Selasa, 13 Maret 2012

Jejak Langkah Saung Kecil: Best Friend is an Ice Cream

Jogja, 13 Maret 2012

Saung kecil tersenyum membaca deretan kata yang terpampang di layar HPnya. Sms dari sahabat kecilnya. Hm, ada juga akhirnya yang kangen sama aku, batin saung kecil. Ah, KeGe-eRan aja kali loe! Biarin dong! Seru saung kecil tak kalah sewot dari bagian dirinya yang ngajak perang itu.

Diputuskanlah saung kecil dan sahabat kecilnya itu melanglang buana ke perpustakaan. Ide saung kecil itu cukup aneh sebenarnya. Setahu saung kecil, kebanyakan orang main bareng teman lama adalah saat di mana ingin melepaskan penat dari kehidupan kuliah. Eeh, si saung kecil ini malah ngajak mainnya ke tumpukan buku pula! Ah, kubilang biarin! Sanggah saung kecil lagi.

Puas dengan tumpukan buku, mereka beranjak, melanjutkan melanglang buana. Sisa hujan deras masih mengapung di jalanan. Kecipak air pun berlompatan terlindas roda-roda yang mengganas. Mereka pun mampir ke sebuah tempat makan untuk makan es krim karena mereka punya pandangan yang sama tentang ribetnya jalur lalu lintas di kota jogja ini. Percayalah, ketiga hal itu (tempat makan-es krim-lalu lintas) tidak ada kaitannya satu sama lain sebenarnya. Tapi begitulah mereka, selalu bisa menemukan sambungan dari hal yang tidak nyambung. Begitulah, cerita mereka kali ini dibalut satu cup es krim dan satu bungkus french fries. Mereka menyelam ke lorong waktu masa lalu hingga masa sekarang. Suatu hal yang menjadi trending topic ketika bertemu dengan teman lama. Seolah tak ada habisnya mengenang masa lalu.

Obrolan mereka berlanjut ke kos sahabat saung kecil ini. Saung kecil langsung merebahkan diri di karpet kamar sahabatnya itu, sembari merem-melek, dan melanjutkan cerita yang terpotong. Entah, selalu ada saja yang mereka bicarakan ketika bertemu. Hingga waktu terasa begitu cepat berlalu bagi saung kecil. Sahabat kecilnya yang satu ini memang unik. Mereka berteman sejak duduk di bangku sekolah dengan seragam putih-merah. 15 tahun silam, dan tidak bosan hingga sekarang. Saung kecil kembali merasa bagaikan di kampung halamannya. Berbagi cerita dengan orang yang tumbuh di lingkungan yang sama dengannya membuatnya lupa bahwa ia tengah merantau. Bagaimana tidak, seolah-olah sahabatnya itu menjadi saksi setiap jengkal si saung kecil ini tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Begitu pula saung kecil yang seolah menjadi saksi tumbuh kembang sahabat kecilnya itu.

Begitu asyiknya mereka berbagi cerita, hingga saung kecil memutuskan untuk pulang di satu jam menjelang adzan maghrib. Sore itu tampak lebih cerah bagi saung kecil.


PS. Kita punya beberapa orang yang menjadi saksi atas apa yang terjadi pada hidup kita, beberapa yang dengannya kita merasa bisa menyatukan jiwa, beberapa yang hanya melihatnya di kejauhan pun membuat kita tersenyum. Seperti perpaduan dingin dan hangatnya es krim. Itulah sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar