Bila kita memiliki kebutuhan masa lalu yang tidak dipenuhi oleh orang tua maupun situasi hidup kita, kita cenderung untuk mencarinya dari pasangan kita. Bila ada sebagian dari kebutuhan tersebut yang dapat mereka berikan, kita senderung ingin menguasainya agar kita selalu bisa mendapatkan kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi di masa lalu. Tanpa kita sadari, perilaku ingin menguasai ini justru akan menjauhkan kita dari pasangan kita.
Bila kita menyadarinya dan membiarkan kebutuhan masa lampau kita berlalu, kita akan menemukan keseimbangan dan harmoni dalam persatuan kita. Sebaliknya bila kita selalu mencoba menguasai pasangan kita, ia malahan akan semakin menjauhi kita.
Dengan pemahaman ini, mengapa tidak kita buang saja hasrat untuk menguasai pasangan kita dan mulai memberi kepada pasangan maupun orang lain dalam kehidupan kita apa yang mereka harapkan dari kita?
Dewasa ini memberi telah kehilangan makna yang sesungguhnya. Memberi seolah-olah berarti take and give. Sehingga pada saat seseorang akan memberi, ia selalu bertanya "lalu apa yang dapat saya terima dari dia?" Bukankah memberi adalah memberi? Bukankah ada kebahagiaan yang timbul dari memberi?
Apa yang Anda berikan akan Anda miliki selamanya. Dan apa yang lalai Anda berikan, dapat menghilang dari diri Anda selamanya.
(Sarwiyono, Ratih. 2008. Ki Ageng Suryomentaram: Sang Plato dari Jawa. Yogyakarta: Cemerlang Publishing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar