Rabo, 16 Januari 2013
"It's hard sometimes, when you sit all alone in your room. Don't know what to do."
Entah kenapa hari ini aku merasa jenuh. Ini hari ke-4 aku di rumah. Sepi. Ingatan tentang sekolah ketika melihat tetangga yang bersekolah di sekolah yang sama denganku dulu, memberiku ide. Kenapa aku tidak jalan-jalan saja di sekitar kompleks SMAku? Itung-itung napak tilas. Toh, melihat bangunan-bangunan rumah dinas yang berarsitektur belanda merupakan hiburan tersendiri. Setengah dua belas. Ah, biar panas, yang penting aku lihat orang, nggak kesepian di rumah.
Naik angkot dan ternyata kedapetan supir yang ngetem di tengah jalan. Dua kali pulak, di pojok pasar kewan dan di depan rumah sakit umum. Untung sedang tidak berangkat sekolah, tidak perlu kuatir telat #eh. Beberapa bangunan di sepanjang ruas jalan menuju SMAku sudah banyak mengalami perubahan. Wow, I miss a thing, pikirku. Turun di sekolahku. Entah berapa tarifnya sekarang, terakhir aku sekolah 4 tahun lalu, untuk tarif anak sekolah 2ribu sedangkan umum 4ribu. Tadi tak kasih aja 4ribu. Bapaknya nggak minta nambah kok, berarti tarif tetap :)
Karena sudah hampir jam setengah satu, tujuan pertama adalah masjid. Dari SMA jalan kaki menuju masjid agung di alun-alun. Suatu ketika dulu pernah jalan kaki dari sekolah menuju alun-alun, 17 agustus 2005. Mentang-mentang masih sebulan duduk di bangku SMA, pihak sekolah menugaskan siswa kelas X yang upacara di alun-alun. Agak tidak adil sebenarnya setelah dipikir-pikir, tapi yasudah lah, anggap saja itu kelanjutan dari masa orientasi siswa (MOS). Haha.
Mengitari alun-alun menuju Masjid Agung. Melihat lagi Bedug Pendhawa, bedug terbesar di Asia Tenggara. Ini kali keempat aku berkunjung ke masjid ini. Pertama kali bersama Winda, sahabatku sejak kelas X. Waktu itu entah kelas berapa aku lupa, sepulang sekolah kami berjalan-jalan sebentar dan mampir masjid itu. Kedua kali waktu kuliah, sekitar semester 5 atau 6, beberapa teman kuliah berkunjung ke rumahku dan tak ajak lah mereka ke masjid agung dengan bedug yang fenomenal itu. Ketiga kali bersama beberapa teman KKN ketika kami turun dari lokasi KKN ke kota untuk membeli barang-barang kebutuhan program. Dan kali ini, kali keempat, aku sendirian.
Dari Masjid Agung, melengkapi putaran alun-alun, menuju arah sekolahku kembali. Tapi aku berbelok sebelum sampai sekolah. Melewati rumah dinas dan puskesmas TNI, semuanya berarsitektur belanda. Kuno, tapi menarik.
Sayangnya, karena sudah jam 1 siang, aku tidak sempat mengeksplore lagi kompleks rumah dinas. Aku harus ke bank, setor tabungan sekalian ganti buku. Naik angkot pulang. Pas jam bubaran sekolah. Di depan sebuah SMP, beberapa siswa berseragam batik warna ungu berebut masuk. Seingatku 4 tahun yang lalu, seragam khusus SMP itu warnanya biru polos deh. Sudah ganti ternyata sekarang. Angkot penuh, rame. Biasa, anak-anak abg selalu menemukan celah untuk heboh di mana pun tempatnya. Bahan obrolan: pacar. Heh? anak SMP loh ya. Perasaan dulu waktu jamanku sekolah juga nggak seheboh ini deh -__-
Baru sampai perlintasan rel di daerah batoh (separuh jalan), penumpang hanya tinggal aku. Dioper ke angkot lain. Meluncur lagi. Rumahku terlewati. Turun di bank dekat stasiun. Antri lumayan banyak. Untung bawa headset pengusir bosen. Urusan selesai jam 2 lebih. Naik angkot lagi, putar balik menuju rumah. Di dalem angkot ada beberapa anak SMA. Seperti biasa aku 'menguping'. Hah? Kok mereka pakai bahasa indonesia, bukan bahasa jawa? Gue-loe - gue-loe pulak! Jangan-jangan sebenarnya gue terlempar ke jakerdah? Nah, kan, gue jadi keikutan gue-loe, gaswat! Untungnya setelah mereka turun di pasar, logatnya ikut turun dan aku kembali ke logat semula. Oh, mungkin karena mereka bukan asli lahir di sini. Dari seragamnya terbaca nama sebuah SMA yayasan nasrani, banyak turunan cina yang sekolah di sana. Makanya bahasa pergaulannya bukan bahasa jawa.
Di pasar, pak supir naikin penumpang lagi. Kali ini satu keluarga, bapak dan anaknya yang cewek duduk di belakang sedangkan ibu dan dua anaknya yang masih kecil duduk di depan samping pak supir. Mereka ini juga bukan asli daerah sini sepertinya, dilihat dari logat bicara dan barang bawaan mereka: koper gedhe yang dibawa sama anaknya yang cewek. Mbaknya ini cantik, mirip sama Maudy Ayunda sebenarnya. Cuma sayang, rambutnya dicat warna merah rada menyala. Jadi nggak mirip lagi. Atau jangan-jangan sebenarnya dia adalah Maudy Ayunda yang menyamar biar nggak dikerubuti fans'nya? Ah, ngaco!
Dan akhirnya, sebelum saya makin ngaco, saya sudah diturunkan di depan gang rumah saya. Hari ini sangat random. Biar random, yang penting ngilangin jenuh. Selamat hari random dan ngaco! :P