Rabu, 2 April 2014
Pernah menonton film Catatan Akhir Sekolah? Film jaman saya kelas 1 SMA yang dibintangi oleh Vino G Bastian, Marchel candradinata, dan Ramon Y Tungka itu masuk dalam kategori film Indonesia favorit saya. Kemarin saya baru saja menonton ulang film itu untuk kesekian kalinya. Tetap tidak bosan. Bagi saya film Catatan Akhir Sekolah ini berhasil menggambarkan kehidupan SMA yang paling realistis. Tidak melulu soal cinta monyet seperti pada film-film remaja lain yang kacangan abis. Cinta remaja yang dimunculkan dalam film ini hanya sebagai selingan belaka. Motif yang diusung dari awal hingga akhir adalah tentang kreatifitas mereka sebagai seorang yang ingin dianggap di sekolahnya melalui pembuatan film dokumenter sekolah mereka. Menarik.
Oke, saya di sini tidak untuk meresensi film. Urusan review me-review pastilah sudah banyak ulasan yang lebih berbobot dari segi pembahasaan dan marketingnya. Menonton film Catatan Akhir Sekolah membuat kita berkaca pada masa-masa kita SMA dulu. Orang bilang masa yang paling indah itu masa SMA. Ah, tidak juga, kata saya. Bagi saya pribadi, masa SMP lebih menyenangkan daripada masa SMA. Tapi saya tetap punya unforgetable moment di masa SMA saya. Semua orang punya unforgetable moment masing-masing. Dan ini unforgetable moment saya..
Kenakalan-kenakalan waktu SMA
1. Siswa telatan
Saya sering banget yang namanya telat. Saya sudah pernah membahas tentang siswa telatan ini di postingan terdahulu. Di samping jarak antara rumah dan sekolah yang jauh, kebiasaan telat saya juga sudah dimulai sejak SD. Jadi sudah semacam mendarah daging,mhihihi. Baru turun dari angkot, belum juga menyeberang, saya sudah disemprit oleh pak jupri (satpam sekolah) dari kejauhan. Padahal sekolah saya tidak terletak di depan jalan raya, masih harus melalui boulevard dulu. Sekolah saya juga luas. Praktis butuh waktu 7-10 menit jalan dari jalan raya hingga sampai di kelas. Seringkali saya baru sampai di kelas jam 7 kurang 15 atau 20 menit. Padahal sekolah saya masuk jam 06.30. Itu saya masih diuntungkan dengan masuk jam setengah tujuh karena berarti saya berangkat sekolah sebelum anak-anak sekolah lain berangkat sekolah. Sekolah-sekolah lain kan masuk jam 07.00. Sungguh beruntung.
Memang bagi sebagian orang, nggak enaknya telat itu nggak bisa pilih tempat duduk. Tapi toh bagi saya tempat duduk di mana pun sama saja. Waktu kelas X, saya beruntung karena teman sebangku saya (Icha) selalu berangkat lebih awal jadi saya selalu duduk di posisi yang 'aman'. Kelas XI hingga XII jumlah anak di kelas saya hanya ber-20. Saya kelas Bahasa. Sebutannya LD's (Language Department School). Pas kelas XI bangkunya sendiri-sendiri. Posisi duduk saya saat kelas XI nyaris hitam-putih, kalau nggak depan sendiri ya belakang sendiri karena hanya posisi itu yang tersisa bagi yang telat. Tapi nggak masalah sih bagi saya. Naik kelas XII, sebangku untuk dua anak. Tapi karena kami sekelas sudah dekat dan kompak, kami tidak pernah memikirkan akan sebangku dengan siapa hari ini. Bebas saja. Random. Akibatnya posisi duduk saya saat kelas XII lebih berwarna. Saya sudah pernah merasakan duduk di posisi mana pun sekalipun saya telat. Karena ketika telat, saya tinggal menuju menuju sebelah teman saya yang masih kosong. Bahagianyaa...
2. Makan di Kelas
Meskipun bukan makan nasi atau cemilan yang berat-berat juga, saya sering mencuri-curi makan lolipop milkita atau choki-choki. Dua cemilan itu merupakan cemilan andalan sekelas, laris sekali di kantin. Atau bahkan sekedar mengunyah permen karet untuk mengusir kantuk.
3. Coret-coret random
Saya sering melakukan percakapan-percakapan random dengan diri saya sendiri. Entah itu mengomentari guru atau pikiran-pikiran lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Kadang-kadang juga malah bikin cerpen atau puisi. Pokoknya sesuatu yang tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya. Dan karena tidak diperbolehkan mengobrol, saya mengkompensasinya dengan mengobrol melalui kertas oret-oretan, dengan diri saya sendiri. Haha.. entah ini merupakan gejala gangguan atau bagaimana :p. Itu saya lakukan kalau ngantuk akut, supaya menjaga mata biar tetep melek. Dan itu berarti saya sering tidak memperhatikan guru.
4. Ganti baju di kelas
Ini terjadi pas pelajaran olah raga. Kami para cewek kadang-kadang malas mengantri kamar mandi untuk berganti baju. Dan karena cowok di kelas kami hanya 3 biji, kami bisa mengusirnya keluar beberapa menit. Pintu kelas di kunci, jendela ditutup. Satu sukarelawan yang berpostur tinggi bertugas menutup kamera CCTV yang terpasang di depan kelas dengan menggunakan plastik kresek hitam. Sudah, kami ganti baju di kelas saja.
5. Menyontek
Ini jarang dilakukan. Hanya satu atau dua soal saja yang bertanya pada teman. Lainnya dikerjakan sendiri. Pada waktu kelas X saya dan Icha sempat jetlag karena pada waktu ulangan umum, tidak ada yang kasak-kusuk cari contekan. Padahal waktu SMP (saya dan Icha satu SMP), hampir seisi kelas bisa diajak kerja sama. Ini, boro-boro nyonto, saya sering saat ulangan umum iseng mengedarkan pandangan ke seluruh isi kelas. Semuanya fokus pada kertas soal masing-masing. Teman-teman baru terlihat nyonto pada saat ujian nasional. Tidak benar-benar menyontek sebenarnya, cuma mencocokan jawaban saja dengan teman.
Hal random berkesan lainnya semasa SMA
1. Kalau ada jam pelajaran kosong, kami suka maen ke gedung yang baru dibangun. Saat kelas XII, sebelah kelas saya dibangun gedung baru, tingkat. Satu-satunya bangunan yang tingkat di sekolah saya. Dan karena belum difungsikan (sudah selesai tapi belum digunakan), kami suka naik ke lantai dua dan memandang sekitaran sekolah kami dari atas.
2. Tanggal 12 April 2008, bagi siswa yang ikut UM UGM dipulangkan lebih awal untuk persiapan UM tanggal 13 April. Dari kelas bahasa, 3 orang yang ikut UM UGM, Desi, Bob, dan saya. Sebelum pulang, kami bertiga salaman dengan anak sekelas, masuk ke kelas XI bahasa menyalami satu-per satu (tentu saja pas nggak ada gurunya), masuk ke perpustakaan minta doa sama petugas perpus+tukang fotocopy, bahkan masuk ke kantin minta doa sama ibu kantin. Lebay sih sebenarnya, tapi saya merasakan ada kedekatan di sana.
3. Semenjak latihan drama buat ujian praktek sastra indonesia, saya jadi dipanggil adek oleh anak sekelas. Gegaranya, kelompok saya mengambil cerita cinderella. Dan karena saya paling kecil, teman-teman kompak menjadikan saya berperan sebagai monika. Ingat kakak-beradik saudara tiri cinderella yang jahat? Nah, saya jadi adiknya yang suka ikut-ikutan, manja, dan cengeng. Memang sejak latihan drama, nama kami semua berubah mengikuti nama peran yang akan kami mainkan. Jadilah saya dipanggil 'adek'. Mereka sering tengil bilang gini "dek, madosi sinten ting mriki? Adek kok mboten mlebet sekolah, sekolahe ting ngajeng niku to?" (Di dekat SMA saya memang ada SD Pangen). Tengil banget sumfah.
4. Waktu kelas XI ulangan harian agama saya pernah typo. Pertanyaannya adalah apa nama kitab dalam Injil yang membahas tentang nabi muhammad tetapi kitab itu dihilangkan. Jawabannya adalah Barnabas, tetapi saya tulisnya Barbanas. Atas kesalahan cetak itu, saya dianggap betul oleh teman saya yang mengoreksi.
5. Menjelang akhir masa-masa sekolah, ada pembuatan buku angkatan. Temanya bebas, diserahkan ke masing-masing kelas. Tema kelas bahasa adalah perpaduan antara vintage dan modern. Kami mengambil setting reruntuhan bangunan jaman dulu tetapi busananya jaman sekarang. Kami juga berfoto di depan kantor bupati. Dan satu yang membuat saya terkesan. Hari itu untuk pertama kalinya saya berbaring di atas rerumputan dan menatap langit. Memang sih, itu bagian dari skenario foto, tapi tetap saja kan keinginanku sejak dahulu kala akhirnya terkabul.
6. Seminggu sebelum ujian nasional, ada ESQ untuk kelas 3. Tujuannya untuk memotivasi agar kami semangat belajar. Kami dikembalikan kepada hakekat penciptaan, menyadari kekuatan pikiran, dll yang semenjak kuliah saya jadi akrab dengan hal-hal semacam itu. Itu semua disebut teknik imagery. Tapi kan waktu kelas XII itu pertama kalinya dan itu berkesan bagi saya waktu itu.
7. Tanggal 12 Juni 2008, dua hari sebelum pengumuman kelulusan, kelas bahasa perform di GKS. GKS (Gelar Karya Siswa) diadakan setiap dua hari sebelum pengumuman kelulusan kelas XII, dari tahun ke tahun. GKS ini bisa dibilang semacam promnite tapi diadakan siang hari. Dari kelas X sampai kelas XII bebas mau nampilin apa. Kelas bahasa nampilin kompilasi lagu yang diarransemen ulang sama seorang pemusik: Pergi Untuk Kembali (versi ello) - I Love You Bibeh nya The Changchuters - Lagu dangdutnya Malam Terakhir yang dibikin rap - Terima Kasih Guruku. Diakhiri dengan satu per satu dari kami memberikan setangkai bunga mawar untuk guru-guru.
8. Gegara penampilan kami di GKS, beberapa hari setelah lulus, kami diminta pihak sekolah untuk perform kembali. Saat itu sedang ada kunjungan dari SMA Davao, Filipina. Kami diminta untuk perform dalam acara hiburan. Kali ini malam hari, malem jumat lagi, dan kami sudah diperkenalkan dengan nama ex-kelas bahasa. Ada kata "ex" yang ditegaskan. haha, sedih. Tapi seneng aja rasanya bisa tampil di depan bule.. Yasih bulenya juga masih bule filipina, tapi bagi kota kecil kayak purworejo itu hal yang bisa dibilang luar biasa.
Ada yang bilang masa SMA itu masa persahabatan, cinta, dan pesta. Persabatan komplet, pesta juga ada.
Tentang cinta...justru merupakan hal yang jarang ditemukan di sekolah saya. Yaa, beberapa memang ada sih yang dapat pacar satu almamater sendiri, tetapi mereka tidak pernah menjadikan sekolahan sebagai tempat pacaran. Masih bisa profesional lah, masih cukup cerdas untuk membedakan antara tempat belajar dan tempat pacaran.
Ini catatan akhir sekolahku, bagaimana catatan akhir sekolahmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar