Saung kecil mengelap debu-debu yang menempel pada sepedanya. Tanpa sadar ia telah membiarkan debu-debu mengerubuti satu benda itu hingga sekian lamanya. Lantaran saung kecil lebih sering berjalan kaki. Sore itu saung kecil bermaksud mengajak sepedanya itu mengitari jogja bersama seorang temannya. Kali ini teman kampus si saung kecil. Ide itu merupakan ide dadakan dari dua orang mahasiswa edan yang mengaku penat dengan tugas-tugas kuliah.
Jadilah mereka melintas jalanan. Dari lingkungan kampus yang masih terlihat mahasiswa bersliweran di dalamnya, hingga memasuki wilayah yang bisa dibilang jantung kota. Malioboro. Perjalanan setengah jam lebih sedikit itu disambut kerumunan orang di sekitar jalan malioboro. Berhentilah mereka di depan sebuah benteng. Vredeburg. Benteng yang dijadikan tempat wisata itu sudah menutup pintunya untuk sore hari ini. Mereka memang tidak bermaksud mengunjunginya. Mereka hanya mencari tempat duduk yang nyaman untuk melepas lelah.
Saung kecil dan temannya memarkirkan sepeda tepat di depan mereka duduk. Nafas mereka agak memburu. Maklum, itu kali pertama mereka berkendara sepeda sejauh itu. Saung kecil sendiri biasanya lebih memilih naik angkot jika pergi ke daerah malioboro. Sembari mengatur nafas, saung kecil mengambil botol air yang sengaja ia bawa di tas ranselnya. Dalam sekejap, air dalam botol itu hanya tinggal seperempat dari penuh. Tanpa merasa bersalah telah menghabiskan lebih dari setengahnya, saung kecil menyodorkan botol itu pada temannya yang juga tampak kelelahan.
Tidak ada pemandangan yang menghibur sebenarnya kecuali jalanan yang dipadati kendaraan bermotor, dan orang-orang nongkrong di tempat duduk yang sengaja disediakan di pinggir jalan. Macam-macam yang dilakukan orang-orang itu. Makan es krim, menunggu seseorang, atau sebagai tempat bercengkrama alias hang-out. Hanya pemandangan orang sebenarnya. Tapi mungkin justru itulah daya tariknya. Minimal itulah yang disadari saung kecil pada waktu duduk di bangku itu, menjadi salah satu dari orang-orang itu.
Di sini saung kecil melihat kekompleks-an orang. Orang-orang dengan wajah kelelahan, tak sabar untuk segera sampai di tempat tinggalnya setelah seharian berada di tempat kerja atau di kampus. Remaja tertawa lepas bersama teman-temannya dengan seragam sekolah masih melekat di badannya. Pasangan yang asyik bertukar kata-kata romantis. Tukang becak yang rebah bersantai di becaknya, menanti pelanggan. Tukang parkir yang sibuk mengatur kendaraan orang-orang sebelum ditinggal hang-out. Bahkan di satu sudut ada orang yang sibuk menabuh gendang supaya monyet peliharaannya melakukan berbagai atraksi dan orang yang terhibur akan memberinya uang. Orang-orang biasa menyebutnya kethek ogleng atau topeng monyet. Berbagai macam orang itu berada di satu tempat yang sama, di waktu yang sama, dengan maksud dan tujuan yang berbeda. Tempat itu menjadi pemersatu mereka.
Saung kecil melirik jam yang ada di telepon genggamnya. Tepat pada saat itu, temannya merasakan adanya tetesan air dari langit. Mereka menengadahkan telapak tangan ke atas. Ya, betul, gerimis mulai menyapa. Saung kecil dan temannya bergegas menaiki sepedanya dan bergabung bersama orang-orang yang berjuang di jalan raya. Perjalanan pulang ini lebih jauh. Sistem lalu lintas yang searah membuat mereka harus mengambil jalur memutar. Beruntung, gerimis sepertinya mengurungkan niatnya untuk berubah menjadi hujan. Saung kecil dan temannya tidak perlu memacu sepedanya dengan kecepatan tinggi. Cukup melaju dengan santai sambil menikmati suasana kota Jogja pada sore hari di tengah kepadatan yang membelah jalan. Saung kecil menghirup udara. Aroma air hujan yang belum sempat menguar terlanjur diganti dengan asap kendaraan. Saung kecil dan temannya sepakat untuk tak menambah polusi itu. Dengan sepeda.
PS. Bersepeda adalah kenikmatan tersendiri yang dirasakan oleh orang-orang yang sehari-harinya lebih banyak tak bersentuhan dengannya. Dan ada saat-saat orang bertemu di suatu tempat yang sama, antara yang keseharian dan yang hanya sesekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar