10.00 am
Lagu Teman Hidup milik Tulus ini sudah sejak akhir tahun 2012 lalu rajin wira-wiri di radio. Saya sendiri awalnya merasa biasa saja mendengar lagu ini. Nuansa jazz yang cukup kental membuat saya cenderung tidak tertarik untuk mencermati lagu ini.
Entah karena terlalu sering lagu ini diputar di radio, mau tak mau ada proses habituasi di dalam telinga dan otak saya. Awal tahun 2013 saya mulai menyukai lagu ini, bahkan saya masukkan dalam deretan lagu paling romantis. Begitu saya mencermati liriknya, saya langsung terispirasi untuk menjadikan lagu ini sebagai salah satu theme song ketika saya sudah berkeluarga nanti. Yup, pertama kali saya jatuh cinta dengan lagu ini, saya beranggapan bahwa lagu ini paling cocok dipersembahkan kepada suami atau istri :)
Dan baru hari ini, baru saja, saya iseng mencari video klipnya di youtube. Berawal dari lagu ini merupakan soundtrack terakhir yang terdengar di telinga saya sebelum mematikan radio pagi tadi. Jadilah lagu itu terngiang-ngiang di kepala saya hingga sekarang. Selepas menonton video klip ini, saya terharu.
Ya, lagu ini memang dipersembahkan oleh Tulus kepada cinta dalam sebuah ikatan suami-istri. Lagu yang menggambarkan kesetiaan cinta suami kepada istri dan sebaliknya, pengabdian istri kepada suami. Di situ tergambar jelas bagaimana seorang istri yang membantu suaminya bersiap-siap untuk pergi bekerja, memakaikan segala atribut pakaian yang harus dikenakan suaminya sebagai abdi dalem keraton, mengantarkan kepergian suaminya dari depan pintu. Tentang senyum tulus seorang istri ketika menceritakan perihal suaminya dan bagaimana peran yang diembannya sebagai seorang istri. Sungguh, budaya jawa yang sangat kental yang saya temukan dalam video klip ini.
Dan bagian yang paling membuat hati saya tergetar adalah ending dari cerita video klip ini. Saat sang suami (tokoh asli, bukan suara Tulus) menyanyikan lirik terakhir dari lagu "Kau jiwa yang selalu aku pujaa" sambil menatap tepat ke dalam mata istrinya. Usai sang suami menyanyikan lirik itu, sang istri mencium tangan suaminya. Sang suami berucap terima kasih sambil mencium pipi istrinya.
Aah, sebuah refleksi cinta yang bersahaja, tanpa perlu dipusingkan tetek bengek kata-kata nonsense. Refleksi cinta yang lebih dari sekedar laju emosi: Pengabdian. Pada tataran itulah seharusnya yang terjadi ketika kita berumah tangga kelak :)