Kamis, 24 Nov '11
1.52 am
Dini hari..lagi aku terjaga dari lelapku yang tanpa sengaja. Dan pasti, mata ini masih sulit untuk kembali terpejam. Ia memaksaku untuk mengarungi alam maya (baca: onlen). Dan aku masih nggak percaya kalau ini sudah hari kamis! Nggak berasa ganti harinya ya kalau kita ketiduran? haha..So, mari kita buat saja ini hari Rabu..
Rabu yang semacam memutari kota Jogja bersama seorang sahabat (baca: alien). Bukan sengaja untuk kenalan pada setiap jalan di kota pelajar ini, tapi kami memang benar-benar melindasnya untuk mencari beberapa tempat penelitian. Berbekal alamat (yang Insya Allah bukan alamat palsu) dan selembar koyak peta Jogja, kami siap menantang jalan. Meski petir menyambar, meski puluhan ninja menghadang, kami menantang dengan tegar (sst, semua itu hanya dramatisasi saja). Kali ini baru survey tempat penelitiannya si sahabat dan koordinasi dengan ketua kelompok industri salah satu makanan khas jogja itu. Ada yang menarik perhatianku dan menggelitik tanya: sebagian besar industri khas suatu kota, baik makanan maupun benda kerajinan, menyatu dalam sebuah kampung. Jadi kalau di Solo kita mengenal kampung batik laweyan, di daerah belakang Malioboro kita mengenal kampung bakpia patuk, di Bantul kita mengenal kampung kerajinan kulit Manding, dan dimana lagi kita mengenal kampung apa lagi. Semacam ada komunitas pengrajin yang bertempat tinggal menyatu di satu kampung.
Lantas bagaimana industri khas suatu daerah itu bisa menjadi satu kampung? Apakah terlebih dahulu dibentuk suatu kampung yang khusus diperuntukkan bagi suatu industri dan kemudian bagi siapa yang tertarik dalam produksi itu dipersilahkan untuk menempati rumah-rumah yang tersedia di situ (semacam rumah dinas, barangkali)? Atau di sebuah kampung yang sudah berpenghuni, ada seseorang atau sekelompok yang memprakarsai terbentuknya kampung industri tertentu dan memberdayakan para tetangganya untuk ikut bergabung dalam memproduksi makanan/barang kerajinan khas tersebut? Lantas bagaimana kondisi psikologis masyarakat di dalamnya jika yang terjadi adalah mereka menempati "rumah dinas", bukankah mereka butuh penyesuaian diri dengan tempat tinggal baru dan bekerja sama dengan orang-orang baru? Bagaimana pula kondisi psikologis masyarakat di dalamnya jika yang terjadi adalah masyarakat pemberdayaan tadi, yang berarti mereka suka-nggak suka, mau-nggak mau harus mau dan suka ikut bergabung dalam industri khas yang tengah diberdayakan oleh sang pemrakarsa. Bukankah bagi mereka yang nggak suka, ada semacam keterpaksaan dan penyesuaian yang lebih untuk dapat menyukai aktivitas baru mereka? Dan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin konyol itu berhasil membuat sahabat saya garuk-garuk tembok sebelum akhirnya ia menyarankan untuk menanyakan sendiri pada yang mengalaminya. Mendengar itu pun saya juga hanya bisa garuk-garuk pohon dan manggut-manggut membenarkan sarannya itu. Masuk akal juga sarannya. Haha..
Setelah mendapat contact person ibu ketua kelompok industrinya, kami cabut dari daerah yang baru pertama kali kujamah setelah 3 tahun menghuni Jogja (jujur banget!). Kami menuju kos-kos'an sahabatku tadi dan jreng, jreng, jreng dia menyodoriku sebutir gitar dan aku menerimanya dengan tercengang nggak bisa berkata dan tidak bisa melakukan apa-apa. Lebay kalau ini, kejadian sebenarnya adalah kami sudah sepakat bahwa aku akan belajar gitar. Ciee..sok-sok'an nggitar, padahal biasanya juga tukang pegang sapu doang. Cuma gara-gara bentuk antara mereka berdua mirip, aku jadi menggemari gitar, penasaran apa siih bedanya gitar sama sapu?
Menggenjrenglah kami..dan senar-senar gitar yang aduhai itu minta dipetik ternyata. Ya sudah, dari pada mereka ngambek dan memutuskan untuk demo, kami menuruti permintaan mereka untuk dipetik. Waah, senar-senar itu beneran minta dihajar sepertinya, karena gara-gara menuruti permintaan mereka, ujung jari-jari kiriku sakit dan kapalen! haha..But, it's okay, sebutir gitar yang teronggok di kos-kosan sahabatku itu berhasil membuatku makin penasaran untuk memetik barisan senar nan manja itu. Oh ya, FYI alias sekedar info, kata "memetik" tidak sama dengan "menggenjreng". Dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar memang pasangan kata gitar yang lazim digunakan adalah "memetik gitar". Tapi ternyata aku baru menyadari kalau antara "memetik gitar" dan "menggenjreng gitar" berada dalam kutub yang berbeda. Memetik gitar ternyata jauh lebih susah karena kita perlu memperhatikan ketukan lagu secara lebih detail. Waktu aku dengan muka polos menanyakan bagaimana cara tahu ketukannya, sahabatku tadi dengan santai+nyengir ra cetho menjawab "insting". Oh, iya, iya..tanpa rasa curiga aku meng-iya-kan saja jawabannya itu. Tapi kemudian muncul pertanyaan baru yang sampai sekarang cukup membuat galau: Bagaimana caranya memunculkan insting itu? Dan aku semakin galau karena dia cuma bisa tertawa dan tidak memberikan jawaban apapun! Ck,ck,ck..Jadi pelajaran moralnya adalah kau harus bersiap menghadapi ketidak cetho-an jika kau memutuskan menjadi murid dari sesosok alien, karena percayalah, alien itu tidak cetho! hahaha..peace lho my pal! :P
Tengah hari lewat dikit..cabut untuk kembali ke cangkangku (baca: kos-kosan) karena mendung mengundang. Untung aku memenuhi undangan mendung yang dilayangkan pada seluruh makhluk di bumi Jogja, kalau tidak aku pasti terjebak hujan mengganas di jalanan..Hujan tahu kalau aku lebih suka mencandainya di balkon depan kamar, pesona hujan akan lebih tampak menawan jika dilihat dari sana. Tsaah! :D
Okay, kurang dari sejam lagi udah subuh ini..Selamat hari Kamis, selamat berburu berkah hari ini. Dan terima kasih Allah, atas keberkahan yang Kau berikan di hari Rabu :)
Random: Sesore rabu, aku dan seorang teman kos (baca: Ajeng) menjadi blog walker dan menemukan adanya konspirasi cinta segitiga antara 3 lelaki..apakah mereka maho? haha..*lupakan
PS. Song for this early morning: Seperti Pelangi - Dygta. Gara-gara ng-play beberapa lagu dygta yang ada di playlist sahabatku tadi, aku jadi ng-play beberapa lagu dygta yang ada di playlistku juga. They're kinda my all time fovorite songs, hehe. Dan satu ini yang menurutku best of the best diantara mereka. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar