11 Ramadhan 1432 H
Thirty ninth chapter: "Almost disaster"
Memasuki 10 hari kedua di bulan Ramadhan yang berarti hari-hari penuh ampunan. Sudah mohon ampunkah kita hari ini atas dosa-dosa kita selama ini? Sesungguhnya tiada yang bisa kita banggakan dari sebuah kesombongan. Itu juga yang kualami pagi ini. Betapa aku menyadari bahwa kesombongan itu masih bercokol dalam diriku..
Nyuci baju di kali seperti kebiasaanku. Kali ini aku nggak berhasil mengajak pasukan cew untuk nyuci di kali. Hary juga nggak berhasil ngajak pasukan cow ternyata. Yasudahlah sama dia doang, daripada nggak jadi nyuci kali. Janjian jam setengah 7. Masalah cuci mencuci sebenarnya gampang, toh temen-temen yang lain nyuci di pondokan. Tapi entah kenapa, bagiku, mencuci bukan sekedar membuat pakaian yang kotor menjadi bersih. Lebih dari itu, sensasi apa yang akan kita rasakan ketika dalam proses pembersihan itu lah yang lebih menjadi titik sorotku. Dan sensasi itu aku dapatkan ketika mencuci di kali.
Kembali ke masalah sombong menyombong. Tidak seperti biasanya, kali ini aku ke sungai membawa benda-benda elektronik yang bisa dikatakan 'bagian hidupku', kayata HP, MP4, dan kamera. Entah, aku ingin menambah sensasi itu dengan alunan musik dan sedikit mengabadikan 'the great spot' tempatku mencuci. Selesai nyuci, sambil nunggu Hary selesai, aku nyoba menyeberang sungai menuju sawah dipinggirnya. Rasa ingin tahuku membeludag. Ingin tahu ada apa di atas sana sekaligus ingin tahu seperti apa kenampakan sungai dilihat dari sawah di atasnya. Dengan HP di saku sebelah kiri dan kamera di saku sebelah kanan celana training, mulai mencari pijakan pada batu-batu. Susah mencari jalan yang kira-kira relatif aman untuk dilewati. Eh, la kok Hary ujug-ujug mak bedunduk udah nyampe di seberang duluan. Kuikutilah jejaknya. Nggak siap pada batu licin berlumut..eng,ing,eng..jatuh keplesetlah aku kecemplung. Langsung yang kuinget dua benda yang ada di saku. Oh my gosh, basah! Alhamdulillah HP tetep idup, tapi kamera keep in dying meski tombol udah bergeser ke posisi 'on'. Astaghfirullah. Langsunglah setelah nyampe di seberang, baterainya dicopot, dilap-lap di jemurin di atas batu. Aku cuma duduk di batu, tenger-tenger, kethap-kethip, bingung, shock. Lebih penting kamera daripada HP masalahnya! Untung si MP4 kesayangan nggak ikutan kusakuin, nangis lah ku kalau dia ikutan kecemplung. Akhirnya, berhubung nggak mungkin terus njemur di kali dan udah jam 8 juga, balik pondokan dengan baju yang kuyup sebagian, HP yang Alhamdulillah baik-baik saja, dan kamera yang keep in dying. Kata Hary jangan-jangan habis ini aku kapok nyuci di kali. Jujur aku tersentak mendengar itu. Sebelum dia bilang itu, aku seperti tidak pernah tahu ada kata kapok dalam kamus. Begitu dia bilang, sempet ada pikiran "bisa jadi kapok". Tapi sekejap kemudian, aku men-delete pikiran itu. Tidak. Life must go on, right? Jangan hanya karena satu peristiwa tidak mengenakkan, kita berhenti mencoba.
Nyampe pondokan langsung tak jemurin di balkon. Nggak semangat. Apalagi setelah dikasih tahu kalau barang elektronik kecemplung air trz langsung dinyalain bisa konslet dan bikin rusak. Hiks3x :(
Jam 11 rapat kluster bahas acara 17an. Baru aku nemuin efek kena air pada HP. Ringtone'nya ilang (cuma bisa getar) dan backlight'ny redup kethip2x. Tak copot dulu baterainya, bernasib sama dengan sang kamera, berjemur di kursi balkon. Aku diingetin sama Allah nggak usah bawa yang neko2 kalau di kali, atau kalaupun bawa harus extra hati-hati.
Malam sholat tarawih di Masjid krajan lagi, selepas tarawih mampir pondokan cow buat ambil modem dan flashdisk-ku. Eh, la kok di sana ada bingkisan buat aku. Katanya dari anak-anak (para krucil bangsane Heni, Tika). Entah semuanya dapat atau baru beberapa dulu. Ternyata aku dapet gelang manik-manik warna merah-putih. Waa, aku terharu. Mereka kok so sweet banget ya ngasih ke mbak2 dn mas2 KKN..Harus gantian ngasih surprise ke mereka juga nih :)
Nyampe pondokan, HP kuidupin. Nyoba dimiscal, Alhamdulillah speaker'nya udah bunyi normal. Giliran si kamera. Takut. Takut ngadepin kemungkinan terburuk. Hati-hati baterai kumasukin, tombol kugeser ke posisi 'on'. Diem beberapa saat tak ada yang terjadi. Aku hampir merasa kemungkinan terburuk itu bakal terjadi, ketika sebaris 'set the clock' muncul di layar. Segera kupenuhi permintaannya. And..Alhamdulillah kameraku sembuh back to normal! Ternyata benda-benda kesayanganku masih sayang padaku. Dan yang penting, ini adalah peringatan dari Allah agar aku lebih waspada dan hati-hati. Mungkin selama ini aku terlalu 'gumun' melihat sungai dan saking excited'nya terkadang aku lupa kalau medan sungai tidaklah sama dengan medan darat. Tak ada gunanya kesombongan itu.
Acara setelah tarawih adalah bareng-bareng simulasi bikin kue lidah kucing dan nastar dari tepung mocaf. Hm, kinda delicious. Tapi aku kurang nyaman kalau lidah kucing tidak berganti nama. Bagaimana mungkin aku tega memakan lidah hewan kesayanganku? Huaa...But, terlepas dari itu, kue'nya enak lho..! siapa dulu yang bikin..hehe.
Oh ya, ada bad news. Mbak Rini sakit..amandelnya kambuh sampe luka dan berdarah. Serem deh, ngeliatnya tiap kali mengusap darah yang ada dilidahnya dengan kain kasa. Ya, semoga cepat sembuh ya Mbak Rin..
Okay, it's all for this day. 1.12 am sekarang. Time to sahuur..Lho, belum ding! Okay, ndang bobok biar besok bisa bangun sahur. Terima kasih ya Allah atas pelajaran dan peringatanMu kali ini, semoga bermanfaat. Semoga Engkau mengizinkan kami mengetuk pintu ampunanMu. Dan semoga hari esok lebih baik dari hari ini. Amiin.
PS. Tidak ada 'songfor this time' now. Backsound'nya cukup suara Mbak Anggi yang lagi nongkrong di tangga, bertelepon dengan sang mantan,haha..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar