Sabtu kali ini seakan semua hal terjadi diluar yang diharapkan. Mulai dari ban sepeda gembos, yang terpaksa balik lagi ke kos buat mompa..acara memompa baru setengah jalan, per dalam pompa copot. Yaah, pompa rusak! Demi semangkuk bubur ayam, jalan kakilah dari kuningan hingga selokan mataram bolak-balik. No problem, yang penting makan bubur ayam. Haha..Lanjut jam 10.30 kuliah pengganti untuk menggantikan kuliah hari selasa yang libur kemarin. Sampai di kelas, ternyata ada pengumuman kosong. Kesal, gondok karena ternyata kuliah pengganti yang pagi, yang menurut pengumuman kosong, ternyata ada. Alhasil aku dianggap membolos oleh sang dosen. Sementara kuliah pengganti kedua, yang tidak ada pengumuman kosong sama sekali, justru malah kosong. But, Alhamdulillah, karena ternyata ga cuma aku yang "ketipu", dari 51 anak hanya 11 anak yang berada di jalan yang benar alias masuk kuliah. Aku nggak tahu kelegaan itu benar atau salah, tapi bukankah kita memang akan lebih merasa tenang jika melakukan kesalahan bersama-sama daripada salah sendirian?? Pulang ke kos, listrik masih mati! Sudah sejak sebelum berangkat kuliah sebenarnya. Aku tahu lisrik mati kali ini bakalan lama karena memang sedang ada perbaikan tiang listrik. Yaah, nggak bisa ngapa-ngapain juga di kos. (Menghela napas).Akhirnya, tanpa berganti baju terlebih dahulu, aku menuju rektorat UGM. Bukan untuk menemui jajaran pengurus akademika dan semacamnya, tapi untuk membawa serta laptopku menjelajah dunia internet secara gratis alias hotspot'an.
Tapi aku nulis ini bukan untuk me-list hal-hal di luar rencana yang menimpaku hari ini, tapi sesuai judulnya: efektifkah pengadaan kuliah pengganti di hari Sabtu?
Kedua alternatif jawaban memang terpakai. Efektif jika sudah ada kesepakatan antara dosen dengan mahasiswa secara face to face pada kuliah minggu yang lalu. Tapi menjadi tidak efektif ketika kesepakatan itu tidak terjadi. Lebih dari itu, karena ini weekend. Beberapa anak yang parttime, memilih hari sabtu-minggu untuk bekerja. Beberapa aktivitas kampus non-akademik atau organisasi, memilih sabtu-minggu untuk mengadakan suatu acara. Beberapa mahasiswa yang indekos, memilih sabtu-minggu untuk pulang kampung. Bahkan beberapa pasangan memilih sabtu-minggu untuk ketemu. Kita harus rela mengorbankan kegiatan yang sudah kita agendakan jauh-jauh hari sebelumnya karena ada kuliah pengganti. Tidak masalah sebenarnya kalau kesepakatannya jelas. Kita meninggalkan suatu agenda tetapi tetap mendapatkan gantinya yang bermanfaat, yaitu mendapatkan ilmu, pencerahan, bertemu dengan dosen yang menyenangkan dan menginspirasi, bertemu dengan teman-teman kuliah, bahkan mungkin bertemu dengan gebetan. Namun, jika hanya sekedar komunikasi satu arah, hanya dari selembar kertas yang tertempel di papan pengumuman, yang bahkan mungkin tidak ada koordinasi yang jelas antara pihak dosen dan pihak yang bertugas menempel pengumuman, kita nggak dapat apa-apa. Kita kadung mengcancel agenda kita, tapi kita pun bertepuk sebelah tangan karena ternyata kuliah pengganti kosong tanpa ada pemberitahuan apapun hari sebelumnya. Akhirnya kita harus rela melangkahkan kaki dengan gontai. Pulang. Tapi, pilihan kita setelah itu akan menentukan hari yang bagaimanakah yang akan kita miliki hari ini. Jika kita memilih untuk uring-uringan, melampiaskan dengan tidur atau teriak-teriak nggak jelas, I bet, hari kita akan jadi hari yang buruk, mungkin kita akan menyebutnya hari sial. Tapi jika kita memilih untuk mencoba mencari hal-hal positif, mencari apa yang bisa kita lakukan untuk mengisi sisa waktu hari ini, I bet, hari kita akan menjadi hari yang menyenangkan dan tetap memiliki sensasi tertentu dalam hidup kita.
Bukankah selalu ada hal positif di setiap peristiwa yang terjadi?
P.S. You know, aku mengulang menuliskan postingan ini. Sebenarnya aku sudah menulisnya beberapa jam yang lalu, live di rektorat, live kutulis di space postingan blog. Tapi ketika klik icon "post" di layar muncul tulisan "server not found". Usut punya usut, ternyata kehidupan baterai laptop cuma tinggal 4 menit, tidak kuat untuk mengangkat proses loading internet. Eng ing eng,oh my gosh, I lost it. Aku nggak meng-copy tulisan itu di dokumen laptop. So, I caught a breath at the moment. I said to my self "It's okay" while continuing catch a breath deeply. Then I feel much better. Dan, ya, sampai kos aku mengulik lagi what's on my mind at that time, what I've already said for this blog, then I write down again here.
Song for the day: The Other Side of Down-David Archuleta. Nggak semua hal yang tampak buruk itu seburuk yang kita pikirkan, selalu ada sisi positif dari peristiwa buruk yang menimpa kita. Oh, I have another song: Easier To Lie-Aqualung (Lie to Me OST). I don't know why I have this song in my head. Agaknya soundtrack terakhir sebelum listrik mati haha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar