Angin mendung bertiup perlahan. Saung kecil mendongakkan kepalanya sembari berharap sore itu tak turun hujan. Dengan berbekal payung di dalam tas ranselnya, saung kecil meloncat menaiki angkutan umum dengan angka 7 di atasnya. Sore itu ia bermaksud mendatangi pameran buku yang sedang di gelar di suatu gedung di Yogyakarta. Rada jauh dari tempat saung kecil, makanya dia memutuskan untuk naik angkot. Sekalian saung kecil ada janji untuk mengambil suatu barang yang ada di tempat temannya. Kebetulan temannya itu kos di dekat gedung tempat pameran buku berlangsung.
Saung kecil mengunjungi stand-stand itu satu per satu. Sendirian. Selain tidak ada teman kosnya yang sedang terjaga sore itu, terkadang saung kecil ingin lebih menikmati waktu dengan bersendiri saja. Setelah puas berkeliling dan tidak menemukan apa yang ia cari, saung kecil bermaksud menyudahi petualangannya di pameran buku kali itu. Lagipula, temannya sudah menunggu di luar gedung.
Saung kecil pun akhirnya bertemu dengan temannya itu. Dan mengalirlah obrolan demi obrolan. Ia adalah teman lama saung kecil. Teman sekolahnya dulu, tentu saja teman sedaerahnya. Dan bagi saung kecil, bertemu dan mengobrol dengan teman lama serasa di bawa menyusuri sebuah lorong waktu. Entah kenapa, saung kecil begitu mudah untuk terbawa arus memori. Semuanya serasa back to memory. Dan saat itulah saung kecil menyadari bahwa ini adalah kali pertama ia bertemu dengan temannya itu sejak merantau ke jogja 3 tahun silam. Ya, padahal sama-sama berada di kota Jogja! Masya Allah..
Saung kecil jadi teringat bagaimana dulu saat-saat mereka masih sekolah..Dan seketika itu, saung kecil merasa berada di rumah. Bagi saung kecil, bertemu dengan teman sedaerah membawa rasa tersendiri. Kenyamanan yang ia dapatkan di kampungnya. Saung kecil pun merasa saat itu ia sedang ada di rumah. Nyaman. Rumah memang tempat yang paling nyaman baginya. Mungkin karena ia tumbuh di kampungnya lebih lama dibanding waktunya di Jogja ini. Setiap jalan yang ada di kampungnya memberi kenangan tersendiri bagi saung kecil. Membawanya kembali ke masa-masa sekolah. Dari TK hingga SMA. Teman saung kecil ini pun tumbuh di lingkungan yang sama dengannya. Itulah yang membuat saung kecil merasa mengobrol dengan temannya yang sedaerah adalah obat kerinduannya pada kampung halaman. Siapapun itu.
Ada berjuta cerita yang sebenarnya ingin dituturkan saung kecil pada temannya itu. Tapi sang waktu nampaknya belum ingin mendengar semua cerita itu. Semoga masih ada kali lain untuk silaturahmi, doa saung kecil. Diam-diam saung kecil pun merasa merindukan teman-teman sedaerahnya yang lain, yang sekarang sama-sama merantau ke Jogja. Begitu banyak. Dekat, tapi saung kecil merasa jarang menjalin komunikasi dengan mereka.
PS. Sapaan kecil kita kepada orang lain memberikan sensasi tersendiri bagi orang itu. Apalagi ketika ia adalah teman sedaerahmu yang merantau di kota yang sama. Ia akan jadi pengobat rindumu pada kampung halaman. Berikanlah sapaan pada sahabat-sahabat kita, meskipun itu hal yang sangat kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar