapi so far, perjalanan yang sangat menyenangkan dengan berayun naik turun macam itu. haha.

Kedua, ketika kau masuk kecamatan Panggang, kau akan tercengang karena sinyal t****msel yang katanya menjangkau seluruh pelosok itu ternyata sinyalnya timbul tenggelam, pun dengan I***sat. Provider yang iklannya ngajarin alay-lah yang merajai sinyal di sana (baca: XLalu). Ketiga, budaya jawa masih sangat kental di sana. Kami kelompok satu terdiri dari 8 butir: aku, Umi, Galih, Nadya, Nisa, Juno, Reyhan, dan Halim, kedapetan jatah bertempat di rumah Pak Santoso di dusun Legundi. Kami diterima baik oleh keluarga. Ternyata di keluarga itu terdapat 3 generasi. Generasi pertama adalah Bu parti dan suaminya (mbah), generasi kedua adalah Pak Santosa dan istrinya yang bernama Mbak Endang, dan generasi ketiga adalah si kecil Avin yang baru berusia 3 tahun. Tadinya kupikir Mbak Endang itu kakaknya Avin, jebul malah ibunya. Busyet, masih muda banget..mungkin malah lebih muda dari umur kami. FYI di sana memang banyak yang nikah muda.

Kondisi rumahnya sederhana..beralas semen (baca: mester), dan sandal selalu terpakai. Penerangan berasal dari bohlam lampu yang menyala kuning temaram. Kamar yang kami para cewek tempati berisi satu dipan yang cukup untuk 2 orang dan satu almari pakaian. 3 orang lainnya tidur di kasur yang digelar di lantai sebelah dipan, salah satunya diriku. Sedangkan para cowok tidur di ruang tamu. Kamar mandi ada di luar, tetapi tidak jauh..tapi toilet yang terletak di sebelah kamar mandi itu tidak berpintu sehingga jika mau menggunakannya harus dijagain salah satu teman. Ingat, harus hemat air karena di sana air itu beli. Daerah GK memang susah mendapatkan air sehingga harus membeli tanki-tanki air yang harganya pun tidak murah. Benar-benar bikin kita bersyukur karena di daerah tempat tinggal kita mendapatkan air gratis dari sumur, tidak pernah kekeringan. Berasa KKN lagi tau nggak si..berinteraksi dengan masyarakat. Cuma bedanya pada kondisi rumah pondokan, lebih berasa kkn dengan kondisi rumah yang sederhana semacam ini dibandingkan waktu kkn sendiri. haha..

Mata pencaharian mayoritas masyarakat adalah bertani. Tapi sawah di sini hanya tanam sekali setahun dan panen sekali setahun. Sistem pengairan hanya tadah hujan. Jadi sepanjang bukan musim tanam dan musim panen, kegiatan di sawah bisa dibilang vakum. Kegiatan beralih ke (jw: arti harfiah adalah hutan, tapi disini bisa dibilang semacam ladang). Di wanawana inilah mereka mengurusi tanaman jagung, kacang, dan ketela. Hampir setiap rumah juga memiliki ternak sapi, kambing, ayam. Uniknya, kepemilikan ternak ini bukan difungsikan sebagai produksi semacam susu sapi, telur ayam, dan yang lainnya. Ternak-ternak ini berfungsi sebagai cadangan ketika si empunya sudah kepepet nggak ada penghasilan karena gagal panen atau akan melangsungkan suatu hajat, mereka akan menjual ternak yang mereka punya.

Hal yang lebih unik lagi adalah budaya masyarakatnya. Sebagian besar dari mereka berpendidikan tertinggi SMP. Selepas SMP beberapa ada yang mencari kerja ke kota. Bagi bungdes (baca: bunga desa), mereka cenderung untuk tinggal di rumah membantu pekerjaan rumah tangga atau ikut membantu berladang, dan menunggu datangnya seorang lelaki yang akan melamarnya. Angka pernikahan usia muda tergolong cukup tinggi. Terbukti dengan keluarga pak Santosa yang rumahnya di huni oleh 3 generasi. Mereka yang menikah, kebanyakan suami mengikuti istri (tinggal bersama orang tua pihak istri), tidak seperti yang terjadi pada budaya jawa pada umumnya yang cenderung patrilinear dengan istri yang ikut suami. Meskipun menurut hasil wawancara kami dengan salah seorang warga, hal semacam itu tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Menurutnya kalau yang tinggal di rumah orang tua istrinya itu karena tidak ada yang menjaga dan sekalian menemani orang tuanya yang makin merenta. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa memang banyak yang menganut budaya ikut ortu cewek, termasuk pak Santosa ini. Percakapan malam pertama dengan keluarga Pak Santosa diwarnai cerita tentang anak dan cucu Bu Parti, dan sedikit menyinggung tentang kegiatan dan mata pencaharian masyarakat. Belum ada fokus tema penelitian karena memang kami harus mencari letak permasalahannya dengan building rapport semacam itu...

# To be continued..


Rabu, 23 November 2011

Mbolang With My Pal

Kamis, 24 Nov '11
1.52 am

Dini hari..lagi aku terjaga dari lelapku yang tanpa sengaja. Dan pasti, mata ini masih sulit untuk kembali terpejam. Ia memaksaku untuk mengarungi alam maya (baca: onlen). Dan aku masih nggak percaya kalau ini sudah hari kamis! Nggak berasa ganti harinya ya kalau kita ketiduran? haha..So, mari kita buat saja ini hari Rabu..

Rabu yang semacam memutari kota Jogja bersama seorang sahabat (baca: alien). Bukan sengaja untuk kenalan pada setiap jalan di kota pelajar ini, tapi kami memang benar-benar melindasnya untuk mencari beberapa tempat penelitian. Berbekal alamat (yang Insya Allah bukan alamat palsu) dan selembar koyak peta Jogja, kami siap menantang jalan. Meski petir menyambar, meski puluhan ninja menghadang, kami menantang dengan tegar (sst, semua itu hanya dramatisasi saja). Kali ini baru survey tempat penelitiannya si sahabat dan koordinasi dengan ketua kelompok industri salah satu makanan khas jogja itu. Ada yang menarik perhatianku dan menggelitik tanya: sebagian besar industri khas suatu kota, baik makanan maupun benda kerajinan, menyatu dalam sebuah kampung. Jadi kalau di Solo kita mengenal kampung batik laweyan, di daerah belakang Malioboro kita mengenal kampung bakpia patuk, di Bantul kita mengenal kampung kerajinan kulit Manding, dan dimana lagi kita mengenal kampung apa lagi. Semacam ada komunitas pengrajin yang bertempat tinggal menyatu di satu kampung.

Lantas bagaimana industri khas suatu daerah itu bisa menjadi satu kampung? Apakah terlebih dahulu dibentuk suatu kampung yang khusus diperuntukkan bagi suatu industri dan kemudian bagi siapa yang tertarik dalam produksi itu dipersilahkan untuk menempati rumah-rumah yang tersedia di situ (semacam rumah dinas, barangkali)? Atau di sebuah kampung yang sudah berpenghuni, ada seseorang atau sekelompok yang memprakarsai terbentuknya kampung industri tertentu dan memberdayakan para tetangganya untuk ikut bergabung dalam memproduksi makanan/barang kerajinan khas tersebut? Lantas bagaimana kondisi psikologis masyarakat di dalamnya jika yang terjadi adalah mereka menempati "rumah dinas", bukankah mereka butuh penyesuaian diri dengan tempat tinggal baru dan bekerja sama dengan orang-orang baru? Bagaimana pula kondisi psikologis masyarakat di dalamnya jika yang terjadi adalah masyarakat pemberdayaan tadi, yang berarti mereka suka-nggak suka, mau-nggak mau harus mau dan suka ikut bergabung dalam industri khas yang tengah diberdayakan oleh sang pemrakarsa. Bukankah bagi mereka yang nggak suka, ada semacam keterpaksaan dan penyesuaian yang lebih untuk dapat menyukai aktivitas baru mereka? Dan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin konyol itu berhasil membuat sahabat saya garuk-garuk tembok sebelum akhirnya ia menyarankan untuk menanyakan sendiri pada yang mengalaminya. Mendengar itu pun saya juga hanya bisa garuk-garuk pohon dan manggut-manggut membenarkan sarannya itu. Masuk akal juga sarannya. Haha..

Setelah mendapat contact person ibu ketua kelompok industrinya, kami cabut dari daerah yang baru pertama kali kujamah setelah 3 tahun menghuni Jogja (jujur banget!). Kami menuju kos-kos'an sahabatku tadi dan jreng, jreng, jreng dia menyodoriku sebutir gitar dan aku menerimanya dengan tercengang nggak bisa berkata dan tidak bisa melakukan apa-apa. Lebay kalau ini, kejadian sebenarnya adalah kami sudah sepakat bahwa aku akan belajar gitar. Ciee..sok-sok'an nggitar, padahal biasanya juga tukang pegang sapu doang. Cuma gara-gara bentuk antara mereka berdua mirip, aku jadi menggemari gitar, penasaran apa siih bedanya gitar sama sapu?

Menggenjrenglah kami..dan senar-senar gitar yang aduhai itu minta dipetik ternyata. Ya sudah, dari pada mereka ngambek dan memutuskan untuk demo, kami menuruti permintaan mereka untuk dipetik. Waah, senar-senar itu beneran minta dihajar sepertinya, karena gara-gara menuruti permintaan mereka, ujung jari-jari kiriku sakit dan kapalen! haha..But, it's okay, sebutir gitar yang teronggok di kos-kosan sahabatku itu berhasil membuatku makin penasaran untuk memetik barisan senar nan manja itu. Oh ya, FYI alias sekedar info, kata "memetik" tidak sama dengan "menggenjreng". Dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar memang pasangan kata gitar yang lazim digunakan adalah "memetik gitar". Tapi ternyata aku baru menyadari kalau antara "memetik gitar" dan "menggenjreng gitar" berada dalam kutub yang berbeda. Memetik gitar ternyata jauh lebih susah karena kita perlu memperhatikan ketukan lagu secara lebih detail. Waktu aku dengan muka polos menanyakan bagaimana cara tahu ketukannya, sahabatku tadi dengan santai+nyengir ra cetho menjawab "insting". Oh, iya, iya..tanpa rasa curiga aku meng-iya-kan saja jawabannya itu. Tapi kemudian muncul pertanyaan baru yang sampai sekarang cukup membuat galau: Bagaimana caranya memunculkan insting itu? Dan aku semakin galau karena dia cuma bisa tertawa dan tidak memberikan jawaban apapun! Ck,ck,ck..Jadi pelajaran moralnya adalah kau harus bersiap menghadapi ketidak cetho-an jika kau memutuskan menjadi murid dari sesosok alien, karena percayalah, alien itu tidak cetho! hahaha..peace lho my pal! :P

Tengah hari lewat dikit..cabut untuk kembali ke cangkangku (baca: kos-kosan) karena mendung mengundang. Untung aku memenuhi undangan mendung yang dilayangkan pada seluruh makhluk di bumi Jogja, kalau tidak aku pasti terjebak hujan mengganas di jalanan..Hujan tahu kalau aku lebih suka mencandainya di balkon depan kamar, pesona hujan akan lebih tampak menawan jika dilihat dari sana. Tsaah! :D

Okay, kurang dari sejam lagi udah subuh ini..Selamat hari Kamis, selamat berburu berkah hari ini. Dan terima kasih Allah, atas keberkahan yang Kau berikan di hari Rabu :)

Random: Sesore rabu, aku dan seorang teman kos (baca: Ajeng) menjadi blog walker dan menemukan adanya konspirasi cinta segitiga antara 3 lelaki..apakah mereka maho? haha..*lupakan

PS. Song for this early morning: Seperti Pelangi - Dygta. Gara-gara ng-play beberapa lagu dygta yang ada di playlist sahabatku tadi, aku jadi ng-play beberapa lagu dygta yang ada di playlistku juga. They're kinda my all time fovorite songs, hehe. Dan satu ini yang menurutku best of the best diantara mereka. :)

Senin, 21 November 2011

Bocah? Tak Lagi Bocah?

Selasa, 22 Nov '11
00.58 am

Dini hari ini..bukan belum tidur, tapi barusaja terbangun. Bangun dengan perasaan rindu yang tiba-tiba akan perbincangan itu. Perbincangan yang membuat kita makin haus akan apa yang sebenarnya terjadi pada hidup ini. Kini serasa kering. Pada siapa? Mungkin ada yang kupikir seharusnya bisa berkelana di alam itu. Tapi ternyata belum, masih serupa bocah yang memandang batu sebagai sekedar penghalang langkah kaki kecilnya.
Kita sudah bukan lagi seorang bocah, bukan? Mungkin memang suatu waktu kita akan merasa nyaman ketika ada di diri kebocahan kita. Just hanging out, fun, share about common things. Tapi, sisi 'tak lagi bocah' kita akan mengering ketika kita terlalu terlena pada pesonanya. Suatu waktu kita perlu membasahinya dengan 'more than just common things'. Ya, seseorang yang 'tak lagi bocah' akan memandang batu sebagai sesuatu yang lunak, misalnya. Atau batu sebagai representasi kehidupan lain selain bumi. Entah sebagai apapun itu, ia mampu melihat apa yang tidak terlihat dan tidak tersadari oleh orang lain.
Mungkin kita masih jauh dari dimensi 'tak lagi bocah'. Tapi bukankah kita punya pilihan untuk itu? Step backward, stay stuck, or step forward. Kita bisa memain-mainkan langkah kita selagi itu perlu. Tapi satu hal yang sampai kapanpun tidak bisa kita ubah-ubah sesuka hati kita: WAKTU.
Jadi, dimensi mana yang akan kita pilih sebagai tempat berpijak? Dan manusia seperti apa yang kita inginkan ada dalam diri kita?

PS. Song of this time: A Whole New World - Celine Dion feat Peabo Bryson. Berharap menemukan dunia baru. :)

Jumat, 21 Oktober 2011

"Is There Any Second Chance?"

Jum'at, 21 Okt '11
9.00pm @cangkang damaiku

"Is there any second chance?" Pernahkah pertanyaan itu terlintas dalam benak kita? Mungkin pernah, mungkin juga sering. Aku sendiri, jelas sudah pernah menanyakan itu dalam benak. Entah pertama kali punya pertanyaan itu kapan, mungkin waktu kecil selepas nonton Doraemon yang punya salah satu alat andalan bernama mesin waktu. Barangkali enak ketika kita dapat sebentar saja meminjam mesin waktu punyaan Doraemon dan kembali ke salah satu scene masa lalu untuk kita perbaiki jalan ceritanya. Atau mungkin aku terinspirasi kisah dalam film "Butterfly Effect", di mana si tokoh utama kembali ke masa lalu melalui buku hariannya, untuk memainkan puzzle hidupnya di masa lalu, memperbaiki kejadian-kejadian yang menurutnya tak seharusnya terjadi.

Ah, sayangnya Doraemon dan Butterfly Effect hanyalah fiktif belaka. Tapi ada satu istilah yang merepresentasikan Doraemon dan Butterfly Effect, meski masih mengambang status eksistensinya di dunia nyata. Kesempatan Kedua. Keberadaan dia ini masih simpang siur. Ada yang bilang "ya, selalu ada kesempatan kedua". Tapi ada juga yang bilang "bullshit, nggak akan ada kesempatan kedua di dunia ini!". Kenapa? Kenapa harus ada perbedaan pendapat itu? Bukankah kedua asumsi itu hanya akan semakin mengaburkan hal yang tidak jelas?

Mungkin kesempatan kedua itu memang ada. Tuhan memberi kita kesempatan untuk masuk pada pintu yang sama, yang dulu pernah tertutup untuk kita. Itu peringatan dari Tuhan agar kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Lalu karena itu kita bertekad untuk menjalani kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Atau mungkin saja sebenarnya itu bukanlah kesempatan kedua. Itu kesempatan lain yang diberikan Tuhan kepada kita. Mungkin memang pintu yang pernah tertutup untuk kita itu serupa dengan pintu yang kini terbuka. Tapi ketika kita pahami lebih dalam ternyata kedua pintu itu tak sama. Lalu kita menemukan beberapa perbedaan di antara keduanya. Semacam permainan "serupa tapi tak sama" yang biasa kita temukan di majalah anak-anak. Aromanya tak sama, lubang kuncinya tak sama, apa yang ada di balik pintu itu juga tak sama. Tapi maksud Tuhan tetaplah sama, agar kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.

Jadi, "Is there any second chance?" Yes? No? atau sebenarnya hanya masalah perbedaan istilah saja, seperti layaknya homonim dalam cabang ilmu linguistik? Jawabannya...terserah anda.


Random things: Malam Jogja begitu panas. But, TGIF tetap berlaku :). Sepanas apapun tetap terasa damai karena weekend is coming.haha..(ra penting).

PS. Kesempatan Kedua - Tangga. Menulis tentang ini jadi teringat satu lagu itu. Kira-kira si Tangga ini termasuk golongan yang percaya adanya kesempatan kedua, atau justru karena kenyataan yg dialami membuatnya tidak percaya dengan kesempatan kedua ya?


Sabtu, 15 Oktober 2011

Days With My Pals (Elementary School)

Sabtu, 15 Okt '11
10.00 pm
@my room

Good Nite! Saturday night ini..saatnya untuk rehat sejenak dari kesibukan kuliah. Masih inget postingan yang lalu tentang keempat sahabatku waktu SD? Tulisan kali ini masih ada hubungannya dengan itu. Bukan tentang siapa, tapi tentang bagaimana. Aku ternyata masih menyimpan beberapa scene tentang persahabatan kami kala itu.

Dulu kami selalu punya permainan asyik. Dari yang beneran permainan hingga main dulu-duluan nyampai masjid. Jadi dulu kelas kami berakhir jam 3 sore, jadi ada waktu istirahat sholat+makan siang. Kami berempat (aku, lilis, isma', nur) punya kebiasaan untuk balap lari dulu-duluan dari sekolah ke masjid (antara sekolahku dan masjid hanya dipisahkan oleh alum-alun kota). Tapi pasti berakhir dengan jalan bersama-sama, tidak kuat lari karena sakit perut sehabis makan! Sengkil atau suduken, istilah bahasa jawanya. haha..Terkadang kalau kami bosen sholat di Masjid Agung Al-Izhar, kami akan diam-diam berbelok, mengambil jalan menuju Masjid Al-Arif.

Kami juga main sama-sama dengan teman-teman yang lain. Lompat tali, boy-boy'an, donald bebek, sadingklik oglak-aglik, mencari jejak, domikado, and those kind of games yang entah sepertinya sekarang tidak lagi populer di kalangan anak-anak. Makan bareng (sebagian besar dari kami membawa bekal makan siang dari rumah) di kelas dan saling berbagi lauk. Ada juga teman yang cerdik. Nggak bawa bekal makan dan main comot makanan dari sana-sini dengan alasan mencicip, cukuplah untuk sekedar kenyang. Pernah juga pada suatu hari Jum'at, teman laki-laki jum'atan di Masjid sedangkan yang perempuan sholat di sekolahan. Tempat sholat kami di aula yang notabene menurut sejarah kakak-kakak kelas disitulah pusat keangkeran sekolah. Lah, kami, cewek-cewek nih, sok-sok'an pemberani menguak misteri gitu. Ada yang 'liat' katanya, tapi nggak tahu itu beneran atau akal-akalannya dia aja biar terkesan mistis dramatis gitu. Aku sih ngikut njerit kalau yang lain jerit, meski aku juga nggak liat hal yang aneh-aneh gitu. Pokok'e sing penting melu jerit, habis temenku itu ekspresinya juga beneran yang nakutin gitu sih, haha..

Di kelas juga nggak kalah seru. Saling membantu kalau ada tugas, ikut rame kalau pas gurunya nggak ada. Tapi seperti ciri khas anak SD, selalu fair dalam ulangan. Jadi meski biasanya saling menyontek tugas, tapi kalau udah yang namanya ulangan harian, jangan harap mereka mau memberi contekan. Boro-boro bertanya jawaban, kertas ulangan saja harus ditutupi dari 3 arah: kanan, kiri, dan depan! Pokoknya beneran jangan sampai ada yang melihat jawaban ulangan kita.

Yang paling seru adalah ketika kami main bareng sepulang sekolah atau pas waktu libur. Kami biasanya melakukan kunjungan bergilir. Ke rumahku lah, rumah lilis, rumah isma', bahkan ke rumah nur yang paling jauh pun dilakonin. Semuanya ditempuh dengan naik sepeda. Aku masih inget satu peristiwa yang sangat membekas dalam memoryku. Waktu itu beberapa minggu menjelang hari ulang tahun Lilis. Aku, Isma', dan Nur merancang surprise buat dia ceritanya. Bikin perayaan kecil-kecilan gitu. Rencana awal diadakan di rumah Nur. Jadi hampir tiap hari sepulang sekolah jam 3, aku dan Isma' mengayuh sepeda ke rumah Nur untuk membuat potongan huruf-huruf "happy birthday". Perjalanan ke rumah Nur yang penuh tantangan. Kami harus menuntun sepeda saat mendaki gunung tugel, kadang-kadang kami melepas sandal karena berat, belum lagi harus spot jantung kalau ketemu anjing di jalanan menanjak itu. Kami harus siap menerima gonggongannya tanpa bisa kabur ngebut, bagaimana bisa, sepeda saja harus kami tuntun karena tidak kuat tanjakannya! Belum lagi perjalanan pulang dari rumah Nur, sore yang mulai menggelap, kanan kiri hutan, jarang rumah, harus lewat 2 area kuburan pula, yang satu kuburan jawa, satunya lagi kuburan cina. Wow! menantang, penuh ketakutan, tapi asyik karena sepanjang perjalanan kami berbagi cerita dan bercanda. Lantas kemudian lokasi perayaan dipindah ke rumah Isma' dengan pertimbangan rumah Nur jauh, ribet menuju ke sananya. So, aku dan Nur mempersiapkannya di rumah Isma' (masih sepulang sekolah), meski lebih sering aku doang yang ke sana karena Nur jauh dan terkait dengan jemputan. Di rumah Isma' kami sering main di kebun ketela pohon, main-main di semacam padang rumput kecil di belakang rumah Isma' berusaha menangkap capung, atau sekedar berbagi cerita di ladang itu sambil menatap perbukitan gunung tugel. Hm..sungguh suasana yang menakjubkan bersama seorang sahabat. Dan tibalah hari itu. Kami membohongi Lilis agar mau ke rumah Isma' dengan alasan mengerjakan tugas. Di situlah surprise dimulai. Lilis ditutup matanya dan dibawa ke sebuah ruang kecil yang sudah kami hias dengan balon dan kertas krep. Ada roti kecil-kecilan juga seingetku di meja. Lantas nyanyi-nyanyi gitu dan dilanjutkan dengan memasak nasi goreng bersama-sama, dimakan sendiri bersama-sama pula! Oh ya, waktu itu hanya kami berempat yang ada di rumah itu, orang tua Isma' sedang kerja. Pokoknya di situ berasa yang hangat banget suasananya. Jadi pengen mengulang lagi saat-saat kebersamaan itu.

Setiap keping kenangan dalam hidup kita akan selalu hadir kala kita haus tentangnya. Kenangan itu masih sama wujudnya, warnanya, aromanya, suaranya, dan maknanya.

PS. Song of this night: Sahabat - Viky Sianipar feat Ihsan Akbar

Jumat, 14 Oktober 2011

They Still be My Pals (Elementary School)

Jum'at, 14 Oktober 2011
3.20 pm @PPTIK ugm

Howdy folks! Thanks God It's Friday.. :)
Kembali aku duduk di bangku ini, lengkap dengan headset, bersama orang-orang yang autis dengan laptopnya masing-masing. Percakapan dengan seorang sahabat tadi pagi membuka tunnel thinking-ku, back to memory. When I was elementary school

Secara tiba-tiba aku ingin kembali ke masa SD. Dengan segala kepolosan dan semua hal konyol yang terjadi di dalamnya. Aku inget beberapa sahabat waktu SD, mencoba mengulik kenangan bersama mereka..

Lilis -- Sahabat dekatku. Awal persahabatan kami dimulai kelas 4 SD catur wulan 2. Hari pertama masuk kelas unggulan, aku nggak tau musti duduk sebangku dengan siapa. Dan mataku menangkap sosoknya, dia masih duduk sendiri. Lantas aku mendekatinya dan meminta izin untuk duduk sebangku dengannya. Aku memang satu kelas dengannya sejak kelas 1 tapi kelas kami kelas gemuk jadi aku tidak begitu dekat dengannya, dan baru dekat saat kelas 4 itu. Rumah kami pun dekat, hanya berbeda RW, dia senepo krajan sedangkan aku senepo timur. Karena itulah aku sering main ke rumahnya, sepulang sekolah atau waktu hari libur. Saking seringnya aku main, bahkan aku kenal dengan beberapa tetangganya (teman yang seumuran, tentu saja). Lilis sahabat yang baik, perhatian, dan nyaman untuk berbagi pikir dan rasa. Sekarang aku kehilangan kontak dengannya. Yang aku tahu dia kuliah di Jogja, tapi aku nggak pernah ketemu dia. Dan kabar terakhir yang kutahu tentang dia, lebaran tahun lalu (2010) dia tunangan dan entah sekarang sudah menikah atau belum.

Ismawati -- Sahabat dekatku juga. Sama seperti Lilis, awal persahabatanku dengannya terjadi di hari yang sama. Jadi, teman yang duduk di bangku belakangku adalah Isma' dan Nur. Sejak itulah kami menjadi teman karib. Isma' ini tipe orang yang cenderung cuek, tapi dia akan membelamu mati-matian saat ada yang menyakitimu, dan dia jadi orang pertama yang bakal berani melabrak orang yang mengancammu. Rumah dia agak jauh dari rumahku, tapi aku suka rumahnya. Berada di tempat yang agak berbukit. Dan dari belakang rumahnya persis, kita bisa melihat area kuburan cina. Gunung Tugel, orang menyebutnya. Dari dialah aku tahu kalau daerah itu banyak dihuni oleh para pelacur. Sekarang aku juga kehilangan kontaknya sama sekali. Nggak tahu dia kuliah di mana, atau kerja di mana, nggak tahu udah nikah atau belum..sama sekali nggak tahu.

Nur -- Sahabat dekatku, duduk sebangku dengan Isma'. Sama seperti kedua sahabatku di atas, awal persahabatanku dengannya terjadi di hari itu juga. Bisa dibilang Nur adalah "Ibu" di kelompok kami. Dia orang yang paling lembut, keibuan, bijaksana, dan care. Ketika aku, Lilis, atau Isma' merasa butuh penenang, dialah yang bakal menenangkan kami dengan pikiran-pikiran bijaksananya. Dia juga yang otaknya paling tok cer di antara kami. Matematika bo'! Makanya rambutnya keriting gara-gara kebanyakan mikir angka! haha..Rumah dia yang paling jauh diantara kami. Di desa Sukoharjo, sebuah desa di balik gunung tugel. Aku beberapa kali main ke rumahnya, dan aku menikmati perjalanan menuju sana. Dengan sepeda onthel yang dituntun (karena jalanan menanjak dan aku tidak kuat mengayuhnya), kami bercanda sepanjang perjalanan. Di kanan-kiri pepohonan teduh terasa. Satu yang kami takutkan dari perjalanan menuju ke sana: Seekor anjing yang selalu menyalak kepada kami kalau kebetulan dia ada di jalanan! Sampai sekarang aku terkadang masih kontak dengannya meski hanya lewat FB. Dia kuliah di STIS, cocok lah dengan kemampuan matematikanya yang aduhai.

Nina -- Awal kedekatan kami dengannya terjadi secara tidak sengaja. Dia bukan anggota kelompok kami, tapi karena suatu hal, dia pun menjadi dekat dengan kami semua. Dia seorang yang lembut, dan sangat perasa. Tapi kalau dia udah mulai ketawa, orang lain akan ikut ketawa hanya karena melihatnya ketawa. Tau kenapa? Yup, karena dia kalau ketawa matanya tinggal segaris. Jadi kalau kita tinggal pergi pun, dijamin dia nggak bakal tau! haha..Anehnya, meski dulu kedekatanku dengannya tidak sedekat ketiga sahabatku yang lain, tapi justru Nina-lah yang sampai sekarang masih menjaga kontak. Mungkin karena dari dulu dia juga teman sanggar, waktu SMP sering pulang bareng, dan sekarang sama-sama di Jogja. Dia kuliah di STTN, jurusan Elins, yang katanya sampai sekarang masih berusaha untuk mencintai kuliahnya. Hehe..Terkadang kami ketemu di kereta saat pulang kampung. Kami sepemikiran, sehobi, mungkin itu yang menjadikan kami nyambung kalau ngobrol.

Hm..aku jadi kangen dengan mereka, those kind of people. Bercanda bareng, main bareng, jothak'an juga. Penuh warna-warni deh. Pingin ada reuni SD lagi, tiap kali ada reuni SD aku pasti nggak bisa ikut soalnya reuni diadakan beberapa hari setelah lebaran dan biasanya aku masih berada di tempat eyang-ku, tidak bisa stand by di kampung halaman. :(

Banyak orang yang datang dan pergi dalam kehidupan kita, tapi yang namanya sahabat, ia akan tetap ada di hati kita.

PS. Song of this day: Someone Like You - Adele. Lagi keputer di live streaming radio KDNDFM South Carolina. Akhir-akhir ini tu lagu sering banget wira-wiri di radio. Dari yang tadinya nggak begitu suka lagu ini, jadi terkena efek habituasi. Hff..


Kamis, 06 Oktober 2011

"Hidup Ini Selalu Balance pada Levelnya"

Kamis, 6 Okt '11
11.50 pm

Sekedar refleksi hari ini. Hari yang penuh inspirasi. Mulai dari kuliah gosip-gosip sosial (baca: Isu-isu kontemporer sosial), membahas tentang cemburu dan iri. Ternyata tanpa kita sadari, selama ini kita seringkali cemburu pada orang lain. Tapi pernahkah kita merasa bahwa pada suatu saat pernah ada seseorang yang iri pada kita? Terkadang kita sulit melihat kelebihan-kelebihan yang kita miliki (khusus di indonesia si kata pak dosen), makanya menurut survey di indonesia, hanya sebagian kecil yang menyebutkan kesadaran dirinya menjadi sosok yang pernah menjadikan orang lain iri. Dampak iri pun ternyata membahayakan, dari bisa menyebabkan insomnia hingga melakukan perbuatan destruktif terhadap orang yang diirikan. Setelah diulik dari bermacam fenomena, didapatlah kesimpulan bahwa penyebab munculnya iri adalah perasaan ketidakadilan. So, quote of the day adalah "Hidup ini selalu balance pada levelnya"

Lalu kuliah gender. Lagi-lagi menginspirasi. Hubungan antara laki-laki dan perempuan itu dominan dan interdependensi. Ada sebuah ilustrasi menarik yang bisa menjelaskan itu. Jadi di sebuah planet hiduplah spesies bernama Igo dan Loli. Igo ini merupakan spesies yang kuat, pinter, bisa memanfaatkan sumber daya. Sementara Loli adalah spesies yang lemah dan bodoh. Kira-kira apa yang akan terjadi? Tentu saja Igo yang akan berkuasa di planet itu, menindas Loli, dan bukan tidak mungkin Igo berhasrat untuk melenyapkan Loli dari muka planet. Namun apa yang terjadi apabila Loli memiliki zat pheromone, semacam zat yang bisa membuat addicted? Semakin Loli mengeluarkan zat pheromone itu, makin membuat Igo kecanduan pada Loli. Apa yang terjadi kemudian? Loli tidak lagi menjadi makhluk lemah. Disitulah letak dominasi dan interdependensi. Di satu sisi, laki-laki mendominasi tetapi di sisi lain ia addicted, ia tergantung pada perempuan sehingga lelaki bisa dengan mudah menindas perempuan, tapi sewaktu-waktu pun bisa sangat mudah menyanjung perempuan karena pada dasarnya laki-laki merasa tak bisa hidup tanpa perempuan. Hm..benar-benar menstimulasi critical thinking!

Jam 4 pm..forum fiksi FLP. aku dateng telat si, begitu pantat menyentuh aspal langsung disuruh membuat karakter bebas, distimulasi adanya konflik, dan diminta bagaimana tokoh itu mampu menyelamatkan diri. Oh ya, tema kali ini adalah tentang konflik. Jadi dibalik senja yang menakjubkan tadi, ada konflik di situ. Haha.. Sore tadi, entah kenapa aku cepat menemukan ide-ide. Meski tadi baru dibikin garis besar gambaran konflik'nya tok dengan sangat singkat, tapi aku menemukan tema, aku menemukan feel'nya. Hm..I'm so excited then. Forum berakhir di tengah semayup adzan. So romantic! (Halah, opo si?)

Malam..sebenarnya ada rapat ex-KKN membahas rencana kunjungan ke Bruno jam 8 malem tadi. Tapi aku izin nggak datang. Ada beberapa alasan di balik itu.
Pertama, jelas aku udah ada agenda untuk ke islamic book fair, malam terakhir ini cuiy! Kalau nggak sekarang, harus nunggu beberapa bulan lagi. Dan you know, sama seperti jogjakomtek kmrn, aku merasa wajib untuk mendatanginya. Meski akhirnya aku cuma sendirian menyambangi GOR UNY nyampe jam 9 malem gara2 semua anak kos sibuk, it's not a big deal. Akan selalu ada semangat untuk mendatangi pameran buku meski malam-malam jalan sendirian. Book addict, man! haha..

Kedua, rapatnya malem-malem sih, jam 8 lagi. Belum nanti molornya, belum nanti ngobrol ngalor ngidulnya, mau pulang jam berapaa coba. Aku emang mikir-mikir dulu kalau mau keluar malem, udah mematok jam malam untuk diriku sendiri. Terserah, mungkin orang menganggapku kuno, konservatif or anything like that. Whatsoever. Tapi, sebagai perempuan..err, I mean, aku pribadi, merasa punya batasan untuk bergentayangan di luar kos pada malam hari. Buat menjaga aja, jaga diri, dan jaga prasangka warga sekitar. Eits, jangan salah, warga sekitar kos peduli dan hafal lho siapa-siapa saja yang suka pulang malem, siapa-siapa saja yang suka pergi sama siapa. Kita nggak bisa memungkiri dan tidak bisa remehkan itu, kita manusia yang punya norma.

Ketiga, aku musti melembur verbatim data yang sempat terjeda selama KKN, dan besok harus dikumpulkan pada sang dosen. Padahal masih kurang berpuluh lembar yang belum kuketik.

Keempat, jelas aku nggak tahu dimana arah lokasi rapat dan nggak tahu akan ke sana bareng siapa.haha..sebenarnya itu bukan masalah besar, toh aku bisa nanya arah-arahnya dan bisa naek sepeda. Alasan keempat ini buat menuh-menuhin aja biar makin panjang jawabannya kan nilainya makin bagus!

Kelima, naik haji jika mampu (lhoh, nyambung nggak sih? Udah, yang penting di'amin'in aja deh poin ini. Amiin..)

And..now. Verbatim belum selesai. Tapi kantuk menggantung, so pengerjaan bersambung untuk esok pagi. Colok modem, kuputuskan buat posting ini dulu. Eh, si kantuk malah ngilang entah ke mana. Hm.. but 1.03 am now, harus segera bobok. Oh ya, bulan malam ini persis kantong ajaib milik doraemon ya? Waa..doraemoon, pinjem pintu ke mana saja doong! Haha..sungguh make a wish yang parah.

Okay, thanks God for this wonderful and inspiring day. Hope tomorrow will be better. Amiin.

Random: Beberapa jam yang lalu ada sepenggal ucapan dari seorang sahabat padaku, dan baru kusadari bahwa beberapa hari terakhir ini aku kehilangan kata-kata itu. Entah, ada sulur rasa yang menyusup. Hangat.

PS. Song of this late night: I'm Already King - Christian Bautista. Lagi suka mendengarkan lagu dari si kang bau ini. Petikan gitarnya itu lho..aaah!

Selasa, 04 Oktober 2011

Day First: Mission's failed

Selasa, 4 Okt '11
11.05 pm

Day first. "Alienasi" dimulai. Aku mulai membiarkan rasa yang bicara. Awalnya emang takut bakal jet-lag, tapi aku berusaha mengisi hari ini dengan aktivitas. Apapun yang terjadi hari kemarin, sekarang adalah hari yang baru. Meskipun masih tersisa tangis semalam, hari ini tetaplah merupakan hari yang berkah jika kita mau menatapnya.

Jadi hari ini kuisi dengan mengerjakan tugas, dan meluncur ke arah gejayan untuk service HP yang karena suatu hal g jadi service dan membeli kerikil buat si popo di toko tirta mas. Di sana perhatianku tertuju pada berbagai macam ikan hias yang ada di akuarium. Subhanallah, ternyata ikan-ikan itu lucu ya? Aku baru benar-benar menyadari bahwa ikan adalah makhluk yang luar biasa. Entah, mereka terlihat bebas berenang, dan kebebasan yang terpancar itu menular pada siapapun yang memandangnya. Mendamai. Aku jadi pengen pelihara ikan. Haha.. Habis itu pulang, terus langsung ke kampus untuk kuliah. Sepulang kuliah menuju ke jogjakomtek di JEC. Pameran-pameran komputer semacam ini jelas ada dalam daftar hal-hal yang wajib dikunjungi. Beberapa barang yang emang butuh, sudah di tangan. Hehe..

Overall, day first berjalan cukup lancar. Meski kadang aku merasa kok terkesan dipaksakan segala apa yang kulakukan. Tapi aku memang butuh berkumpul dengan orang lain (teman2), atau sekedar melakukan aktivitas sepele demi mengalihkan pikiran. It's no problem, sepanjang apa yang kita lakukan tidaklah melanggar norma.

Misi ini nyaris sempurna ketika menjelang tengah malam barusan, patner misi ini merasa keberatan dengan tenggat waktu yang disepakati bersama malam sebelumnya. Dia melakukan penawaran waktu. Okay, asal ojo ngenyang meneh ae..To be honest, aku butuh waktu beberapa hari untuk menetralisir semuanya. Biarkan hati yang bicara. Tapi kalau baru berjalan satu hari aja udah ada penawaran, gimana bisa berhasil? Mungkin aku jahat. Ya. Aku emang jahat. Tapi bagiku, hal yang sedang terjadi ini bukanlah sebuah ajang permainan. Ini fase hidup di mana kamu harus memilih menangkapnya atau melepasnya, tentu saja dengan konsekuensi masing-masing yang akan kamu pikul. So, hari ini dianggap gagal, didiskualifikasi. Dan mulai esok hari misi ini dijalankan ulang.

Quote hari ini: Jangan pernah alone doing nothing. Karena itu hanya akan membuka memory'mu.
Tidak semua rasa punya nama.

Jumat, 30 September 2011

"Unfinish Business?"

Jumat, 30 Sept '11

12.40 pm @pptik ugm



Kembali aku duduk di bangku ini. Di ruangan yang hanya berisi 7 orang yang kesemuanya autis dengan laptop masing-masing. Bahkan mereka memilih duduk sendiri di meja yang masih kosong daripada bergabung di meja yang sudah ditempati. Hm..it's all about personal space, maybe. Orang cenderung mengambil jarak ketika harus duduk bersebelahan dengan orang yang tidak dikenal. Coba deh ketika kita amati di angkot atau di ruang tunggu. Dalam keadaan yang tidak begitu ramai, orang cenderung mengambil space, tidak duduk di samping orang lain persis, sebagian besar terjeda satu atau dua kursi.



Okay, kali ini aku tak akan membahasnya lebih lanjut (ndak malah kuliah 3sks! haha). Hari ini ada hal yang membuatku, entah apa namanya, semacam penyadaran atau pencerahan? Yang jelas, aku merasa sedikit plong. Benang kusut itu mulai terurai di beberapa simpulnya. Meski masih ada beberapa 'PR' yang musti diselesaikan dan masih ada unfinish business yang musti juga diselesaikan. Why? karena ketika masih ada unfinish business maka pikiran kita terpecah, dan ya hidup kita berasa "nightmare". Pada suatu titik kulminasi kita akan terengah-engah dan panik mencari nafas. Nyamankah dalam posisi seperti itu? Mungkin, kalau kita terlalu berjiwa petualang, itu akan menjadikan kita makin tertantang. Tapi bagaimana dengan lawan 'unfinish business' kita? apakah dia juga akan merasa tertantang dengan kondisi yang seperti itu? Mungkin dia akan merasa kesulitan mencari nafas, dan karena dia tidak merasa tertantang, bisa jadi kehabisan nafas. Nol menjemputnya. Nol? ya, karena dia tidak punya jalan untuk menuju satu, dua, tiga, atau seterusnya. Bukankah hidup tidak bisa di skip?



Lantas bagaimana kita mengurai unfinish business itu? Tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan. (Welcome to the relaxation world!). Pikirkan bahwa kita mampu, kita cukup kuat untuk menghadapinya dan bayangkan apa yang akan kita rasakan ketika masalah itu sudah benar-benar finish. So, barulah kita planning. Memikirkan segala macam bentuk kemungkinan hal yang akan terjadi dalam proses kita mem-finish-kan itu, dari kemungkinan terbaik hingga kemungkinan terburuk. Tak perlu tergesa-gesa, ketergesaan hanya akan menghilangkan kepekaan kita pada hal-hal kecil di sekitar, yang mungkin memberikan clue atas masalah itu. Lantas setelah itu, time to show! Kita sudah siap dengan kemungkinan-kemungkinan itu dan tidak akan terkesiap. Kita akan tetap bisa melibatkan rasional dalam emosional kita. Kebanyakan dari kita selalu lebih mengedepankan emosi daripada rasional. Tidak sepenuhnya salah memang. Mengedepankan rasional daripada emosi pun tidak sepenuhnya benar (ketika setengah gelas berisi kesalahan, lalu setengahnya lagi akan berisi kebenaran, bukan?). Di saat-saat seperti itulah Tuhan menempa jiwa kita. Akan menjadi seperti apa diri kita saat menghadapi masalah. Dan hey, Tuhan menyukai harmonisasi, termasuk harmonisasi yang terjadi ketika kita mendamaikan antara rasional dan emosional.



Cut..sorry aku baru menyadari bahwa tulisanku kali ini hampir-hampir menyerupai unfinish. It's being uncorrelate and move easily! haha.. Yo, intine, ketika kita mampu mendamaikan sisi rasional dan emosional kita, kita akan lebih mudah dalam mengurai benang kusut permasalahan, unfinish business, and things like that. Kita mampu mengendalikan diri kita sendiri kalau kita percaya kita mampu.

So, just believe in your self. Jangan sampai ada orang lain yang harus ikut menanggung akibat dari unfinish business kita.

Keep fighting and don't give up!



PS. Song of this time: Things Are Gonna Get Better - David Archuleta

Rabu, 28 September 2011

Just a Little Space Time

Kamis, 29 Sept '11
12.52 pm @K-301
Alone..

Just a little space time..kuliah berakhir lebih awal dari yang seharusnya. Dan alhasil bingung lah aku mau ngapaen. Aha! daripada komputer di depan kelas nganggur, tak pake ae buat menjelajah dunia maya. Tak apa lah meski sendirian di ruang ini. hoho..

Hm..sebenarnya there's a task for my self: take a ponder. Haha..masalah itu (again). Tapi entah kenapa aku masih belum bisa memfokuskan pikiranku padanya. (*padune isih ana tanggungan tugas buat kul jm 13.30 nanti.haha). Mungkin nanti malam, i'll do it and i'll make it ngono. Sembari menulis ini, you know, aku menemukan satu (mungkin lebih) metafor lagi. Mungkin benar unfinish business itu masih menyeruak. Fine, mungkin itu sama sekali bukan hakku untuk ikut tenggelam di dalamnya. Tapi tak bisa dipungkiri kebenaran yang mungkin belum terungkap itu bisa mempengaruhi akan menjadi siapa dan bagaimana diriku esok hari. Just take a bit time to realize. But, kalau saja hari kemarin dan hari ini tidak berjalan seperti ini, aku tak akan pernah berlatih kemampuan analisis dan membaca metafor, kan? :)

Okay..15 menit menuju kelas selanjutnya. Bersiap untuk kembali fokus. Gender. Kontroversi. See ya!

No song of this time. Oh ada! musik deru AC di ruangan yang tak terlalu luas ini. :D

Jumat, 16 September 2011

Napak Tilas Kedhung Pala (Baca: tempat favorit nyuci baju!)


Ini dia kenampakan Kedhung Pala. Ia adalah sebuah sungai berlokasi di belakang pondokan putri. Tiap kali nyuci baju, aku memilih tempat ini. Nggak salah lagi, kalau bukan karena pemandangannya yang aduhai, aku nggak bakal ke sini. hehe..Lihat aja tebing berbatu yang sangat artistik itu. Memberikan kesan kokoh namun tak angkuh, karena ia mengizinkan rerumput hijau untuk membangun kehidupannya di tubuhnya. Karena sang tebing tahu bahwa ia tak mungkin bisa hidup sendiri.

Bebatuan ini lanjutan dari tebing batu di atas. Ini sisi bawahnya, yang berbatasan langsung dengan air sungai. Hm..terlihat perbedaan bongkah batu tebing dengan batu kali ya? Yang satu warnanya putih yang satunya berwarna abu-abu gelap. Tapi mereka bersahabat kok! hehe..Yang aku suka, di antara tebing, bebatuan, dan air, ada yang 'hidup' di sana: rumput. Memberi kesan menyejukkan.



Ini aliran air sungai dari sudut pandang hilir sungai (I mean, posisiku memfoto adalah lebih dekat dengan hilir). Masih dengan bebatuan yang makin membuat sang air berkelok-kelok. Di sebelah kanan sungai adalah sebuah pekarangan yang membatasi sungai dengan rumah pondokan putri. Di sebelah kiri sungai ada sebuah sawah yang menakjubkan.




Ini dia sisi seberang sungai. Berhadap-hadapan dengan tebing batu di atas. Subhanallah, pemandangannya bagus banget..so beautiful. Oh ya, itu sebenernya sawah..nggak terlalu gedhe si sawahnya dan dikelilingi pepohonan.
Kalau pas lagi bosen memandangi batu yang cuma diem aja nongkrong, aku suka melayangkan pandang ke persawahan ini, sekedar menatap sesuatu yang hidup. Eh, kadang-kadang kalau pas beruntung, kita bisa menemukan beberapa kerbau yang membajak sawah, lho!

Haha..Ini batu persemedianku (baca: tempat nyuci). Di batu itu, aku mencuci baju-bajuku dengan penuh semangat '45, tanpa capek menggelayut. Tau kenapa? Karena aku mencuci dengan duduk bersila di atas batu. Haha..belum pernah ada kedengeran posisi duduk bersila saat mencuci baju kaan? You should try it. It's totally rock! trust me.. :). Oh y, terkadang aku membawa mp4, biar soundtrack yang tercipta lebih 'greng', berpadu antara musik ciptaan Tuhan dan musik ciptaan manusia. hehe..




Sejak saat itu, aku menambahkan satu hal lagi dalam daftar hobiku: Nyuci di kali! Haha..Mungkin itu hal yang sangat-sangat nggak banget bagi kalian. Tapi menurutku, nyuci di kali bukanlah hal yang 'ih apaan sih, jorok!' tapi sebaliknya hal yang sangat sarat inspirasi. Bagiku, mencuci bukan sekedar aktivitas membuat baju yang kotor menjadi bersih. Tapi lebih dari itu, sensasi apa yang kita dapat ketika mencuci. Bukan sekedar hasilnya, tetapi lebih kepada makna di dalamnya. Alam pun memberi kita banyak pelajaran ketika kita mau sedikit saja menoleh kepadanya. Sama seperti hidup, bukan saja untuk mendapatkan tujuan yang kita inginkan, tetapi juga meresapi prosesnya, apa saja yang kita temui selama perjalanan hidup kita, termasuk hal-hal kecil sekalipun. Jangan hanya melihat lurus ke depan, kadangkala, tengoklah ke sekeliling kita.

PS. Song for this day: Look Around - David Archuleta



Rabu, 24 Agustus 2011

Keping kelima puluh tiga Kehidupan

Kamis, 25 Agt '11 5.48 am
25 Ramadhan 1432 H
Fifty third chapter: "Last day: Pamungkas"

So, ini hari penarikan KKN. Sejenak check in. Di ruang tengah sana masih pada hectic packing sementara di bawah masih pada hectic menyelesaikan laporan. Sorry I'm pausing this stuff for a couple days..Sejak hari senin kemarin hingga semalem temanya laporaaaan mulu. Aku sih tak bikin nyantai. Whatsoever laporan dan tetek bengek peraturannya. Bagiku yang penting bukanlah hasil laporannya, tapi pelajaran apa yang kita dapat selama KKN ini. Tsaah...

Gejolak di dada ini bagai dua sisi mata uang. Satu sisi bersorak karena berakhir sudah masa-masa perjuangan selama dua bulan dengan hasil yang Insya Allah bermanfaat. Di sisi lain, ada hujan di sana, mengingat kedekatan dengan warga yang mulai terbentuk, terutama dengan anak-anak SD sekitar sini yang biasanya main bareng. Aku pasti akan merindukan mereka.

Jejalan kerikil, Kedhung Krasak tempat belajar renang, Kedhung Pala tempat mencuci, beautiful place, tanah desa, lapangan sawah, lapangan futsal belakang rumah Rozak..ah, tempat-tempat yang pastilah akan kurindukan dengan segenap kenangan yang mengikatnya.

Terima kasih untuk semuanya..untuk semua pelajaran berharga, untuk semua pengalaman yang tak tergantikan, untuk semua rasa yang menyelimuti. Aku nggak akan pernah bisa untuk membalas semua itu satu-per-satu.

Ah..lots of feeling this day. No word can spell from me now. Speechless. Okay, tulisan ini sebagai saksi bisu kegugupan yang tercipta.

PS. A big thank you and hug for you all guyz..Sukses buat kita semua! Semoga setelah KKN ini kita semua menjadi manusia yang lebih baik. Amiin.

Sabtu, 20 Agustus 2011

Keping Keempat puluh delapan Kehidupan

Sabtu, 20 Agt '11
20 Ramadhan 1432 H
Forty eighth chapter: "The Show"

Apa kabar? Semoga puasa kita masih di jalanNya. Amiin. Sabtu..hari yang lumayan hectic. Mendebarkan..but excited. Sedari pagi aku dah nyethuk di depan laptop, bikin musik buat drama. Nggak ada yang punya mp3 cutter, jadi ng-cut'nya pakai movie maker. And you know, movie maker tuh bikin laptop ng-hang..jadi sebel. Untung dibantu sama Rozak. Pokok'e dia tu asisten expert dalam hal ini lah..

Selepas dzuhur baru fix. Tidur bentar..eh ketiduran sampai jam setengah 5 padahal rencana gladi resik jam 2..Astaghfirullah! keputusanku untuk tidur ternyata salah! Langsung mandi dan kumpulin orang. Akhirnya gladi resik selepas buka..Meski masih rada-rada belum fix, Insya Allah, dengan menyerahkan sepenuhnya pada Allah. Jadi.

Selepas tarawih, jam setengah sembilan, mulai acara..serentetan acara sambutan, pengajian, penampilan rebana dari anak-anak dan temen KKN, pengumuman lomba-lomba dan acara gong pamungkasnya adalah drama. 23.00: Time to show! Bismillah..Dada ini berdegub kencang. Berjalan..berjalan..meski beberapa ada yang terlupa karena terlalu hectic, Alhamdulillah semuanya all out. Whoa..I'm surprised! Nggak nyangka temen-temen bisa se-all out itu..Bagaimanapun juga ini kali pertama pementasan drama yang naskahnya kubikin sendiri sekaligus kusutradarai! Padahal aku nggak expert dalam hal drama..Hehe..Turun panggung mereka langsung kusalami satu-satu.

Finish acara tengah malam lewat dikit..langsung beres-beres dan balik pondokan. Makan mie..aku sekaligus makan buat sahur, habis udah hampir jam setengah dua. Biar ntar nggak usah sahur lagi. Hehe..

Okay...I'm very excited today, speechless. Hm..jam 3.50 am now..time to sahuur..
Terima kasih ya Allah atas pelajaran dan pengalaman menakjubkan hari ini, semoga bermanfaat. dan semoga hari esok lebih baik dari hari ini. Amiin.

PS. Nothing Else Better to Do - David Archuleta. Pas keputer di playlist. Bikin tambah suasana dini hari ini..ah,,full motion eter.

Jumat, 19 Agustus 2011

Keping Keempat puluh tujuh Kehidupan

Jumat, 19 Agt '11
19 Ramadhan 1432 H
Forty seventh chapter: "Fear"

Apa kabar 19 agustus-mu? Semoga puasa masih lancar dan berkah. Amin. Nggak kerasa udah tanggal segini aja. Hari ini praktis agendanya persiapan buat pensi. O y, pagi pulang bentar ambil perlengkapan buat penyuluhan di madrasah nanti malam. Bukan program kami sebenarnya, sekedar permintaan dari warga untuk mengisinya. Cuma ketemu sama ibu, itu pun cuma bentar. Tak apa lah, yang penting ada desir hangat yang selalu mengalir tatkala melihat tatap lembut beliau. :) Sekalian ambil properti buat pensi. Sebenarnya pengen pake lighting yang oke warna-warni punyaan bapak itu. Bagus banget kan efeknya kalau buat drama. Tapi ternyata daya listrik di masjid (panggung di depan masjid) nggak kuat buat ngangkat itu lampu, butuhnya gedhe dia soalnya..ya sudah pakai lampu biasa aja nggak masalah.

Langsung balik lagi nggak pakai lama-lama. Masih perlu nyiapin segala sesuatunya juga to? Meski PJ pensi tu Wahib, tapi aku pegang drama yang menurutku masih sangat kurang persiapannya. Mau nggak mau ikut gelagepan juga aku. haha..

Malamnya tarawih di madrasah gandheng mau ada penyuluhan itu. Hanya ada 3 putri selain yang ngasih penyuluhan yang bisa tarawih sana: aku, Mbak Emi, m Rika. Naek motor berhubung jauh dan jalannya nanjak. Hm, sebenernya kalau jalannya nanjak berbatu gini sih lebih enakan jalan kaki! Alhamdulillah, penyuluhan berjalan lancar meski beberapa peserta ada yang menanyakan masalah peternakan, bukannya pertanian. Dan beberapa peserta juga menyiratkan kalimat penolakan. But it's okay, ngubah suatu kebiasaan emang susah, apalagi kalau itu udah jadi profesi. Paling tidak kami sudah menyampaikan dengan video yang Insya Allah menginspirasi mereka. Amin.

Sepulang tarawih langsung rapat teknis pelaksanaan pensi besok, progres kesiapannya. Lanjut latihan drama. Harus serius, kalau nggak, nggak bakalan jadi besok. Overall bagus, kurang penjiwaan dikit lagi sii..itu bisa diasah. Latihan mulai jam setengah sebelas selesai jam dua belas lebih dikit. Itu satu kali aja, nggak sempet diulang dari awal. Udah nggak kondusif, ngantuk. Ya sudah, dilanjutkan besok dengan syarat harus makin serius latihan.

Okay..that's all for this day. Capek, cemas juga ngadepin besok malem sementara persiapan fisik maupun mental masih sangat minim. Serahkan sajalah semuanya pada Allah..
Terima kasih ya Allah atas pelajaran hari ini, semoga bermanfaat. Semoga berkah puasa kita hari ini. dan semoga hari esok lebih baik dari hari kemarin. Amiin. Sudah mohon ampunkah kita hari ini?

Oh ya, before I go, I just wanna share my feeling. Fear. Afraid. I don't know what to do. bingung. Pengen ngilang aja sebenernya, tapi kalau ngilang dramanya gimana?? Okay..I hope It's gonna be alright soon. Nggak enak ada di posisi kayak gini, serba salah, nggak tahu musti bagaimana.

PS. The Second You Sleep - Saybia. Yang lagi keputer aja di playlist.

Kamis, 18 Agustus 2011

Keping Keempat puluh enam Kehidupan

Kamis, 18 Agt '11
18 Ramadhan 1432 H
Forty sixth chapter: "Oh My Gosh! Why Me??"

Howdy...apa kabar puasa kedelapan belas kita? Semoga makin bersemangat untuk berburu berkah dan pahala.

Hari ini entah kenapa berasa letih. Padahal nggak begitu banyak kegiatan. Pagi ng-kali alias nyuci, habis itu lanjut labeling buku perpustakaan SD. Kali ini mulai ng-label yang fiksi. Lumayan dibantuin sama anak-anak juga.hehe..

Sore jam 4 latihan drama fullstory, meski orangnya sangat tidak full. Banyak yang pulang hari ini karena urusan wisuda. Oh, ya Selamat dulu buat Mbak Emi yang hari ini wisuda juga, anyway. Doa'in aku cepet nyusul ya mbak? Amin. Kembali ke latihan..hm, baru kali ini aku jadi director, semoga bisa memegang amanah.

Malam ini nggak seperti malam biasanya. Kali ini terawih di pondokan putra, diimami Rozak. Habis cew'nya yang sholat cuma bertiga, daripada sholatnya mencar-mencar, mending jadi satu aja. Selepas terawih ada semacam ngaji gitu, membahas tafsir Al-Qur'an. Dan yang bikin gokil tuh masak ayat yang dibahas Ar-rum 21..itu kan ayat tentang pernikahan, yang biasa dipakai di undangan pernikahan itu! Busyeet dah..kayak udah siap nikah aja lagaknya. Di situ aku yang merasa aduuh, obrolan tingkat tinggi, masih lumayan jauh dari usiaku. Haha..

Selesai ngaji, siap-siap ke Masjid Krajan buat ng-cat serambi dan masang panggung buat pentas seni malam minggu besok. Yang perempuan sih nyiapin konsumsi aja, habis mau bantu apa juga nggak lebih kompeten dari kaum lelaki. Di sini nggak bisa dipungkiri kalau perempuan dan laki-laki itu dalam hal tertentu perbedaannya jauh.

Anyway..something shocked me this day. Really. I don't know, why me? Why not anyone else? Whatsoever, I don't wanna keep it in mind. That's the scary thing, you know! So, please don't remind me, it's too early.

Okay, don't wanna talk about that anymore. Now, I better head off and take a nap. Terima kasih ya Allah atas pelajaran hari ini. Semoga bermanfaat. Semoga berkah puasa kita hari ini. Dan semoga hari esok lebih baik daripada hari ini. Amiin.

PS. Song for this time: My Kind of Perfect - David Archuleta. Hm..just think about 'my kind of perfect'. Nggak semudah dan sesimpel itu. It's complicated. Ah, semoga ketidaknyamanan ini segera berlalu. Posisi yang tak enak, pengen ngilang aja rasanya. Doraemoon!



Rabu, 17 Agustus 2011

Keping Keempat puluh lima Kehidupan

Rabo, 17 Agt '11
17 Ramadhan 1432 H
Forty fifth chapter: "Merah Putih-ku"

"Merah putih teruslah kau berkibar
Di ujung tiang tertinggi
Di Indonesiaku ini"

Dirgahayu Indonesia-ku,,!! Teruslah maju..!
Untuk pertama kalinya mengikuti upacara selepas SMA. Upacara jam 8.00 di lapangan kecamatan Bruno. Meski tidak seramai di kutoarjo, tapi tidak mengurangi semangat 45 dunk! haha..Oh ya, ada drum band dari SMP 21. And you know what, ada seorang anak yang mirip obsesi masa kecilku. Oh my gosh, again? padahal baru kemarin aja back to memory!

Habis itu, sebenarnya aku pengen mulai latihan drama yang komplit. Tapi agaknya belum pada mengkondisikan untuk latihan, ada kegiatan posyandu juga. Ya udah berhubung aku nggak ada kerjaan lain, ikutan ke posyandu balita di rumah depan rumah pak carik. Di sana ketemu sama Mbak Rina, tetangga se-RW ku. Dia emang bidan di daerah Bruno. Dia yang nanganin posyandu balita itu. Wah, berasa di rumah..hehe.

Habis itu ng-print naskah, eh..malah ketiduran. Untung udh di print'in. Cabut langsung ke Mushala deket rumah Mbah Jabir buat lomba adzan dan tartil. Kali ini kembali ke pekerjaan lamaku, tukang poto. haha..Oh, ya, gara-gara aku nggak ngasih-ngasih ballpoint yang kujanjiin ke Hamam m Asfa, mereka jadi suka ngusilin aku deh. Terutama Hamam. Hm,,dasar anak-anak. Tapi entah kenapa, meski mereka usil, aku nggak menganggap mereka sembrono hanya gara-gara mereka masih SD. Aku lebih suka memposisikan diri sebagai teman mereka yang saling mengusili, bercanda, and stuff daripada harus menjadi orang yang mendikte mereka.

Malamnya terawih di satu-satunya masjid yang 11 rakaat. Masya Allah ngantuknya nggak ketulungan euy! Tapi yang penting ya tetep bahagia dan bersyukur.

Okay, enough for this day. Terima kasih ya Allah untuk pelajaran hari ini. Semoga hari esok lebih baik daripada hari ini. Semoga berkah puasa kita..sudah mohon ampunkah kita hari ini.

PS. Because of You - NeYo.

Selasa, 16 Agustus 2011

Keping Keempat puluh empat Kehidupan

Selasa, 16 Agt '11
16 Ramadhan 1432
Forty fourth chapter: "Senja Menjingga"

Howdy...apa kabar puasa kita di hari keenam belas? Semoga Allah masih memayungi kita dengan ridhoNya. Amin.

A lot of story today. Mulai dari pagi akhirnya jadi labeling buku perpus sekolah juga. Dimulai dari buku-buku pelajaran. Bingung juga mengkategorikannya tapi Insya Allah di jalan yang benar.hehe..To be continued. Iya lah, nggak mungkin selesai dalam satu hari juga. Tinggal yang buku fiksi.

Siang latihan drama buat pensi. Meski baru scene awal, habis naskahnya juga baru tak selesai'in dua scene gara-gara semalem ketiduran. Jam 2 pm mulai lomba-lomba 17an di lapangan sawah tempatku bertimbun jerami a couple days ago. Seru deh lombanya, ada lari kelereng, bola naga, botol ajaib, pecah air. Kali ini aku nggak megang dokumentasi, tapi PJ pecah air kolaborasi sama Roni. Selesai jam 4. Alhamdulillah berjalan lancar. :). Selesai lomba tu yang pada maen timpuk-timpukan air sama anak-anaknya juga. Wah,wah, tidak baik bagi kesehatan inii..kaburr! Sempet diuncit Naja, untung aku lebih gesit.hehehe..

Seusai lomba, pengen ke tanah desa. Suatu tempat di daerah atas yang katanya pemandangannya bagus. Hm..boleh juga. Aku butuh spot yang oke buat menyelesaikan naskah. Eh, ternyata motornya kurang dan udh jm 5. Yaudah, ganti tempat, yang penting ada tempat buat aku autis di depan laptop. Mbak Pam ngusulin di lapangan belakang rumah Rozak. Oke, berempat Mbak Pam, Hary, Boyke, dan aku menuju ke sana. Untung lagi nggak dipake futsal. Langsung aku ambil spot agak ke tengah menghadap bukit. Nyongkrog di rumput, buka laptop, nyalain playlist. Hm, aseek..Mereka ngobrol aku autis,hihi..

Senja, menatap barisan bukit, berbaring di rumput, menatap lembayung, merasakan sejuknya hembus angin. Awesome. Entah, tiba-tiba muncul ide beli es terus buka puasa di lapangan. Hm, ide bagus! Akhirnya Mbk Pam dn Boyke beli es sementara aku autis nulis dn Hary mlaku-mlaku ra cetho.haha..Dan akhirnya kami berempat duduk melingkar di tengah lapangan, minum es dan menyantap gorengan buka puasa. Hanya kami berempat di lapangan itu, berasa tu lapangan punyaan sendiri. Subhanallah, beneran suasana yang tercipta lebih menakjubkan dibandingkan apa yang selalu aku bayangkan dulu. Senja, rumput, sahabat, adzan maghrib.

Malamnya terawih di Masjid Krajan. Selepas terawih ada acara layar tancep di SD. berharap dapet nonton film yang menginspirasi. Eh, ternyata filmnya malah ancur, khas film Indonesia dan nggak cocok sama sekali untuk konsumsi anak-anak. Baru lima menit aku nongkrong di sana langsung pulang, nggak tertarik bin kuciwo. Kalau gitu mendingan ikut pengajian di masjid Krajan aja..

Alright. Senja yang ah, memukau, hari ini. Now, time to get bed. Terima kasih ya Allah atas pelajaran hari ini, semoga bermanfaat. Semoga berkah puasa kita hari ini. Dan semoga hari esok lebih baik daripada hari ini. Amiin.

PS. Song for this time: Let's Just Fall in Love Again - Jason Castro. Haha, lagu yang lucu, tentang CLBK.


Senin, 15 Agustus 2011

Keping Keempat puluh tiga Kehidupan

Senin,15 Agt '11
15 Ramadhan 1432 H
Forty third chapter: "Back to Memory"

Apa kabar pertengahan puasa kita? Semoga bertambah semangat..
Akhirnya pagi ini aku menemukan inspirasi untuk tanggal 20. Pagi-pagi setelah nyuci baju, autis sejenak berteman instrument di mp4. Untuk sekedar relaksasi, mendengar gemericik air dan merasakan hembusan angin. Hm, baru benar-benar menyadari kalau kita tidak perlu bersusah payah mencari inspirasi. Inspirasi akan datang sendiri ketika kita membangun jiwanya. :)

Hari ini rencana memulai labeling buku perpustakaan. Tapi berhubung udah siang, masih nunggu orang satu yang nyawanya belum kekumpul, dan belum minta kunci perpus ke penjaganya, yawis ditunda besok aja. Akhirnya malah ke pasar, sekalian kalau bisa beli peralatan buat lomba-lomba agustusan. Ternyata kios pasarnya banyak yang tutup, padahal kayak'e hari ini pasaran deh. Ah, entah lah..

Malamnya selepas tarawih, rapat teknis lomba-lomba dan rencana pentas seni. Semoga besok lancar. Amin.
Hm,,nggak banyak yang bisa diceritain hari ini. Titik kulminasi itu masih statis. Eh, malah ditambah 'back to memory'. Ceritanya semalem pas tinggal berempat yang melek, keceplosan curcol gitu. Dan ternyata ada satu mata2 dari kamar yg denger: Rika. Dan tadi sembari nunggu Wahib ngumpulin nyawa, Rika nanyain masalah itu. Oh my gosh! Terpaksalah sedikit menguak meski hanya dibagian ending. Tapi yang aku seneng, at least pembicaraan perenungan itu menghampiri setelah sekian lama tak menyambang.

Okay, that's all for this day. Terima kasih ya Allah atas pelajaran hari ini, semoga bermanfaat. Semoga puasa kita diberkahi dan diridhoi Allah, dan semoga hari esok lebih baik dari hari ini. Amiin.

PS. Nggak ada song for this time dulu..cukup suara obrolan temen-temen yang jadi soundtrack'nya. Ciao!