Rabu, 16 Oktober 2013

Antara Superhero dan Komunikasi

Rabo, 16 Oktober 2013
17.00

Seratus Persen - Joshua March

Semalam telah berlalu
Ketika kita berdua janji bertemu
Karena semangatnya aku
Mungkin ku lupa aku tak ada uang
Pusing kepalaku jadinya

Angkat telponku, balas pesanku
Berikan waktu untuk ku jelaskan
Maaf aku tak datang semalam
Uangku hanya lima ribu
Maafkanku yang tak bisa penuhi
Semuanya kau mau oh sayang
Cintaku begini namun cintaku kepadamu
Woo seratus persen

Kau telah pergi dariku
Dan takkan kembali
Aku kan tetap menanti

Angkat telponku, balas pesanku
Berikan waktu untuk ku jelaskan
Maaf aku tak datang semalam
Uangku hanya lima ribu
Maafkanku yang tak bisa penuhi
Semuanya kau mau oh sayang
Cintaku begini namun cintaku kepadamu
Woo (seratus persen) seratus persen

Lagu lantunan Joshua March ini blow up sekitar bulan April-Mei 2012. Temponya asyik, ear catching membuat kita ingin menjentikkan ibu jari ketika mendendangkannya. Karena nadanya asyik, saya sempat memasukkan lagu ini dalam playlist mp3 di hp saya, tapi hanya bertahan beberapa minggu saja karena mungkin saya memang tidak terlalu "in" dengan liriknya. Lucu sih liriknya, cocok buat nyacat "ih, gitu doang lho, kok ya bisa bikin rusak hubungan?". Mungkin itu yang menjadi daya tarik saya pada awalnya, karena saya merasakan ada kepuasan setelah mendengarkan lagu ini kemudian mencacatnya dan ngebego-begoin si cowok dan si cewek dalam cerita lagu itu. Saya menganggap mereka berdua ini sama sekali tidak logis.  Hingga lama-lama saya capek mencacat dan memilih untuk menghapus lagu itu dari playlist mp3 hp saya. Di laptop, lagu itu masih saya simpan tapi tidak pernah saya pasang.

Tapi sore ini, setelah sekian lama saya tidak mendengar lagu ini, akhirnya saya mendengarnya di salah satu stasiun radio. Saya sudah hampir mencacat, tapi kemudian saya merasa terlalu jahat. Mungkin saya memang menganggap masalah mereka sangat sepele dan tidak logis untuk dijadikan alasan putus. Tapi bukankah itu menurut saya? Bagaimana menurut mereka? Mereka menganggap ini masalah yang serius dan saya takut mengakui bahwa saya mulai menganggap hal itu masalah yang serius pula. Saya semacam menjilat ludah sendiri, mungkin. haha.

Jadi masalah yang terjadi di sini adalah si cowok tidak jadi datang mengapel ke kediaman si cewek padahal mereka sudah janji untuk bertemu. Alasan si cowok tidak datang adalah karena dia hanya punya duit lima ribu rupiah. Mungkin aktivitas ketemuan mereka biasanya makan malam bersama dan si cowok lah yang membayar makan malam mereka. Menurut si cowok, duit lima ribu rupiah itu tidak cukup untuk biaya makan malam mereka berdua. Si cowok malu untuk jujur kalau duitnya habis tidak cukup untuk makan berdua sehingga dia memilih untuk tidak datang ke tempat ceweknya dan tanpa alasan pada mulanya. Entahlah mungkin dia bingung mencari alasan yang tepat untuk itu. Ini jalan pikiran si tokoh cowok.

Lalu bagaimana jalan pikiran si tokoh cewek? Si cewek di sini posisinya tidak tahu bahwa alasan cowoknya mengkhianati janji adalah karena duit yang tidak cukup untuk mentraktir makan malam. Fakta yang diketahui si cewek adalah cowoknya tidak menepati janji. Udah itu aja. Si cewek merasa dikhianati dan dia marah karenanya sehingga telepon dan sms dari cowok itu tidak dia respon. Akhirnya si cewek memilih untuk pergi dari si cowok. Di sini sih menurut interpretasi saya, mereka putus akhirnya.

Nah lho, nangkep sesuatu dari sini? Yap, ada dua masalah di sini. Pertama masalah gengsi seorang lelaki dan kedua masalah komunikasi. Kelemahan para lelaki adalah keinginannya untuk selalu menjadi superhero bagi perempuannya. Kenapa saya bilang itu kelemahan? Karena ketika hal itu menjadi sebuah keharusan bagi seorang lelaki, dia akan melupakan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perempuannya. Seperti kisah dalam lagu Seratus Persen ini, si tokoh cowok menganggap bahwa pacaran itu ya makan malam berdua, makan malam berdua ya harus cowok yang mbayarin nggak boleh cewek. Jadi dalam pikiran si cowok hanya ada dua pilihan baginya: mbayarin makan atau kalau tidak bisa berarti tidak usah ketemu malam ini. Si cowok merasa harga dirinya akan jatuh ketika tidak bisa membayari makan malam ceweknya sedangkan dia tidak punya ide aktivitas lain selain makan bareng. Di pikirannya hanya ada kalimat "orang pacaran itu ya makan bareng". Cowok berusaha menjadi superhero. Kalau tidak bisa membayari makan, maka tidak bisa disebut superhero.

Padahal, jika kita menilik isi pikiran perempuan, akan sangat jauh berbeda. Bagi cewek, aktivitas pacaran tidak harus dihabiskan dengan makan bareng dan tidak harus cowok yang membayari. Ya, mungkin tidak semuanya beranggapan seperti itu. Bagi cewek-cewek "pemanfaat" akan mengharuskan cowoknya untuk membayari di setiap makan-makan mereka. Tapi paling tidak, ada hal yang jauh lebih penting dari itu semua. Kehadiran lelakinya. Sekali lagi kehadirian cowoknya. Kaum lelaki seringkali melupakan hal ini. Bagi perempuan, hal yang terpenting dari hubungannya dengan lelaki adalah bisa bertemu, berbincang dari hati ke hati, dan diperhatikan. Hal itulah yang sebenarnya membuat cewek merasa spesial, bukan gratisnya makan yang didapat dari cowoknya. Cewek pun sebenarnya tidak masalah apabila makan mereka membayar sendiri-sendiri.

Di sini jalan pikiran mereka berbeda. Masalah akan selesai apabila ada komunikasi di antara mereka, dan sebaliknya menjadi semakin bertumpuk apabila mereka gagal menjalin komunikasi. Yang terjadi dalam lagu ini adalah mereka gagal menjalin komunikasi sehingga berujung dengan putusnya mereka. Si cowok bermaksud ingin menjelaskan kepada ceweknya tentang alasannya menggagalkan pertemuan itu. Lewat telepon, tidak diangkat oleh si cewek. Lewat sms, ada dua kemungkinannya di sini, tergantung dari isi sms si cowok. Si cowok sudah benar ingin menjelaskan apa yang terjadi melalui telepon. Tetapi ketika telepon itu tidak direspon kemudian dia sms hanya berisi meminta si cewek untuk mengangkat teleponnya, di sini si cowok gagal menjalin komunikasi. Kenapa? Karena dia gagal menyampaikan maksudnya. Perempuan, dalam kondisi seperti itu kemudian tidak mengangkat telepon, berarti dia memang sedang tidak ingin berbicara dengan cowoknya. Nah, apakah dengan begitu si cowok terus memaksa si cewek atau malah membiarkannya dalam kemarahan? Tidak. Ada cara untuk menyampaikan penjelasan itu sekaligus hal yang bisa meredakan kemarahannya, yaitu dengan sms. Ketika menjelaskan melalui telepon tidak memungkinkan, bisa kan menjelaskan melalui sms? Menjelaskan tentang apa yang memang ingin dijelaskan, bukan meminta untuk mengangkat teleponnya. Hei, itulah yang membuat cewek merasa spesial, bukan?

Jika sms yang dilayangkan si cowok setelah mengetahui telepon tidak diangkat itu sudah berisi penjelasan yang sedianya akan dijelaskan lewat telepon, tetapi respon ceweknya masih tidak baik, berarti si cewek yang gagal berkomunikasi. Cowoknya sudah berusaha menjelaskan duduk perkaranya, tetapi si cewek tidak bersedia untuk mengkomunikasikan pula apa yang ada dalam pikirannya "waktu itu" dan apa yang menjadi keinginannya. Sehingga ya sudah, mereka berdua tidak bertemu dalam masalah yang sama, tidak mengetahui solusi yang bahkan ada sangat dekat dengan mereka. Berpisahlah mereka dengan alasan yang mungkin kedengarannya sangat tidak logis, tapi barusaja kita bisa melogiskannya. Paling tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar