Jumat, 21 Oktober 2011

"Is There Any Second Chance?"

Jum'at, 21 Okt '11
9.00pm @cangkang damaiku

"Is there any second chance?" Pernahkah pertanyaan itu terlintas dalam benak kita? Mungkin pernah, mungkin juga sering. Aku sendiri, jelas sudah pernah menanyakan itu dalam benak. Entah pertama kali punya pertanyaan itu kapan, mungkin waktu kecil selepas nonton Doraemon yang punya salah satu alat andalan bernama mesin waktu. Barangkali enak ketika kita dapat sebentar saja meminjam mesin waktu punyaan Doraemon dan kembali ke salah satu scene masa lalu untuk kita perbaiki jalan ceritanya. Atau mungkin aku terinspirasi kisah dalam film "Butterfly Effect", di mana si tokoh utama kembali ke masa lalu melalui buku hariannya, untuk memainkan puzzle hidupnya di masa lalu, memperbaiki kejadian-kejadian yang menurutnya tak seharusnya terjadi.

Ah, sayangnya Doraemon dan Butterfly Effect hanyalah fiktif belaka. Tapi ada satu istilah yang merepresentasikan Doraemon dan Butterfly Effect, meski masih mengambang status eksistensinya di dunia nyata. Kesempatan Kedua. Keberadaan dia ini masih simpang siur. Ada yang bilang "ya, selalu ada kesempatan kedua". Tapi ada juga yang bilang "bullshit, nggak akan ada kesempatan kedua di dunia ini!". Kenapa? Kenapa harus ada perbedaan pendapat itu? Bukankah kedua asumsi itu hanya akan semakin mengaburkan hal yang tidak jelas?

Mungkin kesempatan kedua itu memang ada. Tuhan memberi kita kesempatan untuk masuk pada pintu yang sama, yang dulu pernah tertutup untuk kita. Itu peringatan dari Tuhan agar kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Lalu karena itu kita bertekad untuk menjalani kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Atau mungkin saja sebenarnya itu bukanlah kesempatan kedua. Itu kesempatan lain yang diberikan Tuhan kepada kita. Mungkin memang pintu yang pernah tertutup untuk kita itu serupa dengan pintu yang kini terbuka. Tapi ketika kita pahami lebih dalam ternyata kedua pintu itu tak sama. Lalu kita menemukan beberapa perbedaan di antara keduanya. Semacam permainan "serupa tapi tak sama" yang biasa kita temukan di majalah anak-anak. Aromanya tak sama, lubang kuncinya tak sama, apa yang ada di balik pintu itu juga tak sama. Tapi maksud Tuhan tetaplah sama, agar kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.

Jadi, "Is there any second chance?" Yes? No? atau sebenarnya hanya masalah perbedaan istilah saja, seperti layaknya homonim dalam cabang ilmu linguistik? Jawabannya...terserah anda.


Random things: Malam Jogja begitu panas. But, TGIF tetap berlaku :). Sepanas apapun tetap terasa damai karena weekend is coming.haha..(ra penting).

PS. Kesempatan Kedua - Tangga. Menulis tentang ini jadi teringat satu lagu itu. Kira-kira si Tangga ini termasuk golongan yang percaya adanya kesempatan kedua, atau justru karena kenyataan yg dialami membuatnya tidak percaya dengan kesempatan kedua ya?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar