Saung kecil tersenyum puas. Sore ini ia belajar renang. Serupa anak kecil yang berlarian girang mengejar balon, saung kecil pun begitu girang mengecipakkan tangan dan kakinya di dalam kolam. Rada lebay memang aksi saung kecil di dalam kolam itu. Tapi dapat dipahami mengingat selama hidupnya ia baru dua kali itu masuk kolam renang. Pertama kali dulu ketika ia belum lagi bisa lancar baca-tulis. Hanya mencelupkan badannya ke dalam kolam renang dan melangkahkan kaki mengelilingi tepinya. Sudah itu saja. Tidak berani menggerak-gerakkan badannya lebih jauh lagi.
Sebetulnya, sore itu bukan benar-benar kali pertama saung kecil belajar renang. Ia belajar renang (bukan sekedar berjalan mengelilingi kolam) pertama kali kira-kira delapan bulan yang lalu ketika ia mendapat amanat dari kampusnya. Saat itu saung kecil beserta teman-temannya belajar renang justru di sungai yang cukup deras aliran airnya. Untung beberapa di antara teman saung kecil tersebut sudah mahir dalam berenang. Jadi saung kecil berguru kepada temannya itu, bagaimana cara menggerakkan kaki, bagaimana cara mengambang, dan sebagainya. Sayangnya, pelajaran renang itu hanya didapat saung kecil sebanyak satu kali. Sementara untuk mengambang di air pun saung kecil belum bisa.
Delapan bulan berlalu tanpa pernah menyentuh air untuk berenang kembali. Dan sore itu, saung kecil kembali belajar renang. Bersama sahabat kecilnya. Kali itu di kolam renang umum, bukan lagi di sungai beraliran deras yang berbatu. Perlahan saung kecil meluncur. Sambil berpegang erat pada pelampung yang menurut saung kecil lebih berbentuk seperti alat yang digunakan sebagai alas mengiris bumbu-bumbu dapur. Saung kecil biasa menyebutnya 'telenan'. Imajinasi saung kecil yang berlebihan memang.
Akhirnya saung kecil bisa meluncur. Tanpa perlu menggerakkan tangannya. Hanya kedua kakinya yang berkecipak tak teratur. Berulang kali berhenti dan berpijak pada alas kolam. Sekedar mengambil nafas karena doktrin yang ditanamkan di kepalanya sejak delapan bulan yang lalu tentang berenang adalah tahan napas. Sementara saung kecil sejak bayi hanya punya napas yang pendek-pendek. Bawaan organ dalam saung kecil.
Saung kecil meluncur dari ujung ke ujung. Dengan teknik yang sama. Tapi ia belum berani untuk melepaskan pelampung telenan itu dari tangannya. Takut tenggelam. Tak apa. Yang penting saung kecil berani untuk belajar. Sebelum pulang, saung kecil membaca sekali lagi tulisan yang ada di dinding ruangan kolam renang itu. "Sehat itu mahal. Berenang itu murah." Saung kecil melongok pada isi dompetnya.
PS. Kebanggaan bukan datang dari hasil yang sangat sempurna. Kebanggaan yang sesungguhnya datang ketika kita berani untuk belajar sesuatu yang sebelumnya kita anggap sulit atau menakutkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar