Rabu, 19 Desember 2012

Why It Must be "Dandelion"?

Kamis, 20 Desember 2012

H-2 menuju hari ibu. Sudahkah kita memberikan yang terbaik untuk ibu kita? Sudahkah kita menyatakan rasa sayang kita kepada ibu? Sudahkah kita membuat ibu bangga dengan kita? Atau, minimal, sudahkah kita membuat sebuah lengkungan manis di bibir ibu karena apa yang kita lakukan? Sudah saatnya kita merenungkan semuanya. Tapi, tulisan ini tidak menceritakan tentang itu....

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Manusia yang berjiwa besar adalah manusia yang menghargai masa lalunya sebagai bagian dari proses hidup. Begitu pula blog yang berkualitas adalah blog yang mengetahui sejarah penamaannya.


Kerajaan:Plantae
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Magnoliopsida
Ordo:Asterales
Famili:Asteraceae
Genus:Taraxacum

Randa Tapak atau Dandelion adalah bagian dari Taraxacum, sebuah genus besar dalam keluarga Asteraceae. Nama Randa Tapak sendiri biasa digunakan untuk merujuk kepada sebuah tumbuhan yang memiliki "bunga" yang memiliki "bunga-bunga" kecil yang terbang ditiup angin. Asal asli dari tumbuhan ini adalah Eropa dan Asia, namun sudah menyebar ke segala tempat. Yang disebut sebagai bunga dari tumbuhan ini menjadi semacam jam hayati yang secara teratur melepaskan banyak bijinya. Biji-biji ini sesungguhnya adalah buahnya (Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Randa_Tapak). 


Keberadaan dandelion seringkali terabaikan. Mungkin karena bentuknya yang kecil dan biasanya berada di tepi-tepi jalan, sehingga sering luput dari perhatian orang. Tapi saya melihat dandelion bukanlah sekedar tanaman rumput kecil yang tidak menarik dan hanya berfungsi sebagai pembatas jalan. Tidak. Dandelion lebih dari sekedar itu. Ini tentang makna dirinya sendiri. 

Bunga-bunga kecil dandelion (biji) ini sangat mudah tertiup angin. Terbang tinggi dan jauh, kemudian akan jatuh pada suatu tempat. Biji tersebut kemudian akan tumbuh kembali menjadi bunga dandelion. Di sini, betapa dandelion mengajari kita arti kesetiaan. Ia rela meninggalkan induk dan teman-temannya yang ia sayangi ketika tiba waktunya ia harus pergi. Kepergiannya tidak lantas memusnahkan rasa cintanya. Ia pergi untuk memberikan kehidupan baru di tempat lain. Itulah keikhlasan dalam kesetiaan. Dandelion mengajari kita arti kesetiaan. Bahwa setia bukanlah berarti kita harus selalu bersama secara fisik. Setia lebih bermakna bahwa kita harus selalu bersama secara batin. Karena itulah, ketika kita berpisah secara fisik dengan orang yang kita sayangi, kita merasa ikhlas karena yakin bahwa kebersamaan kita tetap terjalin meski raga memisahkan. Seperti biji dandelion yang terlepas dari induk dan teman-temannya yang lain, tapi ternyata ia tidak bisa memungkiri rasa cintanya. Ia tumbuh di lain tempat, tetap dengan wujud dandelion dan cita rasa yang sama sehingga ia tetap akan selalu mengingat bagaimana kehidupan ia bersama induk dan teman-temannya dahulu kala. 

Tidak hanya mengajari tentang kesetiaan dan keikhlasan. Dandelion juga mengajari kita tentang semangat menggapai cita-cita. Biji dandelion yang tertiup angin tersebut terbang membawa satu misi: memberikan kehidupan di tempat lain. Sungguh misi yang sangat mulia. Ketika ia ingin sampai kepada misi tersebut, ia harus terbang tinggi dan jauh. Sama seperti kita. Untuk dapat menggapai cita-cita, kita harus semangat terbang tinggi dan berusaha untuk mencapainya. Hingga biji dandelion singgah di suatu tempat untuk menumbuhkan jiwa baru, kita pun tiba di suatu tempat cita-cita kita, tempat di mana kita bisa bermanfaat untuk orang lain.   

Dandelion tumbuh dengan segala kebersahajaannya. Ia tidak mewah, tidak harum, pun tidak berwarna cerah. Rapuh sekaligus kuat. Rapuh karena mudah terbawa angin. Tapi kuat dengan kesetiaan, keikhlasan, dan tekad menggapai cita-cita.


So, why it must be Dandelion? I bet you get it :D


PS. Kalau mau tau gimana bunga dandelion yang awalnya kuning perlahan berubah bentuk dan warna menjadi putih dengan biji-bijinya, cekidot --> Time lapse Dandelion flower to seed head